Konflik Lalu-Lintas Pada Persimpangan Fase

4. Menyilang Weaving Pertemuan dua arus lalu-lintas atau lebih yang berjalan menurut arah yang sama sepanjang suatu lintasan di jalan raya tanpa bantuan rambu lalu-lintas. Gerakan ini sering terjadi pada suatu kendaraan yang berpindah dari suatu jalur ke jalur lain, misalnya pada saat kendaraan masuk ke suatu jalan raya dari jalan masuk kemudian bergerak ke jalur lain untuk mengambil jalan keluar dari jalan raya tersebut. Kendaraan ini akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut. Gambar 2.4 : Tipe dasar gerakan menyilang

II.3 Konflik Lalu-Lintas Pada Persimpangan

Keberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan ditunjukkan agar kendaraan bermotor, pejalan kaki, dan kendaraan tidak bermotor dapat bergerak dalam arah yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang menjadi karekteristik yang unik dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari pergerakan tersebut. Universitas Sumatera Utara Konflik lalu-lintas adalah pertemuan dua lintasan kendaraan pada sebuah persimpangan sebidang. Terdapat 2 dua macam konflik lalu-lintas menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 yang ditimbulkan oleh pergerakan kendaraan dan keberadaan pejalan kaki yaitu : 1. Konflik primer, yaitu konflik yang terjadi antara lalu-lintas yang sedang memotong. 2. Konflik sekunder, yaitu konflik yang terjadi antara lalu-lintas kanan dengan lalu- lintas arah lainnya dan atau lalu-lintas belok kiri dengan pejalan kaki. Gambar 2.5 Titik Konflik Pada Persimpangan Sebidang Universitas Sumatera Utara Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi konflik pada persimpangan adalah : a. Memperlebar jalan-jalan pada kaki persimpangan tersebut. Tetapi cara ini tidak mudah dilaksanakan karena akan mengalami hambatan seperti susahnya pembebasan tanah pada masyarakat setempat seperti ganti rugi bangunan pada lokasi pelebaran jalan. b. Merubah jumlah arus kendaraan pada jalan tersebut. c. Membuat jalan alternatif lain bagi kendaraan yang akan menuju persimpangan tersebut sehingga volume kendaraan pada persimpangan tersebut akan berkurang. d. Melarang kendaraan untuk berhenti pada persimpangan tersebut sehingga tidak terjadi tundaan yang lama pada persimpangan tersebut. II.4 Lampu Lalu-Lintas II.4.1 Kegunaan lampu lalu-lintas Kegunaan lampu lalu-lintas pada persimpangan dapat dievaluasi dari seberapa jauh suatu sistim lampu lalu-lintas dapat memenuhi fungsi yang diharapkan yaitu: • Mengurangi waktu tundaan Dengan tidak adanya lampu lalu-lintas maka akan terjadi banyak titik konflik di persimpangan sehingga menimbulkan kemacetan dan waktu tundaan akan bertambah. • Meningkatkan kapasitas Kapasitas akan meningkat akibat dari berkurangnya waktu tundaan Universitas Sumatera Utara • Mengontrol kecepatan • Fasilitas penyebrangan bagi pejalan kaki • Meningkatkan keselamatan

II.4.2 Pengaturan lampu lalu-lintas

Cara-cara pengaturan lampu lalu-lintas yang akan dijelaskan berikut ini hanya menyangkut lampu lalu-lintas yang berfungsi untuk mengendalikan lalu-lintas pada persimpangan, bukan lampu lalu-lintas yang digunakan untuk memberi peringatan pada ruas jalan yang rawan kecelakaan. Secara umum terdapat 3 tiga cara pengaturan waktu lampu lalu-lintas yaitu: • Lampu lalu-lintas waktu tetap Cara pengaturan lampu lalu-lintas ini adalah mengendalikan lalu-lintas untk berhenti dan bergerak berdasarkan satu atau serangkaian jadwal waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan cara ini lampu lalu-lintas diatur untuk menyalakan lampu hijau, merah, dan kuning secara berurutan, teratur dan berulang-ulang. • Lampu lalu-lintas waktu tidak tetap Dengan cara ini pengaturan lampu lalu-lintas diatur berdasarkan tuntutan lalu-lintas yang ditangkap oleh sejumlah detector yang ditempatkan pada satu atau lebih kaki persimpangan, baik untuk gerak kendaraan maupun pejalan kaki. • Lampu lalu-lintas berdasarkan penyesuaian waktu Cara pengaturan lampu-lintas ini dikendalikan secara terpusat, misalnya dengan computer digital. Pengaturan waktu disesuaikan dengan hasil terbaru dari sejumlah detector yang dipasang pada persimpangan. Universitas Sumatera Utara

II.4.3 Parameter Pengaturan Sinyal

Parameter-parameter yang biasa digunakan dalam perencanaan lampu lalu- lintas pada persimpangan adalah :

a. Fase

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 , fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu-lintas. Sedangkan pengertian lain menurut Soejono 1996, fase itu adalah suatu alat pemberi isyarat dalam satu waktu siklus yang memberikan hak jalan pada satu atau lebih gerakan lalu-lintas untuk memperlancar arus kendaraan.  Pengendalian dua fase Pengaturan sinyal lampu lalu-lintas dengan pengendalian dua fase merupakan yang paling sederhana dan paling mudah. Masing-masing jalan dari 2 dua jalan yang berpotongan diberikan fase bagi kendaraan untuk bergerak melewati persimpangan. Seluruh gerakan belok kanan dan kiri dilakukan menurut gerakan membelok terlawan terhadap arus dari arah yang berlawanan maupun jalan kaki. Gambar 2.6 Persimpangan dengan 2 fase Universitas Sumatera Utara Gambar 2.7 Persimpangan dengan 3 fase  Pengendalian Multi Fase Pengendalian multi fase digunakan pada persimpangan dimana satu atau lebih gerakan membelok ke kiri dan ke kanan memerlukan fase tersendiri. Secara umum gerakan membelok ke kanan dengan fase tersendiri baik secara sebagian atau penuh. • Pengendalian 3 Fase i. Pengaturan 3 Fase dengan pemutusan paling akhir pada pendekat utara agar menaikkan kapasitas belok kanan dari arah dini. Gambar 2.7 Persimpangan dengan 3 fase ii. Pengaturan 3 fase dengan start dini dari pendekat utara agar menaikkan kapasitas belok kanan dari arah dini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.8 Persimpangan dengan 3 fase iii. Pengaturan 3 fase dengan belok kanan terpisah pada satu jalan Gambar 2.9 Persimpangan dengan 3 fase • Pengendalian 4 Fase i. Pengaturan 4 fase dengan arus berangkat satu per satu pendekat pada saatnya masing-masing Fase A Fase B Gambar 2.10 Persimpangan dengan 4 fase Universitas Sumatera Utara ii. Pengaturan 4 fase dengan belok kanan terpisah pada kedua jalan Fase D Fase C Fase A Fase B Gambar 2.12 Persimpangan dengan 4 fase Gambar 2.11 Persimpangan dengan 4 fase Universitas Sumatera Utara Gambar 2.13 Persimpangan dengan 4 fase

b. Waktu Siklus