4.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada memiliki fungsi sebagai pelancar kegiatan di suatu tempat atau wilayah. Sarana perhubungan yang paling terpenting untuk
melakukan  interaksi  dengan daerah lain  adalah ketersediaan  jalan penghubung antara desa dengan daerah lainnya. Jalan yang ada di Desa Pangkalan Makmur
sudah dikatakan baik sehingga hal ini tidak menjadi permasalahan bagi pengusaha agroindustri untuk memasarkan hasil produksi mereka dan pasokan bahan baku
akan selalu lancar. Selain itu, di Desa Pangkalan Makmur, sarana dan prasarana yang ada yang juga dapat memperlancar setiap kegiatan warganya meliputi bidang
keagamaan   seperti   jumlah   mesjid,   mushalla   dan   gereja   yang   ada.   Bidang kesehatan seperti jumlah poliklinik yang ada, bidang pendidikan yang terdiri dari
sekolah-sekolah   yang   ada   seperti   TK,   SD,   MDA.  Bidang   olahraga   seperti lapangan sepak bola, lapangan bola volly, dan lapangan-lapangan lainnya.
4.4. Profil Agroindustri Kedelai Sri Rezeki 4.4.1. Riwayat Usaha Agroindustri Kedelai Sri Rezeki
Awalnya pada tahun 2000, Bapak Sunyoto pemilik Agroindustri Kedelai Sri Rezeki adalah peserta program transmigrasi dari Pulau Jawa yang berasal dari
Blitar.   Beliau   ikut   program   transmigrasi   selain   karena   ingin   memperbaiki kesejahteraan   juga   karena   di   daerah   asalnya   terjadi   bencana   alam   berupa
meletusnya Gunung Kelud. Keluarga   Bapak   Sunyoto   dan   keluarganya   tinggal   di   Desa   Pangkalan
Makmur   Kecamatan   Dayun   Kabupaten   Siak.   Untuk   memenuhi   kebutuhan keluarga, Bapak Sunyoto  mengembangkan  agroindustri berbahan dasar kedelai
Sri Rezeki berupa tahu dan tempe. Namun semenjak tahun 2007, istri Bapak Sunyoto meninggal dunia, agroindustri Sri Rezeki tidak lagi memproduksi tempe
karena   istri   Bapak   Sunyoto   yang   biasanya   memproduksi   produk   tersebut, sehingga produksi hanya dilakukan untuk produk tahu saja. Akan tetapi dengan
keadaan seperti itu, diharapkan agroindustri ini juga dapat melakukan diversifikasi produk kedelai yaitu berupa produk kecap manis dari air kelapa yang memiliki
tingkat keuntungan lebih besar. Untuk   meningkatkan   volume   produksinya,   Bapak   Sunyoto   juga   rajin
mengikuti   pelatihan-pelatihan   yang   dilaksanakan   oleh   instansi-instansi pemerintah. Dari pelatihan-pelatihan itu beliau mendapatkan bantuan mesin dari
pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Siak pada tahun 2008. Mesin tersebut berupa mesin penggiling kedelai  dengan kapasitas
penggilingan 5 kg untuk menunjang kegiatan produksinya. Dengan produksi yang meningkat, diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
4.4.2. Profil Pengusaha dan Tenaga Kerja Agroindustri Kedelai Sri Rezeki
Keberhasilan mengelola suatu usaha dipengaruhi oleh kondisi yang baik antara pengusaha  pemilik dan tenaga kerja. Pengusaha agroindustri kedelai Sri
Rezeki adalah dari golongan umur yang produktif yaitu antara 22 – 54 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikannya termasuk ketingkat pendidikan sedang karena
pernah sekolah sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Identitas Anggota Keluarga Pengusaha Agroindustri Kedelai Sri Rezeki. No.
Hubungan Keluarga
Umur Tahun
Jenis Kelamin
PW Tingkat
Pendidikan Pekerjaan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Suami Anak
Anak Anak
Anak Cucu
54 27
24 25
22
1 P
P W
W P
W SLTP
SLTA SLTA
SLTA SLTA
- Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Wiraswasta Wiraswasta
-
Berdasarkan tabel 6, yang menjadi tenaga kerja adalah anak kedua, ketiga dan keempat. Pada anggota keluarga pengusaha agroindustri kedelai Sri Rezeki
tidak   terdapat   istri   pengusaha   karena   istri   pengusaha   telah   meninggal   dunia, sehingga yang menjadi tenaga kerja hanya seorang suami dan tiga orang anak.
Dari   segi   umur,   pengusaha   dan   tenaga   kerja   termasuk   dalam   angkatan kerja   produktif.   Karena   menurut   Simanjuntak   dalam   Yasin   2003,   bahwa
penduduk yang berada pada kisaran umur 15-54 tahun tergolong pada tenaga kerja produktif. Umur pengusaha dan tenaga kerja yang ada di agroindustri Sri Rezeki
berkisar antara 15 - 54 tahun.
4.5. Kelayakan Usaha 4.5.1. Aspek Teknis
4.5.1.1. Faktor Produksi
Faktor   produksi   yang   dimaksud   adalah   semua   faktor   produksi   yang dibutuhkan dalam proses produksi agroindustri kedelai Sri Rezeki berupa tahu dan
produk yang  akan dikembangkan  yaitu  kecap  manis air kelapa,  yang  meliputi tenaga   kerja,   dan   sarana-sarana   produksi   peralatan,   bahan   baku,   bahan
penunjang. Kelayakan usaha produk kecap manis air kelapa selain didasarkan 28
dari keadaan agroindustri kedelai Sri Rezeki, juga menggunakan referensi dari literatur.
a. Tenaga Kerja Setiap   kegiatan   produksi   tidak   terlepas   dari   faktor   tenaga   kerja   yang
digunakan. Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan berpengaruh besar terhadap majunya suatu usaha yang dikelola.
Tenaga kerja yang bekerja pada agroindustri kedelai Sri Rezeki adalah tenaga kerja dalam keluarga yang berjumlah 4 orang  Bapak Sunyoto dan tiga orang
anak. Proses produksi dilakukan sebanyak 25 hari kerja dalam sebulan, karena dipotong  dengan waktu  libur atau  istirahat.  Kegiatan  produksi  dilakukan  pada
pukul   05.00   WIB   dengan   kegiatan   perendaman   kedelai,   yang   kemudian dilanjutkan   kembali   pada   pukul   11.00   –   16.00   WIB   dengan   proses   kegiatan
produksi menghasilkan produk tahu dan kecap air kelapa. Adapun biaya tenaga kerja per hari adalah Rp 15.000 dan biaya makan tenaga kerja telah ditanggung
oleh agroindustri Sri Rezeki karena menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. b. Sarana produksi
Peralatan yang digunakan oleh agroindustri Sri Rezeki untuk memproduksi tahu yaitu mesin penggiling kedelai, ember, drum, tungku, cetakan tahu. Alat-alat
ini digunakan secara bersamaan selama proses produksi Lampiran 6. Sementara untuk produksi kecap air kelapa yang diuji cobakan pada agroindustri kedelai Sri
Rezeki   untuk   penelitian,   peralatan   yang   digunakan   juga   tidak   berbeda   jauh, diantaranya tungku, ember, blender, panci Lampiran 6.
Untuk mendapatkan peralatan guna mendukung kelancaran proses produksi berupa   ember,   timbangan,   saringan   dan   blender   dapat   diperoleh   dari   pasar
kecamatan.  Sementara  untuk mesin  penggiling, pelaku agroindustri Sri Rezeki memperolehnya   dari   bantuan   pemerintah   melalui   Dinas   Perindustrian   dan
Perdagangan Kabupaten Siak. Selain peralatan tersebut, juga dibutuhkan peralatan lain   seperti   tungku,   drum   dan   cetakan   tahu.  Alat   ini   diperoleh   dengan   cara
memesan kepada tetangga yang mempunyai usaha pembuatan alat-alat tersebut. Setiap   peralatan   mempunyai   nilai   penyusutan   dan   umur   ekonomis.   Untuk
mesin-mesin, umur ekonomis yang dipakai yaitu 4 tahun atau 48 bulan, sementara untuk peralatan lain non mesin, umur ekonomisnya dipakai 3 tahun atau 36 bulan.
Sementara untuk peralatan yang dipakai bersama pada proses produksi tahu dan kecap manis air kelapa, umur ekonomis yang digunakan adalah 18 bulan. Hal ini
dikarenakan alat-alat yang dipakai bersama untuk proses produksi dua produk, akan lebih cepat habis bila dibandingkan dengan produksi satu jenis produk saja.
Selain itu, peralatan yang kecil-kecil yang habis jika dipakai, maka dianggap tidak memiliki nilai penyusutan peralatan.
Nilai penyusutan peralatan diperoleh dari selisih nilai beli peralatan dengan nilai   sisa   yang   kemudian   dibagi   dengan   umur   ekonomis   peralatan   tersebut.
Sementara nilai sisa diperoleh dari 20 dari nilai beli peralatan. Nilai penyusutan peralatan untuk proses pembuatan tahu dan kecap manis air kelapa dapat dilihat
pada lampiran 6. Selain faktor produksi tenaga kerja, faktor produksi yang digunakan yang juga
sangat   menentukan   kelancaran   proses   produksi   adalah   faktor   sarana   produksi. Dalam suatu proses produksi, perlu diperhatikan ketersediaan bahan baku, bahan
baku penunjang maupun bahan penunjang produksi baik secara kualitas maupun kuantitas.  Kekurangan  persediaan  bahan baku,  bahan baku penunjang maupun
bahan   penunjang   produksi   dapat   berakibat   terhentinya   proses   produksi   karena habisnya bahan untuk diproduksi.
Menurut Kaprina 2010, bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk jadi dengan kata lain suatu produk tidak akan jadi jika tanpa
bahan ini elemen utama, dan penggunaan bahan ini lebih dominan dibandingkan bahan lain. Bahan baku penunjang adalah bahan bahan diluar bahan baku utama
yang identitasnya masih dapat dilacak pada produk jadi, dan sangat diperlukan agar proses produksi tetap berlangsung. Sedangkan bahan penunjang adalah bahan
yang indentitasnya tidak dapat dilacak pada produk jadi. Tanpa bahan ini, produk akan tetap bisa diselesaikan, hanya saja hasilnya tidak akan sesuai dengan yang
diharapkan, atau fungsinya tidak sempurna. Dan penggunaan bahan ini lebih kecil dari keseluruhan bahan yang digunakan.
Berdasarkan   keterangan   Bapak   Sunyoto,   pemilik   agroindustri   kedelai   Sri Rezeki,  pada proses pembuatan tahu, kedelai yang digunakan merupakan kedelai
import. Hal ini dikarenakan rasa dari kedelai import lebih enak daripada kedelai lokal.   Sementara   pada   proses   pembuatan   kecap   manis   air   kelapa,   penggunaan
kedelai bukan kedelai murni tetapi diolah terlebih dahulu menjadi tepung tempe yang   dibuat   dari   proses   pengeringan   tempe   dan   kemudian   dihaluskan   dengan
menggunakan blender hingga berbentuk tepung. Ketersediaan bahan baku, bahan baku penunjang dan bahan penunjang pada pembuatan tahu dan kecap manis air
kelapa dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5. Semua   sarana   produksi   tersebut   selain   bahan   baku   termasuk   kedalam
sumbangan input lain. Perhitungan sumbangan input lain yaitu dari penjumlahan biaya bahan baku penunjang, biaya penunjang dan biaya penyusutan peralatan.
Tabel 7. Perhitungan Sumbangan Input Lain Produk Tahu dan Kecap Manis Air Kelapa Agroindustri Sri Rezeki pada Bulan Penelitian.
No Input Lain
Tahu Kecap manis
1 Bahan baku penunjang Rp
90.000 8.570.500
2 Bahan penunjang Rp
337.500 930.000
3 Penyusutan peralatan Rp
253.150 29.490
Jumlah input lain Rp 680.650
9.529.990 Bahan Baku satu bulan Kg
500 832,5
Sumbangan input lainkg bahan baku RpKg 1.361,3
11.447,4 Sumber: Data Olahan, 2010
Dari tabel 7, biaya penyusutan peralatan untuk proses produksi tahu adalah Rp.  253.150  Lampiran   6  dan   untuk   kecap   manis   air   kelapa   adalah   sebesar
Rp. 29.490 Lampiran 6. Sehingga dapat dilihat sumbangan input untuk  produk tahu yaitu Rp 1.361,3 untuk per kilogram bahan baku. Sementara untuk produk
kecap diperoleh hasil Rp  11.447,4  per kilogram bahan baku.  Sumbangan input lain ini diperoleh dari penjumlahan semua biaya kemudian dibagi dengan total
bahan baku selama satu bulan. c. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi yaitu kemampuan agroindustri menghasilkan produk untuk setiap proses produksi. Agroindustri kedelai Sri Rezeki mampu memproduksi 728
buah tahu 36,4 kg dari 20 kg kedelai per harinya. Sementara kapasitas produksi kecap manis air kelapa yang diuji cobakan untuk penelitian, perharinya mampu
berproduksi sebanyak 33,3 l air kelapa dengan menggunakan 5 kg tepung tempe yang dibuat dari 20 kg kedelai menghasilkan 39,5 l kecap manis perharinya.
4.5.2. Aspek Produksi
Produksi merupakan proses perubahan input menjadi output dalam usaha agroindustri Sri Rezeki. Input berupa bahan baku kedelai dan air kelapa diolah
menjadi output atau barang jadi berupa tahu dan kecap manis air kelapa. Dalam
memproduksi   suatu   barang,   diperlukan   suatu   teknologi   atau   metode   untuk pengolahan   bahan   baku   menjadi   barang   jadi.   Manfaat   yang   diperoleh   dari
penggunaan teknologi atau metode tersebut, terutama pada peningkatan efisiensi kerja, penekanan biaya produksi, dan peningkatan mutu produk. Jenis teknologi
yang dipakai pada agroindustri kedelai Sri Rezeki adalah jenis teknologi yang bersifat semi tradisional.
Adapun tahapan proses pembuatan tahu pada agroindustri Sri Rezeki dapat dilihat pada gambar 1.
G
ambar. 1: Proses Pembuatan Tahu Perendaman Kedelai 5 jam
Pencucian dan Pengeringan Kedelai 30 menit
Penggilingan Kedelai 10 menit
Perebusan Bubur Kedelai 20 menit
Penyaringan 5 menit
Pendinginan dan Pengendapan Bubur Tahu dengan Menggunakan batu tahu 10 menit
Pencetakan Tahu 20 menit
Pemotongan Tahu 10 menit 33
Dari   gambar   1,   diperoleh   penjelasan   bahwa   pada   tahap   awal   proses produksi yang dilakukan pada jam 05.00 WIB, kedelai ditimbang sebanyak 20 kg
yang   dibagi   kedalam   4   wadah.   Kedelai   yang   telah   dibagi   tersebut   direndam selama  kurang   lebih   5  jam.  Hal   ini  bertujuan   untuk  melunakkan  kedelai   agar
mudah digiling dan untuk melepaskan kulit kedelai, sehingga tinggal bijinya saja. Kedelai yang direndam ini akan mengembang sehingga biji kedelai akan tampak
lebih besar jika dibandingkan dengan keadaan sebelum kedelai direndam. Setelah proses perendaman dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu tahap
pembersihan. Pembersihan dan pengeringan dilakukan dengan tujuan agar kulit ari kedelai tidak ikut pada tahap selanjutnya dan membersihkan sisa-sisa kotoran
yang   masih   menempel   pada   biji   kedelai.  Apabila   kedelai   dicuci   dengan   tidak bersih, maka akan menyebabkan tahu yang dihasilkan akan cepat asam sehingga
tidak laku untuk dijual.  Hal ini tentu saja akan mengurangi tingkat pendapatan pengusaha   agroindustri   Sri   Rezeki.   Lama   proses   pengeringan   ini   sekitar   ±30
menit. Tahap   berikutnya   yang   dilakukan   setelah   kedelai   dibersihkan   dan
dikeringkan adalah tahap penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan bantuan mesin penggiling. Caranya dengan memasukkan kedelai yang telah ditiriskan ke
dalam   mesin   penggiling   sedikit   demi   sedikit   sambil   diberi   air   supaya   proses penggilingan berjalan lancar hingga kedelai tersebut hancur berupa bubur. Dalam
setiap   kali   proses   penggilingan,   kedelai   yang   digiling   sebanyak   5   kg.   Proses penggilingan ini dilakukan secara bertahap dan memakan waktu selama 10 menit
untuk satu kali penggilingan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kedelai yang telah digiling tidak menumpuk terlalu lama menunggu proses selanjutnya yaitu
tahap perebusan. Karena kalau kedelai yang telah digiling dibiarkan terlalu lama menunggu perebusan, maka hasil tahu yang diperoleh tidak baik.
Perebusan bubur kedelai adalah tahap berikutnya yang dilakukan. Bubur kedelai yang telah digiling direbus menggunakan tungku dengan memberi uap
panas dari tungku drum. Perebusan ini dilakukan dengan pemberian uap bertujuan agar tahu yang dihasilkan tidak berbau kerak dan tidak mengurangi rasa dari tahu
itu sendiri. Karena kalau menggunakan api biasa, maka hasil yang diperoleh tidak terlalu   baik   dan   bagus,   baik   dari   aspek   rasa   maupun   aroma.   Lama   proses
perebusan   bubur   kedelai   hingga   bubur   kedelai   mendidih   membutuhkan   waktu kurang lebih 15 – 20 menit yang ditandai dengan adanya gelembung-gelembung
kecil dan proses perebusan ini dijaga supaya tidak mengental. Adapun tujuan perebusan atau pemasakan bubur kedelai ini adalah untuk
menghilangkan   bau   kedelai   dan   proses   penyaringannya   dapat   berjalan   dengan baik.   Pemanasan   pada   tahap   proses   perebusan   juga   sangat   berpengaruh   pada
kandungan   proteinnya.   Pengaruh   panas   dapat   menyebabkan   kerusakan   protein sehingga proses perebusan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Setelah bubur kedelai masak, maka bubur kedelai yang biasanya disebut dengan aji kemudian disaring untuk memisahkan antara sari tahu aji yang akan
dicetak   dengan   ampas   kedelai.   Penyaringan   ini   juga   bertujuan   untuk memindahkan   bubur   kedelai   aji   yang   telah   masak   dari   tempat   atau   wadah
perebusan. Penyaringan tahu ini dilakukan dengan menggunakan kain saringan. Proses berikutnya yaitu tahap pendinginan. Proses ini ini dilakukan dengan
bantuan batu tahu atau air pancingan. Batu tahu yaitu larutan yang bersifat asam yang berfungsi untuk memisahkan antara aji dan air. Batu tahu dari hasil produksi
sebelumnya   dicampurkan   kedalam   wadah   penyimpanan   bubur   tahu   aji   yang telah dimasak. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan sari tahu dibagian bawah
wadah dan memisahkan antara aji dan air. Proses ini memakan waktu sekitar 10 menit.
Tahap   pencetakan   merupakan   tahap   akhir   dari   proses   pembuatan   tahu. Tahap   ini   diawali   dengan   penyiapan   cetakan   yang   terbuat   dari   kayu   yang
berukuran 80 x 70 cm. Kemudian bagian dasarnya dialas dengan kain saringan. Setelah   itu   bubur   tahu   yang   telah   terpisah   dari   ampasnya   tadi   dipindahkan
kedalam cetakan. Setelah semua bubur tahu aji berada didalam cetakan, bagian atas dari cetakan  ditutup kembali dengan menggunakan  kain saringan. Setelah
permukaan   cetakan   tahu   tertutup   seluruhnya,   cetakan   ditutup   dengan   penutup cetakan dan ditindih dengan menggunakan batu besar. Hal ini bertujuan untuk
mengepress tahu tersebut agar semua kandungan airnya keluar dan bubur tahu menjadi padat. Tahap pencetakan ini dilakukan selama 15 – 20 menit, atau hingga
kandungan airnya habis dan tahu bisa dipotong. Rangkaian   paling   akhir   adalah   tahap   pemotongan   tahu.   Setelah   tahu
dipress kurang lebih selama 15 - 20 menit, maka dilakukan proses pemotongan tahu.  Pemotongan   ini   dilakukan   dengan   menggunakan   pisau.   Untuk   satu   kali
proses   pencetakan   yang   merupakan   satu   kali   proses   produksi,   tahu   yang dihasilkan adalah sebanyak 182 tahu, dimana rata-rata berat satu buah tahu adalah
50 gram. Sementara produksi perhari terdiri dari 4 kali proses produksi. Sehingga jumlah total tahu yang dihasilkan setiap hari produksi yaitu berjumlah 728 buah
tahu dengan 4 kali proses produksi per hari. Tahu hasil produksi ini diletakkan di dalam wadah ember dan untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan.
Sementara tahapan proses pembuatan kecap manis air kedelai dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar.2 : Proses Pembuatan Kecap Manis Air Kelapa Sumber: Fajar 2009
Pencampuran karamel kedalam air kelapa yang telah dipanaskan
Pencampuran tepung tempe, gula kelapa atau gula aren dan bumbu-bumbu setelah air kelapa mendidih
Pengadukan dilakukan selama proses perebusan
Penyaringan dengan menggunakan penyaring kawat dalam keadaan panas
Penghancuran hasil saringan
Pencampuran hasil saringan dengan cairan hasil saringan
Perebusan cairan hasil penyaringan sampai mendapatkan 75 dari volume semula
Penambahan bubuk agar-agar pada cairan sebelum perebusan 37
Penyaringan kembali sampai ampas yang tersisa sedikit Penyaringan kembali dengan menggunakan kain belacu
Kecap air kelapa Pembuatan karamel
Dari   gambar   2   tersebut,   dapat   dilihat   bahwa   tahap   paling   awal   yang dilakukan untuk memproduksi  kecap manis air kelapa yaitu  persiapan bumbu.
Tahap persiapan bumbu diawali dengan pembuatan tepung tempe yang dibuat dari tempe yang telah dikeringkan. Pengeringan tempe dilakukan dengan menjemur
tempe yang telah diiris tipis-tipis dibawah sinar matahari. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu 2 hari jika keadaan cuaca bagus. Tempe yang telah kering
kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender. Tempe yang telah hancur dipisahkan dengan menggunakan saringan atau ayakan hingga terpisah dan berupa
tepung. Tempe kering yang masih kasar kemudian diblender kembali supaya lebih halus dan bisa dijadikan tepung hingga tempe habis. 1 kg kedelai dapat dibuat
menjadi   1   kg   tempe   yang   menghasilkan   250   gram   tepung   tempe.   Kemudian bumbu-bumbu lain seperti pekak, wijen, kemiri, dan bawang putih dihaluskan.
Sementara itu lengkuas, sereh dan jahe dimamerkan. Tahap   selanjutnya   adalah   tahap   pembuatan   karamel.   Tahap   ini   diawali
dengan memasukkan gula pasir ke dalam panci dan disangrai sambil terus diaduk hingga menjadi karamel dan berwarna kecoklat-coklatan. Kemudian gula pasir
yang telah menjadi karamel dimasukkan kedalam panci yang telah diisi air kelapa yang telah disaring dan terpisah dari kotoran.
Setelah pembuatan karamel selesai, maka proses perebusan air kelapa pun dimulai. Air kelapa yang telah disaring, dipanaskan hingga mendidih. Air kelapa
yang   telah   mendidih   tersebut   dicampurkan   dengan   tepung   tempe   dan   bumbu- bumbu yang telah dihaluskan serta gula aren dan gula kelapa. Pemanasan tetap
dilanjutkan   hingga   cairan   kental   atau   volumenya   tinggal   75   dari   keadaan semula.
Tahap penyaringan adalah tahap berikutnya yang dilakukan setelah proses perebusan   dilakukan.   Setelah   cairan   kental   dan   mendidih,   cairan   kecap
selanjutnya   disaring.   Pada   tahap   pertama,   cairan   kecap   disaring   dengan menggunakan   saringan   kawat.   Hal   ini   bertujuan   untuk   memisahkan   bumbu-
bumbu kasar yang tercampur dengan cairan kecap. Kemudian pada tahap kedua, proses   penyaringan   dilakukan   dengan   menggunakan   kain   saringan.   Hal   ini
bertujuan untuk memisahkan cairan kecap yang murni dengan ampas dan sisa-sisa bumbu halus yang telah digunakan.
Tahap   akhir   dari   proses   produksi   kecap   manis   air   kelapa   yaitu   tahap pengemasan. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses pembuatan kecap
manis air kelapa.  Cairan kecap  dimasukkan  ke dalam plastik  kemasan.  Setiap plastik memiliki berat 250 ml atau setara dengan 250 gram. Setelah proses ini
selesai, maka kecap manis air kelapa siap untuk dipasarkan. Adapun survei harga jual produk dilakukan penulis untuk mengetahui tingkat kemampuan daya beli
konsumen terhadap produk kecap manis air kelapa. Dari survei untuk menentukan tingkat   kemampuan   daya   beli   masyarakat,   sebagai   bahan   pertimbangan   untuk
menentukan  harga  jual  produk yang  dilakukan  di  beberapa  pasar yang  ada  di Kecamatan Dayun diperoleh harga jual produk kecap manis air kelapa Rp 3.500
per kemasan 250 ml atau sama dengan Rp 14.000 per liter. Harga ini lebih murah dibandingkan   dengan   kecap   manis   lain   yang   berbahan   baku   kedelai   yang
mencapai   harga   Rp.   20.000   per   liter.   Sementara   dari   biaya   produksi   yang 39
dikeluarkan, dengan harga Rp 3.500 per kemasan 250 ml, produk kecap manis air kelapa telah mampu mendatangkan keuntungan bagi produsen.
4. 5.3. Aspek Finansial Usaha 4. 5.3.1. Analisis Biaya dan Pendapatan
Untuk analisis biaya dan pendapatan pada agroindustri kedelai Sri Rezeki ini menggunakan data perbulan dimana dalam satu bulan jumlah hari kerjanya
sebanyak 25 hari. Analisis ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang berapa produksi dalam satu bulan dan berapa perkiraan keuntungan yang dapat
diperoleh serta memberikan gambaran tentang prospek kecap manis air kelapa sebagai salah satu bentuk diversifikasi produk pertanian yang diharapkan mampu
memberikan kontribusi positif bagi pelaku agroindustri. Proses kegiatan produksi tahu dan kecap manis air kelapa memerlukan
input-input yang menunjang kegiatan produksi. Input-input tersebut berupa bahan baku, bahan baku penunjang, bahan penunjang, dan biaya tenaga kerja. Selain itu
perlu juga bantuan  peralatan  yang  menunjang  optimalisasi  hasil produksi agar menciptakan   output   yang   baik   dan   berkualitas.   Analisis   biaya   dan   finansial
agroindustri dapat dilihat secara lengkap pada tabel 8. Tabel 8. Analisis perhitungan biaya, penerimaan, dan pendapatan bersih per bulan
Uraian Nilai
Tahu Kecap manis
Biaya Tidak Tetap Rp 3.877.500
9.667.000 - Bahan baku Rp
- Bahan baku penunjang Rp - Bahan penunjang Rp
3.450.000 90.000
337.500 166.500
8.570.500 930.000
Biaya Tetap Rp 1.750.150
1.529.490
- Penyusutan Rp 250.150
29.490 - Biaya Tenaga Kerja Rp
1.500.000 1.500.000
Biaya Total Rp 5.630.650
11.196.490
Jumlah Produksi Kg 910
987,5 Harga Jual Rp
8.000 14.000
Penerimaan Rp 7.280.000
13.825.000 Pendapatan bersih Rp
1.649.350 2.628.510
Sumber: Data Olahan, 2010. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya tidak tetap untuk produk tahu yaitu
senilai Rp 3.877.500 dan untuk kecap manis air kelapa yaitu senilai Rp 9.667.000
yang diperoleh dari penjumlahan bahan baku, bahan baku penunjang dan bahan penunjang   Lampiran  4  dan  5.   Sementara   itu   biaya   tetap   berupa   jumlah
penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja untuk produk tahu diperoleh sebesar
Rp 1.753.150 dan untuk produk kecap manis air kelapa sebesar Rp 1.529.490.
Perhitungan  nilai penyusutan disajikan pada lampiran 6 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 1.500.000 per bulan diperoleh dari hasil kali jumlah tenaga kerja
yang diperlukan selama 1 bulan produksi 25 hari dimana usaha agroindustri Sri Rezeki menggunakan 4 orang tenaga kerja dengan upah perhari Rp 15.000.
Maka dari hasil tersebut, diperoleh biaya total untuk produksi tahu yaitu
Rp  5.630.650  dan untuk kecap manis air kelapa senilai Rp  11.196.490. Dengan
produksi   tahu   sebesar   910   kg,   maka   penerimaan   yang   diterima   sebesar Rp 7.280.000 dan untuk kecap manis air kelapa dengan produksi perbulan sebesar
987,5   kg   diperoleh   penerimaan   sebesar   Rp  13.825.000.   Sehingga   dari   semua penerimaan kotor dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan selama proses
produksi,   maka   didapatkan   keuntungan   bersih   untuk   produk   tahu   sebesar
Rp 1.649.350 dan untuk produk kecap manis air kelapa sebesar Rp 2.628.510.
4. 5.3.2. Analisis Titik Impas BEP
Analisis titik impas atau Break Even Point adalah suatu keadaan dimana suatu kegiatan penjualan suatu produk tidak memberikan keuntungan, tetapi juga
tidak memberikan kerugian kepada podusen. Break Event Point adalah suatu alat análisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di
dalam   kegiatan   perusahaan,   seperti   luas   produksi   atau   tingkat   produksi   yang dilakukan,  biaya-biaya  yang  dikeluarkan  serta pendapatan  yang  diperoleh  oleh
pelaku agroindustri dari setiap kegiatan produksinya. Berdasarkan tabel 9, untuk produk   tahu   diperoleh   BEP   untuk   unit   produksi   sebesar   468,9   kg.   Artinya
agroindustri ini baru dikatakan memberikan keuntungan jika telah memproduksi tahu sebesar 468,9  kg. Sementara BEP berdasarkan unit rupiah untuk produk tahu
diperoleh ketika penerimaan didapat sebesar Rp 3.730.106. Tabel 9. Analisis Titik Impas Agroindustri Kedelai Sri Rezeki
No Uraian
Nilai Tahu
Kecap manis
1 Biaya Tetap Rp
1.753.150 1.529.490
2 Biaya Tidak Tetap Rp
3.877.500 9.667.000
3 Harga Jual Rp
8.000 14.000
4 Jumlah Produksi Kg
910 987,5
5 Penerimaan Rp
7.280.000 13.825.000
6 BEP unit produksi Kg
468,9 363,2
7 BEP rupiah Rp
3.730.106 4.634.818
Sumber: Data Olahan, 2010. Dari tabel 9 juga diperoleh BEP unit produksi untuk produk kecap manis
air kelapa yaitu sebesar 363,2  yang maksudnya bahwa usaha agroindustri kecap manis   air   kelapa   akan   mendatangkan   keuntungan   ketika   telah   berproduksi
minimal   363,2   kg.   Dari   BEP   berdasarkan   unit   rupiah   yang   memperoleh Rp 4.634.818 mengandung makna  bahwa usaha tersebut akan mangalami  titik
impas ketika penerimaan yang diperoleh minimal Rp 4.634.818.
4.5.4. Analisis Nilai Tambah
Nilai tambah adalah selisih antara total nilai produk jadi dengan total nilai bahan baku dan total nilai bahan penunjang lainnya.  Perhitungan nilai tambah
tersebut akan berhubungan dengan penentuan harga jual produk yang dihasilkan. Untuk menghasilkan  910  kg tahu, diperlukan bahan baku berupa kacang
kedelai sebanyak 500 kg. Hal ini diliat dari faktor konversi yang menunjukkan 1,82     yang   berarti   bahwa   dengan   penambahan   1   kg   kedelai   maka   akan
menghasilkan   1,82   kg   tahu.   Berbeda   dengan   kecap   manis   air   kelapa   dimana dengan penambahan 1 kg kedelai maka akan menghasilkan 1,18 kg kecap manis
air kelapa. Penggunaan tenaga kerja untuk melakukan aktivitas produksi yaitu selama
satu bulan. Hal ini dilakukan karena kegiatan produksi terus berjalan setiap hari karena   adanya   permintaan   pasar   akan   produk   tahu.   Koefisien   tenaga   kerja
diperoleh dari hasil pembagian tenaga kerja dengan bahan baku yang tersedia. Dimana untuk tahu diperoleh koefisiennya 20 0,2 HOKKg, sementara untuk
kecap manis air kelapa yaitu 12 0,12 HOKKg. Upah rerata tenaga kerja untuk produksi   tahu   sama   dengan   untuk   produksi   kecap   manis   air   kelapa   sebesar
Rp 15.000. Hal ini dilakukan karena ingin melihat kelayakan kecap manis air kelapa dengan keadaan yang ada pada agroindustri tahu.
Nilai produk diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga produk tahu   yaitu   Rp   14.560,   sementara   untuk   kecap   air   kelapa   diperoleh   harga
Rp 16.520. Sementara nilai tambah tahu yaitu 6.298,7 diperoleh dari pengurangan nilai produk, harga bahan baku dan nilai input lain. Sementara untuk kecap manis
air kelapa yaitu senilai 4.872,6. 43
Rasio   nilai   tambah   yaitu   persentase   perbandingan   nilai   tambah   dengan nilai produk. Dari analisis diperoleh rasio nilai tambah tahu yaitu 43,26 dan
untuk kecap manis air kelapa yaitu 29,5 dari setiap nilai produknya.
Tabel 10. Analisis Nilai Tambah Agroindustri kedelai Sri Rezeki
No Variabel
Nilai symbol
Tahu Kecap
manis air kelapa
I OUTPUT, INPUT DAN HARGA
1. Produk kgbulan
A 910
987,5 2.
Bahan baku kgbulan B
500 832,5
3. Tenaga kerja HOK bulan
C 100
100 4.
Faktor konversi 12 A  B = M
1,82 1,18
5. Koefisien tenaga kerja 32
C  B = N 0,2
0,12 6.
Harga produk Rp kg produk D
8.000 14.000
7. Upah rata-rata Rp HOK
E 15.000
15.000 II
PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN RpBulan Bahan Baku
8. Harga bahan baku Rp kg
F 6.900
200 9.
Nilai input lain Rpkg bahan baku G
1.361,3 11.447,4
10 Nilai produk 4 x 6 Rpkg
M X D = K 14.560
16.520 11.
a. Nilai tambah 10-8-9 Rpkg K – F – G = L
6.298,7 4.872,6
b. Rasio nilai tambah 11a10 L  K = H
43,26 29,5
12. a. imbalan tenaga kerja5x7Rpkg N X E = P
3.000 1.800
b. bagian tenaga kerja 12a11a P  L = Q
47,63 36,94
13. a. keuntungan 11a – 12a L – P = R
3.298 3.072,6
b. tingkat keuntungan 13a11a R  L = O
52,37 63,05
III BALAS JASA FAKTOR PRODUKSI
14 Marjin Rpkg
a. pendapatan tenaga kerja 12a14 K – F = S
7.660 16.320
P  S = T 39,16
11,02 b. sumbangan input lain 914
G  S = U 17,77
70,14 c. keuntungan pengolah 13a14
R S = V 43,05
18,82
Sumber : Data Olahan 2010
4.6. Mutu Organoleptik
Data hasil organoleptik rata-rata produk kecap manis air kelapa disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Organoleptik Kecap Manis Air Kelapa
No. Kriteria
Rata-rata
1. 2.
Warna Rasa
3,10 3,96
3. 4.
Aroma Kekentalan
3,73 3,10
Sumber : Data Olahan 2010. Hasil penilaian uji organoleptik oleh 30 orang panelis yang  merupakan
ibu-ibu PKK Desa Pangkalan Makmur menunjukkan bahwa   warna dari kecap manis   air   kelapa   mendapatkan   nilai   rata-rata   3,10   yang   berarti   panelis
memberikan penilaian agak suka   terhadap karakteristik warna kecap manis air kelapa. Warna kecap yang  dihasilkan adalah coklat  kehitaman. Warna tersebut
dikarenakan penggunaan gula aren dan gula kelapa yang berwarna cokelat. Untuk memberikan warna yang lebih hitam, maka ditambahkan kluwek yang berfungsi
sebagai pemberi warna hitam pada makanan. Karakteristik   rasa   mendapatkan   nilai   rata-rata   yaitu   3,96   yang
menunjukkan panelis menyukai rasa kecap manis air kelapa yang dihasilkan. Rasa kecap yang kaya akan bumbu-bumbu membuat panelis tertarik dan menyukai rasa
dari produk kecap manis ini.   Hal yang sama   ditunjukkan     terhadap penilaian aroma.   Panelis   rata-rata   memberikan   penilaian   3,73   yang   berarti   panelis
memberikan penilaian suka terhadap aroma kecap manis air kelapa. Aroma kecap yang dihasilkan adalah aroma kecap yang dicampur dengan
bumbu-bumbu seperti pekak bunga lawang, lengkuas, sereh.  Pada karakteristik tekstur,   kecap   manis   air   kelapa   mendapatkan   penilaian   rata-rata   adalah   3,10
dimana panelis memberikan nilai agak suka terhadap karakteristik tekstur kecap manis air kelapa. Hal ini dikarenakan tekstur kecap yang sedikit encer dan tidak
sekental kecap manis kedelai yang ada di pasaran. Secara keseluruhan penilaian panelis terhadap kecap manis air kelapa yaitu panelis menyukai karakteristik rasa
dan aroma kecap manis air kelapa yang diujikan dan agak suka terhadap kriteria warna dan tekstur.
4.7. Analisis Prospek Usaha Agroindustri Kedelai