Aspek Produksi Kelayakan Usaha 1. Aspek Teknis

Tabel 7. Perhitungan Sumbangan Input Lain Produk Tahu dan Kecap Manis Air Kelapa Agroindustri Sri Rezeki pada Bulan Penelitian. No Input Lain Tahu Kecap manis 1 Bahan baku penunjang Rp 90.000 8.570.500 2 Bahan penunjang Rp 337.500 930.000 3 Penyusutan peralatan Rp 253.150 29.490 Jumlah input lain Rp 680.650 9.529.990 Bahan Baku satu bulan Kg 500 832,5 Sumbangan input lainkg bahan baku RpKg 1.361,3 11.447,4 Sumber: Data Olahan, 2010 Dari tabel 7, biaya penyusutan peralatan untuk proses produksi tahu adalah Rp. 253.150 Lampiran 6 dan untuk kecap manis air kelapa adalah sebesar Rp. 29.490 Lampiran 6. Sehingga dapat dilihat sumbangan input untuk produk tahu yaitu Rp 1.361,3 untuk per kilogram bahan baku. Sementara untuk produk kecap diperoleh hasil Rp 11.447,4 per kilogram bahan baku. Sumbangan input lain ini diperoleh dari penjumlahan semua biaya kemudian dibagi dengan total bahan baku selama satu bulan. c. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi yaitu kemampuan agroindustri menghasilkan produk untuk setiap proses produksi. Agroindustri kedelai Sri Rezeki mampu memproduksi 728 buah tahu 36,4 kg dari 20 kg kedelai per harinya. Sementara kapasitas produksi kecap manis air kelapa yang diuji cobakan untuk penelitian, perharinya mampu berproduksi sebanyak 33,3 l air kelapa dengan menggunakan 5 kg tepung tempe yang dibuat dari 20 kg kedelai menghasilkan 39,5 l kecap manis perharinya.

4.5.2. Aspek Produksi

Produksi merupakan proses perubahan input menjadi output dalam usaha agroindustri Sri Rezeki. Input berupa bahan baku kedelai dan air kelapa diolah menjadi output atau barang jadi berupa tahu dan kecap manis air kelapa. Dalam memproduksi suatu barang, diperlukan suatu teknologi atau metode untuk pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknologi atau metode tersebut, terutama pada peningkatan efisiensi kerja, penekanan biaya produksi, dan peningkatan mutu produk. Jenis teknologi yang dipakai pada agroindustri kedelai Sri Rezeki adalah jenis teknologi yang bersifat semi tradisional. Adapun tahapan proses pembuatan tahu pada agroindustri Sri Rezeki dapat dilihat pada gambar 1. G ambar. 1: Proses Pembuatan Tahu Perendaman Kedelai 5 jam Pencucian dan Pengeringan Kedelai 30 menit Penggilingan Kedelai 10 menit Perebusan Bubur Kedelai 20 menit Penyaringan 5 menit Pendinginan dan Pengendapan Bubur Tahu dengan Menggunakan batu tahu 10 menit Pencetakan Tahu 20 menit Pemotongan Tahu 10 menit 33 Dari gambar 1, diperoleh penjelasan bahwa pada tahap awal proses produksi yang dilakukan pada jam 05.00 WIB, kedelai ditimbang sebanyak 20 kg yang dibagi kedalam 4 wadah. Kedelai yang telah dibagi tersebut direndam selama kurang lebih 5 jam. Hal ini bertujuan untuk melunakkan kedelai agar mudah digiling dan untuk melepaskan kulit kedelai, sehingga tinggal bijinya saja. Kedelai yang direndam ini akan mengembang sehingga biji kedelai akan tampak lebih besar jika dibandingkan dengan keadaan sebelum kedelai direndam. Setelah proses perendaman dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu tahap pembersihan. Pembersihan dan pengeringan dilakukan dengan tujuan agar kulit ari kedelai tidak ikut pada tahap selanjutnya dan membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada biji kedelai. Apabila kedelai dicuci dengan tidak bersih, maka akan menyebabkan tahu yang dihasilkan akan cepat asam sehingga tidak laku untuk dijual. Hal ini tentu saja akan mengurangi tingkat pendapatan pengusaha agroindustri Sri Rezeki. Lama proses pengeringan ini sekitar ±30 menit. Tahap berikutnya yang dilakukan setelah kedelai dibersihkan dan dikeringkan adalah tahap penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan bantuan mesin penggiling. Caranya dengan memasukkan kedelai yang telah ditiriskan ke dalam mesin penggiling sedikit demi sedikit sambil diberi air supaya proses penggilingan berjalan lancar hingga kedelai tersebut hancur berupa bubur. Dalam setiap kali proses penggilingan, kedelai yang digiling sebanyak 5 kg. Proses penggilingan ini dilakukan secara bertahap dan memakan waktu selama 10 menit untuk satu kali penggilingan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kedelai yang telah digiling tidak menumpuk terlalu lama menunggu proses selanjutnya yaitu tahap perebusan. Karena kalau kedelai yang telah digiling dibiarkan terlalu lama menunggu perebusan, maka hasil tahu yang diperoleh tidak baik. Perebusan bubur kedelai adalah tahap berikutnya yang dilakukan. Bubur kedelai yang telah digiling direbus menggunakan tungku dengan memberi uap panas dari tungku drum. Perebusan ini dilakukan dengan pemberian uap bertujuan agar tahu yang dihasilkan tidak berbau kerak dan tidak mengurangi rasa dari tahu itu sendiri. Karena kalau menggunakan api biasa, maka hasil yang diperoleh tidak terlalu baik dan bagus, baik dari aspek rasa maupun aroma. Lama proses perebusan bubur kedelai hingga bubur kedelai mendidih membutuhkan waktu kurang lebih 15 – 20 menit yang ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil dan proses perebusan ini dijaga supaya tidak mengental. Adapun tujuan perebusan atau pemasakan bubur kedelai ini adalah untuk menghilangkan bau kedelai dan proses penyaringannya dapat berjalan dengan baik. Pemanasan pada tahap proses perebusan juga sangat berpengaruh pada kandungan proteinnya. Pengaruh panas dapat menyebabkan kerusakan protein sehingga proses perebusan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Setelah bubur kedelai masak, maka bubur kedelai yang biasanya disebut dengan aji kemudian disaring untuk memisahkan antara sari tahu aji yang akan dicetak dengan ampas kedelai. Penyaringan ini juga bertujuan untuk memindahkan bubur kedelai aji yang telah masak dari tempat atau wadah perebusan. Penyaringan tahu ini dilakukan dengan menggunakan kain saringan. Proses berikutnya yaitu tahap pendinginan. Proses ini ini dilakukan dengan bantuan batu tahu atau air pancingan. Batu tahu yaitu larutan yang bersifat asam yang berfungsi untuk memisahkan antara aji dan air. Batu tahu dari hasil produksi sebelumnya dicampurkan kedalam wadah penyimpanan bubur tahu aji yang telah dimasak. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan sari tahu dibagian bawah wadah dan memisahkan antara aji dan air. Proses ini memakan waktu sekitar 10 menit. Tahap pencetakan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan tahu. Tahap ini diawali dengan penyiapan cetakan yang terbuat dari kayu yang berukuran 80 x 70 cm. Kemudian bagian dasarnya dialas dengan kain saringan. Setelah itu bubur tahu yang telah terpisah dari ampasnya tadi dipindahkan kedalam cetakan. Setelah semua bubur tahu aji berada didalam cetakan, bagian atas dari cetakan ditutup kembali dengan menggunakan kain saringan. Setelah permukaan cetakan tahu tertutup seluruhnya, cetakan ditutup dengan penutup cetakan dan ditindih dengan menggunakan batu besar. Hal ini bertujuan untuk mengepress tahu tersebut agar semua kandungan airnya keluar dan bubur tahu menjadi padat. Tahap pencetakan ini dilakukan selama 15 – 20 menit, atau hingga kandungan airnya habis dan tahu bisa dipotong. Rangkaian paling akhir adalah tahap pemotongan tahu. Setelah tahu dipress kurang lebih selama 15 - 20 menit, maka dilakukan proses pemotongan tahu. Pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan pisau. Untuk satu kali proses pencetakan yang merupakan satu kali proses produksi, tahu yang dihasilkan adalah sebanyak 182 tahu, dimana rata-rata berat satu buah tahu adalah 50 gram. Sementara produksi perhari terdiri dari 4 kali proses produksi. Sehingga jumlah total tahu yang dihasilkan setiap hari produksi yaitu berjumlah 728 buah tahu dengan 4 kali proses produksi per hari. Tahu hasil produksi ini diletakkan di dalam wadah ember dan untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. Sementara tahapan proses pembuatan kecap manis air kedelai dapat dilihat pada gambar 2. Gambar.2 : Proses Pembuatan Kecap Manis Air Kelapa Sumber: Fajar 2009 Pencampuran karamel kedalam air kelapa yang telah dipanaskan Pencampuran tepung tempe, gula kelapa atau gula aren dan bumbu-bumbu setelah air kelapa mendidih Pengadukan dilakukan selama proses perebusan Penyaringan dengan menggunakan penyaring kawat dalam keadaan panas Penghancuran hasil saringan Pencampuran hasil saringan dengan cairan hasil saringan Perebusan cairan hasil penyaringan sampai mendapatkan 75 dari volume semula Penambahan bubuk agar-agar pada cairan sebelum perebusan 37 Penyaringan kembali sampai ampas yang tersisa sedikit Penyaringan kembali dengan menggunakan kain belacu Kecap air kelapa Pembuatan karamel Dari gambar 2 tersebut, dapat dilihat bahwa tahap paling awal yang dilakukan untuk memproduksi kecap manis air kelapa yaitu persiapan bumbu. Tahap persiapan bumbu diawali dengan pembuatan tepung tempe yang dibuat dari tempe yang telah dikeringkan. Pengeringan tempe dilakukan dengan menjemur tempe yang telah diiris tipis-tipis dibawah sinar matahari. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu 2 hari jika keadaan cuaca bagus. Tempe yang telah kering kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender. Tempe yang telah hancur dipisahkan dengan menggunakan saringan atau ayakan hingga terpisah dan berupa tepung. Tempe kering yang masih kasar kemudian diblender kembali supaya lebih halus dan bisa dijadikan tepung hingga tempe habis. 1 kg kedelai dapat dibuat menjadi 1 kg tempe yang menghasilkan 250 gram tepung tempe. Kemudian bumbu-bumbu lain seperti pekak, wijen, kemiri, dan bawang putih dihaluskan. Sementara itu lengkuas, sereh dan jahe dimamerkan. Tahap selanjutnya adalah tahap pembuatan karamel. Tahap ini diawali dengan memasukkan gula pasir ke dalam panci dan disangrai sambil terus diaduk hingga menjadi karamel dan berwarna kecoklat-coklatan. Kemudian gula pasir yang telah menjadi karamel dimasukkan kedalam panci yang telah diisi air kelapa yang telah disaring dan terpisah dari kotoran. Setelah pembuatan karamel selesai, maka proses perebusan air kelapa pun dimulai. Air kelapa yang telah disaring, dipanaskan hingga mendidih. Air kelapa yang telah mendidih tersebut dicampurkan dengan tepung tempe dan bumbu- bumbu yang telah dihaluskan serta gula aren dan gula kelapa. Pemanasan tetap dilanjutkan hingga cairan kental atau volumenya tinggal 75 dari keadaan semula. Tahap penyaringan adalah tahap berikutnya yang dilakukan setelah proses perebusan dilakukan. Setelah cairan kental dan mendidih, cairan kecap selanjutnya disaring. Pada tahap pertama, cairan kecap disaring dengan menggunakan saringan kawat. Hal ini bertujuan untuk memisahkan bumbu- bumbu kasar yang tercampur dengan cairan kecap. Kemudian pada tahap kedua, proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saringan. Hal ini bertujuan untuk memisahkan cairan kecap yang murni dengan ampas dan sisa-sisa bumbu halus yang telah digunakan. Tahap akhir dari proses produksi kecap manis air kelapa yaitu tahap pengemasan. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses pembuatan kecap manis air kelapa. Cairan kecap dimasukkan ke dalam plastik kemasan. Setiap plastik memiliki berat 250 ml atau setara dengan 250 gram. Setelah proses ini selesai, maka kecap manis air kelapa siap untuk dipasarkan. Adapun survei harga jual produk dilakukan penulis untuk mengetahui tingkat kemampuan daya beli konsumen terhadap produk kecap manis air kelapa. Dari survei untuk menentukan tingkat kemampuan daya beli masyarakat, sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual produk yang dilakukan di beberapa pasar yang ada di Kecamatan Dayun diperoleh harga jual produk kecap manis air kelapa Rp 3.500 per kemasan 250 ml atau sama dengan Rp 14.000 per liter. Harga ini lebih murah dibandingkan dengan kecap manis lain yang berbahan baku kedelai yang mencapai harga Rp. 20.000 per liter. Sementara dari biaya produksi yang 39 dikeluarkan, dengan harga Rp 3.500 per kemasan 250 ml, produk kecap manis air kelapa telah mampu mendatangkan keuntungan bagi produsen. 4. 5.3. Aspek Finansial Usaha 4. 5.3.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Untuk analisis biaya dan pendapatan pada agroindustri kedelai Sri Rezeki ini menggunakan data perbulan dimana dalam satu bulan jumlah hari kerjanya sebanyak 25 hari. Analisis ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang berapa produksi dalam satu bulan dan berapa perkiraan keuntungan yang dapat diperoleh serta memberikan gambaran tentang prospek kecap manis air kelapa sebagai salah satu bentuk diversifikasi produk pertanian yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pelaku agroindustri. Proses kegiatan produksi tahu dan kecap manis air kelapa memerlukan input-input yang menunjang kegiatan produksi. Input-input tersebut berupa bahan baku, bahan baku penunjang, bahan penunjang, dan biaya tenaga kerja. Selain itu perlu juga bantuan peralatan yang menunjang optimalisasi hasil produksi agar menciptakan output yang baik dan berkualitas. Analisis biaya dan finansial agroindustri dapat dilihat secara lengkap pada tabel 8. Tabel 8. Analisis perhitungan biaya, penerimaan, dan pendapatan bersih per bulan Uraian Nilai Tahu Kecap manis Biaya Tidak Tetap Rp 3.877.500 9.667.000 - Bahan baku Rp - Bahan baku penunjang Rp - Bahan penunjang Rp 3.450.000 90.000 337.500 166.500 8.570.500 930.000 Biaya Tetap Rp 1.750.150 1.529.490 - Penyusutan Rp 250.150 29.490 - Biaya Tenaga Kerja Rp 1.500.000 1.500.000 Biaya Total Rp 5.630.650 11.196.490 Jumlah Produksi Kg 910 987,5 Harga Jual Rp 8.000 14.000 Penerimaan Rp 7.280.000 13.825.000 Pendapatan bersih Rp 1.649.350 2.628.510 Sumber: Data Olahan, 2010. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya tidak tetap untuk produk tahu yaitu senilai Rp 3.877.500 dan untuk kecap manis air kelapa yaitu senilai Rp 9.667.000 yang diperoleh dari penjumlahan bahan baku, bahan baku penunjang dan bahan penunjang Lampiran 4 dan 5. Sementara itu biaya tetap berupa jumlah penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja untuk produk tahu diperoleh sebesar Rp 1.753.150 dan untuk produk kecap manis air kelapa sebesar Rp 1.529.490. Perhitungan nilai penyusutan disajikan pada lampiran 6 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 1.500.000 per bulan diperoleh dari hasil kali jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama 1 bulan produksi 25 hari dimana usaha agroindustri Sri Rezeki menggunakan 4 orang tenaga kerja dengan upah perhari Rp 15.000. Maka dari hasil tersebut, diperoleh biaya total untuk produksi tahu yaitu Rp 5.630.650 dan untuk kecap manis air kelapa senilai Rp 11.196.490. Dengan produksi tahu sebesar 910 kg, maka penerimaan yang diterima sebesar Rp 7.280.000 dan untuk kecap manis air kelapa dengan produksi perbulan sebesar 987,5 kg diperoleh penerimaan sebesar Rp 13.825.000. Sehingga dari semua penerimaan kotor dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi, maka didapatkan keuntungan bersih untuk produk tahu sebesar Rp 1.649.350 dan untuk produk kecap manis air kelapa sebesar Rp 2.628.510.

4. 5.3.2. Analisis Titik Impas BEP

Analisis titik impas atau Break Even Point adalah suatu keadaan dimana suatu kegiatan penjualan suatu produk tidak memberikan keuntungan, tetapi juga tidak memberikan kerugian kepada podusen. Break Event Point adalah suatu alat análisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilakukan, biaya-biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diperoleh oleh pelaku agroindustri dari setiap kegiatan produksinya. Berdasarkan tabel 9, untuk produk tahu diperoleh BEP untuk unit produksi sebesar 468,9 kg. Artinya agroindustri ini baru dikatakan memberikan keuntungan jika telah memproduksi tahu sebesar 468,9 kg. Sementara BEP berdasarkan unit rupiah untuk produk tahu diperoleh ketika penerimaan didapat sebesar Rp 3.730.106. Tabel 9. Analisis Titik Impas Agroindustri Kedelai Sri Rezeki No Uraian Nilai Tahu Kecap manis 1 Biaya Tetap Rp 1.753.150 1.529.490 2 Biaya Tidak Tetap Rp 3.877.500 9.667.000 3 Harga Jual Rp 8.000 14.000 4 Jumlah Produksi Kg 910 987,5 5 Penerimaan Rp 7.280.000 13.825.000 6 BEP unit produksi Kg 468,9 363,2 7 BEP rupiah Rp 3.730.106 4.634.818 Sumber: Data Olahan, 2010. Dari tabel 9 juga diperoleh BEP unit produksi untuk produk kecap manis air kelapa yaitu sebesar 363,2 yang maksudnya bahwa usaha agroindustri kecap manis air kelapa akan mendatangkan keuntungan ketika telah berproduksi minimal 363,2 kg. Dari BEP berdasarkan unit rupiah yang memperoleh Rp 4.634.818 mengandung makna bahwa usaha tersebut akan mangalami titik impas ketika penerimaan yang diperoleh minimal Rp 4.634.818.

4.5.4. Analisis Nilai Tambah