Analisis Pengaruh Efisiensi, Rasio Profitabilitas Dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Bank di Bursa Efek Indonesia

(1)

S E K

O L

A H P

A S

C

A S A R JA N

A

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO

PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP

RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

OLEH

DONNY L.A. ARITONAG

087019014/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO

PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP

RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DONNY L.A. ARITONAG

087019014/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Donny L.A. Aritonang Nomor Pokok : 087019014

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Dr. Muslich Lutfi, MBA.) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Muslich Lutfi, MBA

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

2. Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS. 3. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul: “ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 23 Januari 2013 Yang membuat pernyataan,


(6)

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA

EFEK INDONESIA ABSTRAK

Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan, Malaysia, Philipina dan Thailand. Fenomena di atas disebabkan oleh suku bunga perbankan yang sangat tinggi mencapai 77,63% pada tahun 1998. Akibatnya tingginya suku bunga dan tidak didukung oleh sektor riil, banyak kredit-kredit pinjaman perbankan mengalami penundaan pembayaran sehingga masuk kategori macet. Akibat ditutupnya beberapa bank, kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Implikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis terhadap return saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Efisiensi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 3 ratio keuangan yang terdiri dari : biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , Rasio Profitabilitas yaitu return on asset dan Risiko Sistematis yaitu beta saham. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, efisiensi yang terdiri dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , rasio profitabilitas yaitu retun on asset dan risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, efisiensi yang terdiri dari dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Rasio Profitabilitas yatiu return on asset berpengaruh signifikan terhadap return saham. Risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham.


(7)

THE EFFECT OF EFFICIENCY, PROFITABILITY RATIO AND SYSTEMATIC RISK TO BANKING SHARE RETURN IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE ABSTRCT

The Financial crisis in Indonesia in the middle of the 1997 gave terrible impact on the banking sector. Some main indicators in 1998 were in bad condition. The performance of national banking at that time was a lot worse than banking health in some Asian Countries which also in the economic crisis such as South Korea, Malaysia, Philipina and Thailand. The phenomenon was caused by the high interest up to 77,63% in 1998. The high interest was not supported by riil sector, the cancellation of loan payment until it is unpaid. The banks were closed, so that the people trust to bank dropped quickly. It implied to the low enthusiasm of investors to banking share. The aim of the study is to evaluate the impact of efficiency, profitability ratio and systematic risk towards banking return which are registerd in Indonesia Stock Exchange. The efficiency used in this study is 3 (three) financial ratios which are operational cost operational income, cost of efficiency ratio, overhead efficiency, profitability ratio is return on asset and systematic risk that is share beta. The study is done to 20 bank registered in Indonesia Stock Exchange in 2007 until 2011. The analysis model is the logistic regression. The result of the study showed that the efficiency such as operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency, profitability ratio that is return on asset and systematic risk that is share beta as simultaneously affected significantly to share return. Partially the efficiency which are operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency affected not significantly to share return. Profitability ratio that is return on asset affected significantly to share return. Systematic risk that is beta share affected not significantly to share return.


(8)

KATA PENGANTAR

PujidansyukurPenelitiucapkankehadiratTuhan Yang MahaKuasa, karena dengan Kasihdan KaruniaNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul“Analisis Pengaruh Efisiensi, Rasio Profitabilitas Dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Bank di Bursa Efek Indonesia ”Dalam penulisan Tesisini, Penelititelah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. SyahrilPasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K)

selakuRektorUniversitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr .Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.

3. BapakProf. Dr. Paham Ginting, MS, selakuKetua Program StudiIlmuManajemen.

4. IbuDr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Manajemen.

5. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBAselaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan Tesis ini.

6. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acselaku AnggotaKomisiPembimbing yang telahbanyakmembimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan Tesis ini.

7. Ibu Dr. KhairaAmalia F, MBA, Akselaku Anggota KomisiPembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan Tesis.

8. Bapak Drs. Syahyunan, M.Siselaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan Tesis ini.


(9)

9. Seluruh Staf Pengajardan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.

10. KeduaorangtuakuIr. A. Aritonangdan(Alm) R. Br.Pardedeatas semua kasih sayang dan semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian Tesis ini.

11. Kedua Mertuaku M. Silalahi dan N. Br. Siregar atas semua kasih sayang dan semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian Tesis ini

12. Istriku tercinta Fivi S. Silalahi, ST dan anakku tersayang Fido Faith Brian Aritonang.

13. Saudara-saudaraku yang tersayang atas doa dan dorongan yang telah diberikan dalam penyelesaian tesis ini.

14. Rekan-rekanSekolahPascasarjanaIlmuManajemenAngkatan XIX, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi dan dalam penulisan Tesis ini.

Penelitimenyadaritesisinibelumsempurna. Namun harapan peneliti semoga Tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan memberkati kita semua, Amin.

Medan,Januari 2013

Peneliti,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Donny Leonard Agustinus Aritonang, lahir diMedan, padatanggal29Agustus 1978, dari pasangan AyahandaIr. A. Aritonangdan IbundaR. Pardede.Pendidikan Sekolah Dasar di SD Santo Petrus Medan. Setelah Lulus SDtahun 1990melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPSanta Maria Medan,Lulus padatahun1993. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMANegeri 4 Medan, Lulus pada tahun 1996, dan tahun 1997 melanjutkan Studi di Universitas Katolik Santo Thomas dan Lulus padatahun2002, kemudian melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008.

Medan,Januari 2013

Peneliti,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Pengertian Bank ... 14

2.3. Kategori Bank ... 15

2.4. Asas Dan Prinsip Perbankan ... 16

2.5. Pasar Modal ... 18

2.6. Bursa Efek ... 20

2.7. Penilaian Harga Saham ... 20

2.7.1. Analisis Teknikal ... 21

2.7.2. Analisis Fundamental ... 22

2.8. Return Saham ... 23

2.9. Tingkat Keuntungan Dan Risiko ... 26

2.10. Efisiensi Bank ... 29

2.11. Rasio Profitabilitas ... 33

2.11.1 Return On Asset ... 33

2.12. Risiko Sistematis ... 35

2.13. Kerangka Pemikiran ... 36

2.14. Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.2. Jenis dan Sifat Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 42

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel ... 42


(12)

3.6.2. Defenisi Operasional Variabel ... 43

3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 44

3.7.1. Uji Validitas ... 44

3.7.1.1. Uji Validatas Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan ... 44

3.7.1.2. Uji Validitas Instrumen Variabel Kuasa Pribadi Pemimpin ... 45

3.7.1.3. Uji Validitas Instrumen Variabel Sikap Pemimpin ... 46

3.7.1.4. Uji Validitas Instrumenn Variabel Prestasi Kerja ... 47

3.7.2. Model Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 48

4.2. Hasil Uji Normalitas ... 52

4.3. Hasil Uji Ketepatan Model Regresi Logistik ... 53

4.4. Hasil Penelitian ... 53

4.4.1. Uji Serempak ... 54

4.4.2. Uji Parsial ... 57

4.4.2.1. Uji Parsial Variabel BOPO ... 57

4.4.2.2. Uji Parsial Variabel Cost Of Efficiency ... 58

4.4.2.3. Uji Parsial Variabel Overhead Efficiency 58

4.4.2.4. Uji Parsial Variabel Return On Asset ... 58

4.4.2.5. Uji Parsial Variabel Beta Saham ... 58

5.5. Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 63


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

3.1. OperasionalVariabel ... 43

4.1. Daftar Perusahaan Sampel ... 48

4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 49

4.3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 52

4.4. Hosmer and Lemeshow Sig. ... 53

4.5. Variables in the Equation ... 54


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Hubungan antara tingkat keuntungan sekuritas (Ri) dengan

pasar (Rm) ... 26

2.2 Tingkat Keuntungan dan Risiko... 27

2.3. Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis ... 29


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Perusahaan Perbankan Yang Listing di Bei

Periode Tahun 2007-2011 ... 68

2. Biaya Operasional Pendapatan Operasional Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 69

3. Cost Of Efficiency Ratio Pebankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 70

4. Overhaed Efficiency Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 71

5. Return On Asset Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 72

6. Beta Saham Individu Perbankan di BEI Tahun 2007-2011 ... 73


(16)

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI, RASIO PROFITABILITAS DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM BANK DI BURSA

EFEK INDONESIA ABSTRAK

Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan, Malaysia, Philipina dan Thailand. Fenomena di atas disebabkan oleh suku bunga perbankan yang sangat tinggi mencapai 77,63% pada tahun 1998. Akibatnya tingginya suku bunga dan tidak didukung oleh sektor riil, banyak kredit-kredit pinjaman perbankan mengalami penundaan pembayaran sehingga masuk kategori macet. Akibat ditutupnya beberapa bank, kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Implikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis terhadap return saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Efisiensi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 3 ratio keuangan yang terdiri dari : biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , Rasio Profitabilitas yaitu return on asset dan Risiko Sistematis yaitu beta saham. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, efisiensi yang terdiri dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency , rasio profitabilitas yaitu retun on asset dan risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, efisiensi yang terdiri dari dari biaya operasional pendapatan operasional, cost of efficiency ratio dan overhead efficiency berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Rasio Profitabilitas yatiu return on asset berpengaruh signifikan terhadap return saham. Risiko sistematis yaitu beta saham berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham.


(17)

THE EFFECT OF EFFICIENCY, PROFITABILITY RATIO AND SYSTEMATIC RISK TO BANKING SHARE RETURN IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE ABSTRCT

The Financial crisis in Indonesia in the middle of the 1997 gave terrible impact on the banking sector. Some main indicators in 1998 were in bad condition. The performance of national banking at that time was a lot worse than banking health in some Asian Countries which also in the economic crisis such as South Korea, Malaysia, Philipina and Thailand. The phenomenon was caused by the high interest up to 77,63% in 1998. The high interest was not supported by riil sector, the cancellation of loan payment until it is unpaid. The banks were closed, so that the people trust to bank dropped quickly. It implied to the low enthusiasm of investors to banking share. The aim of the study is to evaluate the impact of efficiency, profitability ratio and systematic risk towards banking return which are registerd in Indonesia Stock Exchange. The efficiency used in this study is 3 (three) financial ratios which are operational cost operational income, cost of efficiency ratio, overhead efficiency, profitability ratio is return on asset and systematic risk that is share beta. The study is done to 20 bank registered in Indonesia Stock Exchange in 2007 until 2011. The analysis model is the logistic regression. The result of the study showed that the efficiency such as operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency, profitability ratio that is return on asset and systematic risk that is share beta as simultaneously affected significantly to share return. Partially the efficiency which are operational cost operational income, cost of efficiency and overhead efficiency affected not significantly to share return. Profitability ratio that is return on asset affected significantly to share return. Systematic risk that is beta share affected not significantly to share return.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus fund). Pendapatan investasi saham yang berupa capital gain akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga saham, sedangkan yang berupa dividen selain dipengaruhi oleh kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh keadaan eksternal perusahaan.

Harapan keuntungan pada masa yang akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan. Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut sebagai return. Seorang investor mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang dilakukannya. Namun untuk mendapatkan return yang tinggi investor menghadapi risiko yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi return yang diharapkan semakin tinggi risiko investasi.

Pasar modal sebagai bagian dari sistem perekonomian suatu negara, khususnya dalam sektor keuangan, pasar modal menyediakan dua fungsi pokok bagi masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu sebagai fungsi ekonomi dan keuangan. Dengan adanya pasar modal, perusahaan dapat menambah keuangan sebagai sumber dana yang digunakan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk keperluan pengembangan dan ekspansi.


(19)

Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan. Diawali dengan diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter, dan perbankan antara lain meliputi pemberian kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank, dan lembaga keuangan bukan bank. Setelah diluncurkannya deregulasi tersebut, dalam kurun waktu 1988-1996 bisnis perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut data Biro Riset Info Bank, industri perbankan menguasai 90,46% pangsa pasar keuangan di Indonesia, diikuti industri asuransi 3,38%, dana pensiun 3,01%, industri pembiayaan 2,32%, sekuritas 0,65% dan pegadaian 0,20% (Anita dan Rahadian, 2003). Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak mendorong terciptanya industri perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan dalam tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial mencapai 50%, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus 18%, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kondisi minus 15% (Anita dan Rahadian, 2003). Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Hal ini mengakibatkan timbulnya krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan.

Bank yang pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta adalah Bank Panin yaitu pada tanggal 29 Desember 1982. Jumlah bank yang pernah tercatat di Bursa Efek Jakarta sampai dengan tahun 1996 sebanyak 32


(20)

bank, namun seiring dengan adanya krisis ekonomi maupun perbankan yang melanda Indonesia yang dimulai pada tahun 1997, menyebabkan beberapa bank ditutup atau dimerger. Disamping itu, dengan diterbitkannya Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Single Presence Policy (SPP) mendorong bank-bank untuk melakukan konsolidasi/merger.

Bulan November tahun 2007 Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyatakan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia. Penggabungan kedua bursa ini menjadi tak terhindarkan karena Indonesia telah terikat berbagai kontrak regional maupun internasional yang mengharuskan perekonomiannya terbuka, termasuk bursa efek. Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai beroperasi pada awal 1 Desember 2007.

Krisis keuangan global tahun 2007/2008 tak hanya berdampak pada sektor riil, tetapi juga sangat memukul sektor finansial, bahkan angka kerugian di sektor finansial dilaporkan lebih besar daripada kerugian di sektor manufaktur. Keadaan sektor finansial makin memburuk ketika banyak perbankan melakukan perketatan likuiditas Dalam menghadapi krisis yang tengah kita alami sekarang ini, perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Stabilitas di sektor finansial maupun sektor riil sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas kondisi perekonomian nasional. Pihak perbankan sebagai pemain utama dalam sektor finansial perlu mengambil kebijakan yang efisien dan efektif, tidak hanya untuk menggerakkan roda perusahaannya sendiri, tetapi juga untuk menggerakkan roda perekonomian nasional.


(21)

Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Efisiensi perusahaan bukan hanya merupakan ukuran perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input, tetapi bagaimana manajemen mengelola sumberdaya yang ada dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output yang optimal. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah.

Aspek efisiensi dipandang sangat penting sekali bagi sebuah bank atau bagi industri perbankan secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang makro dan sudut pandang mikro sesuai dengan fungsi yang dijalankan oleh industri perbankan. Dari sudut pandang makro dapat dilihat bahwa industri perbankan memainkan peran yang sangat strategis dalam pergerakan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melalui kegiatan utamanya dalam financial market, yaitu mobilisasi dana dan penyaluran kredit, lembaga-lembaga perbankan tidak hanya bisa meningkatkan produktivitas dana tetapi juga dapat mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Bahkan, penyaluran berbagai bentuk kredit konsumsi pun juga mempunyai dampak positif bagi dunia usaha karena ikut membantu peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Selain itu, terdapat pula banyak sekali bentuk jasa keuangan yang amat dibutuhkan dalam transaksi ekonomi, baik lokal maupun internasional, hanya bisa


(22)

disediakan oleh lembaga-lembaga perbankan. Sehubungan dengan perannya yang amat strategis tersebut maka lembaga-lembaga perbankan dengan tingkat efisiensi yang tinggi sangat diperlukan karena mempunyai dampak positif pada sektor-sektor lain.

Dari sisi mikro aspek efisiensi juga sangat penting artinya bagi sebuah lembaga perbankan. Tingkat efisiensi menggambarkan kemampuan bank yang bersangkutan dalam mengelola input dan output nya. Di dalam persaingan sempurna (perfect competition) atau struktur pasar yang mendekati persaingan sempurna, bank-bank yang kurang efisien bisa tersingkir dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Bank seperti ini tidak hanya akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan nasabahnya tetapi juga dalam menarik nasabah-nasabah baru untuk memperbesar customer-base nya. Kesulitan yang akan dihadapi oleh bank-bank yang kurang efisien bisa lebih berat lagi bila dikaitkan dengan perkembangan pasar keuangan yang semakin kempetitif dimana lembaga perbankan tidak hanya menghadapi para pesaing dari dalam industri perbankan saja tetapi juga dari industri lain. Dengan demikian jelas bahwa tingkat efisiensi diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja, tingkat kesehatan dan kelangsungan hidup sebuah lembaga perbankan.

Bila lembaga keuangan bank meningkat kesehatannya diharapkan kinerjanya juga meningkat sehingga menunjang reputasinya. Kinerja bank yang baik tentu akan memberikan keyakinan investor untuk bisa memperoleh return saham yang memadai. Jika pemegang saham mendapat return saham yang tinggi


(23)

untuk lembaga keuangan bank yang memiliki kinerja yang baik , ini berarti pasar memberi respon yang signifikan.

Baik buruknya kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi investor dalam menentukan pembelian saham perusahaan. Tentunya investor akan menjatuhkan pilihannya pada saham yang memiliki reputasi yang baik karena investor ingin memperoleh return saham yang tinggi dari investasinya.

Kinerja perusahaan go public dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di lantai bursa, kinerja saham yang baik adalah jika kenaikan harganya diatas atau paling tidak sama dengan tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten yang dapat menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan tanggapan positif dari investor.

Faktor lain yang mempengaruhi return suatu investasi adalah Rasio Profitabilitas. Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering digunakan untuk memprediksi return saham adalah return on asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jika ROA semakin meningkat, maka kinerja perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat kembalian semakin meningkat (Hardiningsih et.al., 2002). Bahkan Ang (2005) menyatakan bahwa ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada untuk memprediksi return saham.

Investor dalam menjalankan aktivitasnya menghadapi dua macam risiko, yaitu: risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kedua risiko tersebut mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan investor. Semakin tinggi return yang diharapkan, semakin tinggi risiko investasi. Risiko tidak sistematis dari satu perusahaan tidak berkorelasi dengan perusahaan lainnya. Sebaliknya, risiko sistematis akan berkorelasi terhadap setiap saham perusahaan. Hal ini


(24)

disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis adalah sama, misalnya tingkat inflasi, tingkat bunga atau variabel lainnya atau sering disebut dengan variabel makro ekonomi. Perubahan variabel makro ekonomi akan berdampak pada seluruh saham perusahaan.

Bagian risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko sistematis, sedangkan yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko tidak sistematis. Oleh karena sebagian risiko bisa dihilangkan dengan diversifikasi, dan pemodal bersifat tidak menyukai risiko, maka mereka tentunya akan melakukan diversifikasi. Bagian risiko yang hilang karena diversifikasi menjadi tidak relevan dalam pengukuran risiko. Hanya risiko yang tidak bisa hilanglah yang relevan. Risiko ini disebut juga sebagai risiko sistematis atau beta.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis secara serempak terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah ada pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis secara parsial terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia?


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis secara serempak terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis secara parsial terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas antara lain :

1. Memberikan wawasan dan pandangan, khususnya bagi peneliti sendiri, untuk memahami secara mendalam akan pendekatan efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis yang digunakan dalam menganalisis investasi di pasar modal terhadap keuntungan saham di Bursa Efek Indonesia.

2. Memberi masukan kepada manajemen bank go public untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan dengan menekankan efisiensi tersebut. 3. Sebagai informasi ilmiah, khususnya di bidang investasi, sehingga para

investor dan terutama pengelola pasar modal dapat menggunakannya untuk menyusun suatu perencanaan dan menciptakan suatu kondisi pasar modal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.


(26)

4. Referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama pada masa yang akan datang.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang sebelumnya berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian Saputra dan Leng (2002) yang berjudul “Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999”, dengan menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Penelitian Suardana (2005) yang berjudul “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return Saham”, dengan menggunakan analisis Linier Berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen CAR, RORA, BOPO, EPS dan LDR secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji regresi secara parsial dapat diketahui bahwa hanya variabel CAR yang berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan variabel independen lainya, baik RORA, BOPO, EPS dan LDR tidak berpengaruh terhadap return saham

Penelitian Limbong (2006) yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”, Adapun indikator faktor fundamental yang diteliti adalah: Capital Adequacy Ratio, Return On Risk Assets, Loan to Assets


(28)

Ratio, Net Profit Margin, Operting Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Net Interest Margin, dan Loan to Deposit Ratio. Dengan menggunakan model analisis Regresi Logistik. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor fundamental dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan saham, secara parsial risiko sistematis tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.

Penelitian Yuliani (2007) yang berjudul ”Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”, dengan menggunakan metode regresi time-series cross-section (pooled regression). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata MSDN (Total Dana Pihak Ketiga)13,73%, rata-rata-rata-rata BOPO 89,51%, rata-rata-rata-rata CAR 20,20%, dan rata-rata LDR 62,97%. Variabel-Variabel bebas dalam penelitian ini secara bersama-sama mampu memberikan kontribus secara simultan terhadap variabel terikatnya (ROA). Variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Penelitian Martoyo (2007) yang berjudul “Pengaruh Rasio CAR, LDR, ROA, ROE, NIM, Dan NPL Terhadap Risk Dan Return Saham Bank”, dengan menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama tahun 2002-2004, indikator utama kinerja perbankan memiliki hubungan dan pengaruh signifikan terhadap return dan risk saham perbankan. Indikator utama kinerja perbankan yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah CAR, ROA, ROE, NPL dan LDR sedangkan yang berpengaruh terhadap risiko adalah ROE, NIM, NPL dan LDR sehingga indikator


(29)

utama tersebutlah yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham perbankan guna memaksimalkan tingkat keuntungan yang diharapkan dan meminimalkan tingkat risiko yang akan diperoleh.

Penelitian Purwaningtiyas dan Sujatmika (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cost Of Efficiency Ratio, Overhead Efficiency dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham Bank”, dengan menggunakan analisis Linier Berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen CER, OE, dan DER secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji regresi secara parsial dapat diketahui bahwa hanya variabel CER yang berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan variabel independen lainya, baik OE dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Sumber Topik Variabel yang diteliti

Alat analisis Hasil Saputra dan Leng (2002) Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha yang Go Public di Bursa Efek Jakarta Faktor Risiko Sistematis, Likuiditas, Tingkat Pengembalian Saham Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko sistematis dan likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Suardana (2005) Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return Saham CAR, RORA, BOPO, EPS, LDR, Return Saham Regresi linier berganda Hanya variabel CAR yang berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

Limbong (2006) Analisis Pengaruh Faktor Fundamental

CAR, Return on Risk Assets, Loan to Assets Ratio, NPM, Regresi Logistik Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel risiko sitematis


(30)

dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta Operating Profit Margin, ROA, ROE, NIM dan LDR dan Risiko sistematis, Return saham tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham

Yuliani (2007) Hubungan

Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta MSDN, BOPO, CAR, LDR, ROA Pooled regression) BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA

Martoyo (2007) Pengaruh Rasio

CAR, LDR, ROA, ROE, NIM dan NPL terhadap Risk dan Return Saham Bank CAR, LDR, ROA, ROE, NIM, NPL, Risk Saham, Return Saham Regresi Linier Berganda CAR, ROA, ROE, NPL dan LDR berpengaruh signifikan terhadap Return Saham sedangkan NIM, ROE, NPL, LDR berpengaruh signifikan terhadap Risiko. Purwaningtyas dan Sujatmika (2009) Analisis Pengaruh Cost Of Efficiency Ratio, Overhead Efficiency dan Debt to Equty Ratio terhadap Return Saham Bank Cost of Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, Debt to Equity Ratio, Return Saham Regresi Linier Berganda CER berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan OE dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap Return saham


(31)

2.2. Pengertian Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan l a i n n y a d a p a t b e r u p a c e n d r a m a t a , h a d i a h , u n d i a n , a t a u b a l a s j a s a l a i n n y a . S e m a k i n b e r a g a m d a n m e n g u n t u n g k a n b a l a s j a s a y a n g d i b e r i k a n , m a k a a k a n

Ditinjau dari peran dan fungsinya, terdapat beberapa definisi tentang bank, antara lain bahwa bank adalah industri jasa yang mempunyai fungsi sebagai mediator dari pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor: 2 Tahun 1992 tentang Perbankan, dinyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya.


(32)

Menurut Kuncoro (2003: 68), bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun masyarakat dalam negeri.

2.3. Kategori Bank

Kategori atau bentuk bank sesuai Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dapat digolongkan berdasarkan kategori jenis bank dibagi menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dengan catatan Bank Umum dapat mengkhususkan diri melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu. Berbeda dengan jenis bank menurut Undang-undang Nomor : 14 Tahun 1967, Bank Indonesia tidak dikategorikan sebagai jenis bank. Hal ini dapat dipahami karena pada prinsipnya Bank Indonesia merupakan organisasi/lembaga negara yang mempunyai fungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang dimaksud, yaitu dalam kapasitasnya sebagai pembina dan pengawas bank, sehingga tidak termasuk dalam jenis bank yang diatur dalam Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.


(33)

a) Bentuk Hukum

Bentuk hukum Bank Umum dapat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perusahaan Daerah. Sedangkan Bentuk Hukum BPR dapat berupa Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas dan bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b) Kegiatan usaha

Bank Devisa dan Bank Bukan Devisa. c) Sistem Pembayaran Jasa

Bank konvensional atau berdasarkan prinsip pembayaran bunga dan bank yang berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan (prinsip syariah).

2.4. Asas Dan Prinsip Perbankan

Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Untuk mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945. Demokrasi ekonomi ini tersimpul dlam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip kepercayaan ( fiduciary relation principle ), prinsip kehati-hatian ( prudential principle ), prinsip kerahasiaan ( secrecy principle), dan prinsip mengenal nasabah ( know how costumer principle )


(34)

1. Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relation principle )

Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998.

2. Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )

Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.

3. Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)

Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara


(35)

perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank.

4. Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/1 0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.

2.5. Pasar Modal

Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan, 2006). Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan dana modal sendiri biasanya berbentuk saham.


(36)

Pasar modal mempunyai peran dan manfaat penting dalam perekonomian suatu negara karena menciptakan fasilitas bagi keperluan industri atau investor dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.

Berdasarkan jenis dan fungsinya, pasar modal terbagi atas dua yaitu: pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya dan proses tersebut disebut dengan istilah Initial Public Offering (IPO),atau Penawaran Umum Perdana. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detil (disebut juga prospectus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga dengan adanya inormasi tersebut maka investor akan bisa mengetahui prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan selanjutnya mungkin tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten. Dana yang didapatkan perusahaan merupakan hasil perdagangan sekuritas yang dilakukan di pasar perdana.

Setiap perusahaan yang telah melakukan penawaran umum perdana (go public) berarti bahwa kepemilikannya telah bergeser dari pemilik lama (founders) kepada masyarakat. Selanjutnya sekuritas emiten tersebut bisa diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. Pasar sekunder merupakan pasar bagi sekuritas yang dicatatkan di bursa, atau merupakan kelanjutan dari pasar perdana. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana. Untuk kasus di Indonesia, sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar


(37)

sekunder adalah saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right dan reksadana.

2.6. Bursa Efek

Bursa efek adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder (Husnan, 2006). Setelah sekuritas terjual di pasar perdana, sekuritas tersebut kemudian didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjual-belikan di bursa. Pada waktu sekuritas tersebut mulai diperdagangkan di bursa, dikatakan sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Di Indonesia terdapat dua bursa yaitu PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (PT BES). Bulan November tahun 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

2.7. Penilaian Harga Saham

Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas asset-asset perusahaan dimana porsinya sesuai dengan besarnya kepemilikan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan (Tandelilin, 2009).

Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Menurut Kendall dalam Husnan (2006), harga saham tidak bisa diprediksi atau


(38)

mempunyai pola tidak tentu, ia bergerak mengikuti random walk sehingga pemodal harus puas dengan normal return dengan tingkat keuntungan yang diberikan oleh mekanisme pasar.

Jika terjadi perbaikan prestasi kondisi fundamental perusahaan (kinerja keuangan dan operasional perusahaan), biasanya diikuti dengan kenaikan harga saham di lantai bursa. Hal ini disebabkan investor mempunyai ekspektasi yang lebih besar dalam jangka panjang. Informasi tentang perbaikan atau penurunan prestasi biasanya diketahui setelah laporan keuangan dikeluarkan. Aksi korporasi seperti pembagian dividen, stock split, right issue dan lain-lain akan mempengaruhi juga pergerakan harga saham. Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah faktor makro ekonomi, politik, keamanan, sentimen pasar, pengaruh pasar saham secara keseluruhan, atau kejadian lain yang dianggap mempengaruhi kinerja emiten tersebut (Wahyudi,2003).

Pergerakan harga saham selalu berubah-ubah, sehingga diperlukan alat analisis untuk membantu para investor dalam menganalisis dan memilih saham yang akan memberikan return yang tinggi.

2.7.1. Analisis Teknikal

Menurut Husnan (2005:349) “Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dan kondisi pasar dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) pada waktu yang lalu”. Sedangkan menurut Susanto dan Sabardi (2010:2) “Analisis Teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecendrungan pasar pada masa yang akan datang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume


(39)

perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis Teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar daripada apa yang seharusnya terjadi”.

Susanto dan Sabardi (2010 :3) mengungkapkan beberapa kelemahan analisis teknikal adalah sebagai berikut:

a. Analisis Teknikal menganggap bahwa sifat manusia adalah konstan.

b. Analisis Teknikal memperhatikan tingkat kemungkinan suatu kejadian akan terjadi, bukan kepastian dari kejadian tersebut.

c. Beberapa analisis teknikal modern berdasarkan pada konsep matematik dan statistik yang cukup kompleks.

d. Untuk keberhasilan analisis teknikal, maka informasi yang dipakai harus akurat dan tepat waktu.

2.7.2. Analisis Fundamental

Menurut Husnan (2005 :315) “Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham pada masa yang akan datang dengan (i) mengestime nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham pada masa yang akan datang, dan (ii) menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model analisis fundamental sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas.

Rusdin (2008 :139) menyatakan bahwa “analisis fundamental fokus pada berita dan informasi keuangan, ekonomi, serta perkembangan politik suatu negara dalam mengukur kekuatan permintaan dan penawaran.” Munawir (2007 :274)


(40)

menyatakan bahwa “analisis fundamental adalah pendekatan dasar untuk melakukan analisis dan memilih saham dengan menerapkan share value forecasting model.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik benang merah bahwa Analisis Fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.

2.8. Return Saham

Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya. Return tersebut memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain (Wahyudi, 2003).

Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya.

Ada anggapan bahwa dengan menggunakan beragam jenis analisis teknikal yang dikombinasikan satu sama lain disertai juga dengan analisis fundamental yang paling up to date akan menghasilkan keputusan yang tepat atau setidaknya mendekati. Namun kenyataannya pergerakan pasar yang selalu dinamis tetap sulit diprediksi secara tepat. Oleh karena itu model-model analisis


(41)

tersebut harus ditempatkan sebagai fungsi alat bantu pengambilan keputusan atau analytical tools (Haryanto, 2004).

Menurut Adenso (2007) kinerja suatu saham dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga saham merefleksikan seluruh informasi mengenai perusahaan pada masa yang lalu, sekarang dan yang akan datang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi perusahaan yang efisien.

Return saham yang merupakan perubahan harga saham akan digunakan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini, dihitung dengan cara menjumlahkan perubahan harga suatu saham secara bulanan pada periode pengamatan. Jogiyanto (2003) membagi konsep return ke dalam dua kelompok yaitu return tunggal dan return portofolio. Return tunggal merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi (realized return) merupakan return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan berfungsi sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis juga bermanfaat sebagai dasar dalam menentukan return ekspektasi (expected return) pada waktu yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor pada waktu yang akan datang (Jogiyanto, 2003). Return realisasi dihitung dengan formula sebagai berikut :

(Pti – Pti-1) Rti = _______________

Pti - 1 Dimana :

Rti : Return Saham


(42)

Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode.

Menurut Husnan (2006), terdapat korelasi antara tingkat keuntungan suatu saham dengan perubahan pasar (indeks pasar). Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham (Ri) bisa dinyatakan sebagai :

Ri = ai + ßi Rm

Ri

ai = Bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar

= Tingkat Keuntungan Saham i

Rm = Tingkat keuntungan indeks pasar

ßi = Parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri kalau terjadi perubahan pada Rm

ß merupakan parameter untuk mengukur perubahan pada Ri jika terjadi perubahan pada Rm. Jika nilai ß = 1 dapat dikatakan perubahan tingkat keuntungan saham i paralel dengan perubahan tingkat keuntungan pasar. Sedangkan jika nilai ß > 1, perubahan tingkat keuntungan saham i diatas perubahan tingkat keuntungan pasar atau disebut sebagai excess return saham i, sebaliknya jika nilai ß < 1, perubahan tingkat keuntungan pasar diatas tingkat perubahan sekuritas i atau disebut excess return portofolio pasar.


(43)

Sumber : Husnan (2006)

Gambar 2.1.Hubungan antara tingkat keuntungan sekuritas (Ri) dengan

Pasar (Rm).

Gejala ini dapat diamati jika suatu saat pasar membaik (ditandai dengan indeks pasar yang meningkat), maka harga saham-saham individual juga akan meningkat, sebaliknya jika pasar memburuk (indeks pasar menurun) harga saham-saham akan turun.

2.9. Tingkat Keuntungan dan Risiko

Pada penilaian sekuritas, terdapat hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang diharapkan, karena pada dasarnya pemodal cenderung untuk menghindari risiko, dan mereka berani melakukan investasi yang mempunyai risiko jika diimbangi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Dengan demikian sebenarnya yang menjadi pertimbangan investor adalah adanya trade off antara return dan risiko. Return yang diharapkan investor pada investasi suatu saham adalah dividen dan capital gain. Dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya sedangkan capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual sebuah saham.

Ri - Rm β > 1

β = 1

β < 1

0


(44)

Sumber : Husnan (2006)

Gambar 2.2. Tingkat keuntungan dan Risiko

Dari gambar tersebut diatas terlihat hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan memiliki hubungan yang positif. Tingkat keuntungan yang diharapkan biasa disebut dengan Opportunity Cost of Capital yang dipergunakan dalam keputusan investasi (Husnan, 2006).

Dalam penilaian sekuritas, risiko individual suatu saham didefinisikan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan yang dinyatakan dengan simbol σ, apabila dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut variance σ2

Semakin tinggi nilai deviasi standar (σ) maka semakin besar nilai penyimpangan dari yang diharapkan dengan demikian semakin tinggi risikonya. Pembentukan portofolio dapat digunakan untuk mengurangi risiko, menurut Markowitz semakin banyak jumlah saham di dalam suatu portofolio maka risiko suatu saham dapat dinetralisir dengan keuntungan yang diperoleh dari saham lain.

, karena deviasi standar menunjukan seberapa penyimpangan yang terjadi dari nilai yang diharapkan (tingkat keuntungan yang diharapkan = mean dari pengukuran).

Tingkat Keuntungan Yang diharapkan (%)

Risk Premium

Tingkat keuntungan bebas risiko

0 Risiko


(45)

Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan jumlah rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut :

E (Rp) = ƩXi E(Ri)

E (RP) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio E (Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i

Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i

Sedangkan risiko dari portofolio (σp), selain tergantung dari standar deviasi (σi) masing-masing saham yang membentuknya juga dari koefisien korelasi (ρij) antar saham yang membentuknya, yang dapat dirumuskan :

σp² = Ʃ Xi² σi² + ƩƩ Xi Xj σij

σij = ρij σi σj

σi² = variance tingkat keuntungan saham i

Xi² σi² dikenal dengan Risiko Sistematis (Systematic Risk), yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, sedangkan Ʃ Ʃ Xi Xj σij dikenal dengan Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk), yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi karena adanya faktor koefisien korelasi tingkat keuntungan antar saham. Penjumlahan risiko tersebut disebut Risiko Total.

Menurut Markowitz, persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio ialah keuntungan untuk masing-masing saham atau sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna. Nilai koefisien korelasi berkisar dari + 1 sampai dengan - 1. Dengan menggunakan metode mean 15 variance dari teori Markowitz, sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi yang lebih kecil


(46)

dari + 1 akan menurunkan risiko portofolio. Koefisien korelasi + 1 (positif sempurna), portofolio tidak dapat menurunkan risiko atau upaya diversifikasi tidak dapat menurunkan risiko. Koefisien korelasi - 1 (negatif sempurna), portofolio akan menghasilkan risiko yang terendah. Dengan demikian semakin rendah koefisien korelasi semakin efektif pengurangan risiko (Jogiyanto, 2003).

Risiko Sistematis disebut juga Risiko Pasar (Market Risk) karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi, misalnya kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan sebagainya. Faktor-faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk “bergerak bersama” dan karenanya selalu ada dalam setiap saham (Husnan, 2006).

Sumber : Husnan (2006)

Gambar 2.3. Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis

2.10. Efisiensi Bank

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk memproduksi. Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien

Total Risiko

Risiko Tidak Sistematis

Risiko Total

Risiko Sistematis

Jumlah Saham


(47)

adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yang sama. Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio efisiensi bank yaitu (Biaya Opersional : Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio (CER), Overhead Efficiency .

a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1d, Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005).

Besarnya BOPO dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh melalui penjumlahan i) biaya bunga dan ii) biaya operasional lainnya yang terdiri

Beban Operasional

BOPO = x 100%


(48)

dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan operasional diperoleh melalui penjumlahan i) pendapatan bunga dan ii) pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi, pendapatan dari transaksi valuta asing. (Dendawijaya, 2005). Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Abdullah, BOPO ideal untuk perbankan nasional adalah 60% sampai 80% (Asosiasi Bank Pembangunan Daerah, 2007).

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya dan hasil bunga.

b. Cost of Efficiency Ratio

Cost of Efficiency Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang dilakukan oleh bank atau untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan untuk memperoleh earning asset. Total Expense diperoleh dari penjumlahan biaya operasional, biaya non operasional. Sedangkan Total Earning Assets terdiri dari kredit, penempatan pada bank lain, surat berharga dan penyertaan. Semakin kecil rasio ini, maka sebuah bank semakin efisien. (Kasmir, 2008)

Cost of Efficiency Ratio adalah perbandingan antara total expense dengan total earning assets dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Expense

Cost of Efficiency Ratio = x 100%


(49)

Other Operating Income Overhead Efficiency = --- ---

Overhead Cost

b. Overhead Efficiency

Overhead Efficiency merupakan rasio antara Other Operating Income/Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya Overhead (Grier, 2007) yang dirumuskan sebagai berikut :

Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional lainnya dengan sumber daya yang ada. Pendapatan operasional lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan bunga kredit bank atau yang lebih dikenal sebagai Fee Based Income. Fee Based Income merupakan salah satu alternatif bagi bank untuk menghasilkan keuntungan mengingat semakin tipisnya margin antara bunga pinjaman dan bunga dana. Dengan semakin tinggi tuntutan konsumen akan produk perbankan, pesatnya perkembangan teknologi informasi, maka peluang untuk memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi besar. Selain produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang terampil dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan memanfaatkan peluang tersebut.

Komponen pendapatan operasional lainnya (Fee Based Income) terdiri dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer dan inkaso, pendapatan sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank lainnya diluar pendapatan sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen Overhead Cost terdiri dari biaya tenaga kerja dan tunjangan pegawai serta biaya administrasi dan umum.


(50)

Semakin besar besar ratio ini maka akan semakin efisien. Data yang digunakan untuk menghitung Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba.

2.11. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Beberapa rasio yang termasuk adalah Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, Gross Profit Margin, Interest Margin on Earning Asset, Interest Margin on Loan, return on Investment dan Earning Per Share Ratio.

2.11.1. Return on Asset

Dari sudut pandang calon investor, indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan ditanamkan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor.

Salah satu rasio yang sering digunakan untuk mengukur kinerja profit adalah Return on Asset. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dengan menggunakan asset yang dimiliki. Ada beberapa pendapat untuk menghitung besarnya nilai Return on Asset. Brigham (2003:1) menyebutkan bahwa Return on Asset dapat dihitung dengan cara membandingkan Net Income Avaiable to Common Stockholder dengan Total Asset.

Return on Asset = Net Income Avaiable to Common Stock Total Asset


(51)

Hirt dan Block (2012:222) menyebutkan bahwa Return on Asset dapat diperoleh dengan cara membandingkan Net Income dengan Total Asset.

Return on Asset =

Definisi tersebut mempunyai perbedaan. Brigham lebih menekankan perhitungan Return on Asset kepada pemegang saham biasa, dimana pendapatan yang diukur adalah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Sedangkan Hirt dan Block tidak mengkhususkan perhitungan Return on Asset ini kepada pemegang saham biasa, pendapatan yang diukur adalah pendapatan bersih, tetapi pada prinsipnya definisi tersebut kedua-duanya mengukur kemampuan untuk memperoleh laba dengan aset yang ada.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran Id, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar Return on Assets menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Siamat, 2005). Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan angka ROA ≥ 2%, agar bank tersebut dapat dikatakan dalam kondisi sehat (Marnov :2009)

Net Income Total Asset


(52)

ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 2005)

Jika dikaitkan dengan harga saham, kecendrungan yang terjadi adalah semakin tinggi Return On Asset suatu perusahaan semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut, sebab beberapa investor cenderung lebih menyukai laba yang tinggi karena akan mendapatkan dividen yang tinggi pula.

2.12. Risiko Sistematis

Sharpe, Alexander dan Bailey (2006) menyatakan bahwa tingkat keuntungan saham akan dipengaruhi oleh dua karakter dasar, yaitu risiko sistematis dan likuiditas saham. Risiko Sistematis merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian kondisi ekonomi (gejolak kurs tukar mata uang, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang tidak menentu) dan ketidakpastian politik. Hal ini berarti kinerja saham suatu badan usaha dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam perekonomian negara dan perubahan pasar. Dengan kata lain tingkat keuntungan saham dipengaruhi oleh perubahan faktor-faktor di luar kendali manajemen suatu badan usaha, dan setiap saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap kondisi pasar tersebut.


(53)

Mengingat bahwa secara rasional investor ingin meminimalkan risiko yang ditanggungnya dalam melakukan investasi (risk averse), maka para investor akan cenderung melakukan diversifikasi melalui pembentukan portofolio dan berarti jenis risiko tersebut menjadi tidak relevan lagi dalam pengukuran risiko pada investasi surat berharga (risiko tidak sistematis). Jadi satu-satunya risiko yang relevan dan mencerminkan risiko dalam investasi surat berharga adalah risiko yang tidak bisa dieleminasi, yaitu risiko sistematis yang dilambangkan dengan simbol beta (ß).

Beta (ß) merupakan alat pengukur risiko yang bermula dari tingkat keuntungan saham dengan pasar (Abdullah, 2005) yang dirumuskan sebagai berikut :

n = Banyaknya periode pengamatan X = Tingkat keuntungan rata-rata pasar

Y = Tingkat keuntungan saham i pada periode t

2.13. Kerangka Pemikiran

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari kinerja sebuah organisasi (Haded, 2003). Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio efiseinsi bank yaitu Biaya Operasional : Pendapatan Operasional (BOPO), Cost

∑ ∑

− −

= 2 2

) ( X X

n

Y X XY

n β


(54)

of Efficiency, dan Overhead Efficiency. (Dendawijaya 2009, Kasmir 2008, Grier 2007)

Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi (Dendawijaya, 2009). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Cost of Efficiency Ratio (CER) adalah perbandingan antara total expense dan earning assets, rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang dilakukan oleh bank, (Kasmir, 2008).

Overhead Efficiency (OE) merupakan rasio antara Other Operating Income / Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya Overhead (Grier, 2007). Rasio ini menunjukkkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional lainnya dengan sumber daya yang ada.

Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor berkaitan erat dengan risiko. Risiko secara umum diartikan sebagai kemungkinan adanya dari suatu dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, sebagai pengaruh dari ketidakpastian. Investasi selalu mengandung unsur risiko, karena perolehan yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang akan datang. Risiko juga timbul karena return yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil dari dana yang diinvestasikan. Sedangkan risiko terdapat dua komponen besar yaitu risiko non sistematis dan risiko sistematis. Kedua komponen besar di dalam risiko disebut dengan total risiko yang dapat diukur dengan standar deviasi yang bila


(55)

dikondisikan pada waktu tertentu maka disebut conditional volatility. (Tendi, 2005).

Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Ang (2005) ROA merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak (Net Income After Tax-NIAT) terhadap total asset.

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran

2.14. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis secara serempak berpengaruh terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia.

2. Efisiensi, rasio profitabilitas dan risiko sistematis secara parsial berpengaruh terhadap return saham bank di Bursa Efek Indonesia.

RISIKO SISTEMATIS Beta Saham EFISIENSI

Biaya Operasional : Pendapatan Operasional (BOPO) Cost of Efficiency

Overhead Efficiency

RETURN SAHAM RASIO PROFITABILITAS


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011. Data diambil dari beberapa website seperti http://www.idx.co.id

Penelitian ini dilakukan terhadap saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kurun penelitian mulai dari bulan Maret 2012 sampai dengan September 2012.

dan website lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.2. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada bentuk penelitian asosiatif, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang berjumlah 20 bank. Menurut Arikunto (2010),” jika subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik semua subyeknya diteliti, sehingga penelitiannya merupakan


(57)

penelitian populasi, karena subyeknya meliputi semua yang terdapat dalam populasi”. Maka populasi yang teridentifikasi secara jelas dan spesifik ini dikategorikan sebagai populasi sasaran.

3.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah ada yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa gabungan antara data time series dan cross sectional (pooled data) . Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi dilakukan dilakukan dengan meneliti dokumen berupa laporan keuangan tahunan perusahaan.

3.5. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1. Identifikasi Variabel

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham yang bernilai negatif (Y=0) dan return saham yang bernilai positif (Y=1) dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel.

b. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor efisiensi yang terdiri dari tiga rasio efisiensi : Biaya Operasional : Pendapatan Operasional (BOPO),


(58)

Cost of Effieciency Ratio, Overhead Effieciency Ratio, Rasio Profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA) dan Risiko Sistematis yaitu beta saham.

3.5.2. Definisi Operasional Variabel

Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, maka defenisi operasional variabel adalah sebagai berikut :

a. Variabel-Variabel Efisiensi Bank terdiri dari :

1. Biaya Operasional : Pendapatan Operasional (BOPO) / X1

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.

2. Cost of Efficiency Ratio / X2

Cost of Efficiency Ratio adalah perbandingan antara total biaya dan total earning assets (total aktiva produktif). Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan untuk memperoleh earning assets. Semakin kecil rasio ini maka sebuah bank semakin efisiensi.

3. Overhead Efficiency / X3

Overhead Efficiency merupakan ratio antara other operating income (pendapatan operasional lainnya) dengan overhead cost (biaya overhead). Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional lainnya dengan sumber daya yang ada.

b. Rasio Profitabilitas

Return On Asset (ROA) /X4 yaitu kemampuan asset yang dimiliki bank untuk menghasilkan laba.


(59)

c. Risiko Sistematis

Beta Saham /X5, yaitu merupakan alat pengukur risiko yang berasal dari hubungan antara keuntungan suatu saham dengan pasar.

d. Return Saham (Y)

1. Return Saham yang bernilai negatif (Y=0) 2. Return Saham yang bernilai positif (Y=1)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat keuntungan saham. Besarnya tingkat keuntungan saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003) :

Dimana :

Rti : Return Saham

Pti : Harga saham i pada akhir periode Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode.

Sedangkan tingkat keuntungan pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Pasar Saham Gabungan (IHSG) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut (Abdullah, 2005) :

(Pti – Pti-1) Rti = _______________

Pti - 1

IHSGt – IHSGt-1

RMt = ______________________________ IHSGt-1


(1)

Lampiran 3 Cost Of Efficiency Ratio Perbankan di BEI Tahun 2007-2011

N o

Kode

Saham Nama Perusahaan

CER

2007 2008 2009 2010 2011

1 INPC Bank ArthaGraha International Tbk 12,57% 11,52% 12,04% 9,64% 9,21%

2 BBCA Bank Central Asia Tbk 8,11% 8,00% 8,36% 7,01% 6,64%

3 BNGA Bank CIMB NiagaTbk 5,40% 10,66% 11,85% 8,08% 9,04%

4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 15,93% 17,79% 21,28% 15,10% 14,80% 5 BEKS Bank Eksekutif International Tbk 22,24% 20,40% 32,80% 24,56% 16,22% 6 BABP Bank ICB BumiputeraTbk 14,12% 13,76% 13,53% 11,48% 15,78% 7 BNII Bank International Indonesia Tbk 13,48% 14,03% 15,47% 11,92% 11,39%

8 BKSW Bank KesawanTbk 13,76% 12,61% 10,62% 10,57% 9,19%

9 BMRI Bank MandiriTbk 8,65% 8,49% 8,87% 7,89% 8,03%

10 MAYA Bank Mayapada International Tbk 12,56% 12,78% 13,28% 10,94% 10,78%

11 MEGA Bank Mega Tbk 10,21% 11,56% 11,41% 8,70% 9,68%

12 BCIC Bank MutiaraTbk 11,25% 15,30% 10,77% 9,26% 10,07%

13 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 11,81% 10,58% 10,35% 10,06% 8,58% 14 BBNP Bank Nusantara ParahyanganTbk 9,68% 9,48% 10,69% 8,42% 10,08%

15 NISP Bank OCBC NISP Tbk 10,78% 9,62% 10,29% 7,62% 7,35%

16 BNLI Bank PermataTbk 14,16% 11,01% 13,01% 8,47% 8,67%

17 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 12,31% 11,27% 11,37% 10,75% 9,69%

18 BSWD Bank SwadesiTbk 9,85% 8,91% 9,65% 9,29% 7,76%

19 BVIC Bank Victoria International Tbk 7,38% 9,89% 10,92% 7,31% 7,07% 20 PNBN PAN Indonesia Bank Tbk 9,25% 10,13% 10,48% 8,32% 9,07%


(2)

Lampiran 4 Overhead Efficiency Perbankan di BEI Tahun 2007-2011

Sumber :Hasilolah data

No Kode

Saham Nama Perusahaan

Overhead Efficiency

2007 2008 2009 2010 2011

1 INPC Bank ArthaGraha International Tbk 37,00% 22,00% 21,00% 23,00% 57,00% 2 BBCA Bank Central Asia Tbk 50,00% 59,00% 53,00% 79,00% 68,00%

3 BNGA Bank CIMB NiagaTbk 58,00% 42,00% 41,00% 32,00% 44,00%

4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 21,00% 25,00% 16,00% 56,00% 56,00% 5 BEKS Bank Eksekutif International Tbk 8,00% 7,00% 8,00% 23,00% 15,00% 6 BABP Bank ICB BumiputeraTbk 19,00% 17,00% 22,00% 21,00% 17,00% 7 BNII Bank International Indonesia Tbk 51,00% 50,00% 55,00% 52,00% 50,00%

8 BKSW Bank KesawanTbk 27,00% 15,00% 17,00% 20,00% 3,00%

9 BMRI Bank MandiriTbk 38,00% 55,00% 62,00% 75,00% 88,00%

10 MAYA Bank Mayapada International Tbk 9,00% 4,00% 5,00% 6,00% 27,00%

11 MEGA Bank Mega Tbk 31,00% 27,00% 53,00% 42,00% 43,00%

12 BCIC Bank MutiaraTbk 30,00% 48,00% 86,00% 32,00% 21,00%

13 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 68,00% 64,00% 74,00% 102,00% 90,00% 14 BBNP Bank Nusantara ParahyanganTbk 23,00% 23,00% 15,00% 11,00% 11,00%

15 NISP Bank OCBC NISP Tbk 33,00% 39,00% 37,00% 36,00% 39,00%

16 BNLI Bank PermataTbk 55,00% 33,00% 38,00% 37,00% 7,00%

17 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 24,00% 27,00% 31,00% 41,00% 40,00%

18 BSWD Bank SwadesiTbk 14,00% 21,00% 28,00% 25,00% 36,00%

19 BVIC Bank Victoria International Tbk 87,00% 20,00% 183,00% 347,00% 79,00% 20 PNBN PAN Indonesia Bank Tbk 55,00% 45,00% 61,00% 63,00% 69,00%


(3)

Lampiran 5 Return On Asset Perbankan di BEI Tahun 2007-2011

NO Kode

Saham Nama Perusahaan

ROA

2007 2008 2009 2010 2011

1 INPC Bank ArthaGraha International Tbk 5,20% 0,34% 1,44% 3,76% 0,72%

2 BBCA Bank Central Asia Tbk 4,00% 0,40% 4,34% 0,35% 3,38%

3 BNGA Bank CIMB NiagaTbk 3,49% 0,10% 2,10% 3,75% 2,85%

4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 5,40% 0,50% 1,50% 2,80% 2,60% 5 BEKS Bank Eksekutif International Tbk 4,13% -2,00% -7,80% 1,20% 0,05% 6 BABP Bank ICB BumiputeraTbk 3,70% 0,09% 1,18% 0,51% -1,60% 7 BNII Bank International Indonesia Tbk 3,65% 0,86% 0,16% 1,05% 1,04%

8 BKSW Bank KesawanTbk 4,35% 0,23% 4,30% 0,97% 0,46%

9 BMRI Bank MandiriTbk 9,70% 6,80% 2,00% 2,40% 5,40%

10 MAYA Bank Mayapada International Tbk 3,46% 1,27% 0,90% 3,22% 4,07%

11 MEGA Bank Mega Tbk 4,33% 1,98% 1,77% 2,45% 3,29%

12 BCIC Bank MutiaraTbk 0,37% -52,00% 3,84% 2,53% 4,17%

13 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 0,90% 4,10% 1,70% 4,50% 5,90% 14 BBNP Bank Nusantara ParahyanganTbk 2,13% 3,17% 1,02% 1,50% 4,53%

15 NISP Bank OCBC NISP Tbk 1,31% 1,54% 1,91% 4,13% 3,91%

16 BNLI Bank PermataTbk 1,90% 1,70% 5,37% 1,69% 1,54%

17 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 4,61% 4,18% 3,73% 4,64% 4,93%

18 BSWD Bank SwadesiTbk 1,17% 2,53% 3,53% 2,93% 3,66%

19 BVIC Bank Victoria International Tbk 1,64% 0,88% 1,10% 3,71% 2,65% 20 PNBN PAN Indonesia Bank Tbk 3,14% 1,75% 1,78% 1,76% 2,02%

Sumber :Hasilolah data


(4)

Lampiran 6 Beta Saham Individu Perbankan di BEI Tahun 2007-2011

Sumber :Hasilolah data

No Kode

Saham Nama Perusahaan

Beta Saham

2007 2008 2009 2010 2011

1 INPC Bank ArthaGraha International Tbk 0,99 0,03 1,66 1,68 0,98

2 BBCA Bank Central Asia Tbk -0,05 0,00 1,91 0,82 1,19

3 BNGA Bank CIMB NiagaTbk -0,07 1,61 1,57 0,93 1,14

4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 0,00 1,51 1,28 0,93 0,57 5 BEKS Bank Eksekutif International Tbk 0,11 0,34 1,05 0,02 1,00 6 BABP Bank ICB BumiputeraTbk 1,99 0,99 -0,21 0,07 -0,52 7 BNII Bank International Indonesia Tbk 1,79 -0,33 0,59 -0,36 0,73

8 BKSW Bank KesawanTbk 0,04 -1,05 1,99 0,16 1,01

9 BMRI Bank MandiriTbk -0,01 1,42 1,60 1,60 1,74

10 MAYA Bank Mayapada International Tbk 1,12 0,25 0,10 0,32 1,04

11 MEGA Bank Mega Tbk 1,08 -0,60 -0,22 0,12 1,07

12 BCIC Bank MutiaraTbk 0,05 0,21 1,30 0,90 1,20

13 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 0,06 1,66 1,03 0,96 1,76 14 BBNP Bank Nusantara ParahyanganTbk 0,91 -0,01 0,53 -0,01 1,02

15 NISP Bank OCBC NISP Tbk -0,05 0,37 0,92 3,13 0,75

16 BNLI Bank PermataTbk 0,03 1,93 1,89 1,91 0,51

17 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 1,94 1,29 1,60 1,98 1,71

18 BSWD Bank SwadesiTbk -0,10 1,37 0,07 -0,44 1,85

19 BVIC Bank Victoria International Tbk 0,31 0,85 0,83 1,14 0,71


(5)

Lampiran 7

Return Saham

Perbankan di BEI Tahun 2007-2011

Sumber : Hasil olah data

No Kode

Saham Nama Perusahaan

Return Saham (Ri)

2007 2008 2009 2010 2011

1 INPC Bank ArthaGraha International Tbk 341,76% -53,04% 47,43% 27,98% -4,45% 2 BBCA Bank Central Asia Tbk 34,41% -51,24% 41,75% 19,04% 19,42% 3 BNGA Bank CIMB NiagaTbk 2,25% -40,64% 49,65% 119,59% -17,81% 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 18,53% -67,23% 79,66% 26,55% -18,99% 5 BEKS Bank Eksekutif International Tbk 8,13% 7,83% 193,33% 26,19% -27,00% 6 BABP Bank ICB BumiputeraTbk 165,14% 20,40% -50,26% -3,48% 105,58% 7 BNII Bank International Indonesia Tbk 22,36% 25,27% -2,35% 125,54% -61,51%

8 BKSW Bank KesawanTbk 19,58% 11,21% 9,88% 48,49% -29,66%

9 BMRI Bank MandiriTbk 20,02% -36,99% 93,88% 46,48% 14,15%

10 MAYA Bank Mayapada International Tbk 121,47% 77,31% -28,38% 13,57% 64,46%

11 MEGA Bank Mega Tbk 93,37% 125,23% -7,34% 8,93% 40,03%

12 BCIC Bank MutiaraTbk 25,92% -11,86% 0,00% 0,00% 0,00%

13 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 13,13% -74,00% 127,49% 75,01% 11,35% 14 BBNP Bank Nusantara ParahyanganTbk 128,68% -0,66% -31,19% -5,38% 5,69% 15 NISP Bank OCBC NISP Tbk 18,95% -47,50% 54,00% 82,87% -28,27%

16 BNLI Bank PermataTbk 1,75% -47,72% 70,99% 108,17% -26,27%

17 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 38,88% -30,24% 56,04% 27,90% 30,56%

18 BSWD Bank SwadesiTbk 84,38% 106,33% -28,33% 66,04% 1,78%

19 BVIC Bank Victoria International Tbk 79,25% 19,91% 63,69% 9,11% -13,67% 20 PNBN PAN Indonesia Bank Tbk 20,69% 0,62% 34,91% 46,15% -22,65%


(6)