Pengaruh penambahan vitamin C dan Amilum terhadap kadar serat dari Nata de coco Pengaruh penambahan Vitamin C Asam Askorbat terhadap kadar Vitamin C dalam Nata de coco

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh penambahan vitamin C dan Amilum terhadap kadar serat dari Nata de coco

Kadar serat yang diperoleh pada tablet formula A Amilum-vitamin C adalah 36,1067, tablet formula B Amilum-Nata de coco- Vitamin C adalah 39,3880, dan tablet formula C Nata de coco-Vitamin C adalah 36,4289. Selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobakter Xylinum di dalam Nata de coco berasal dari karbohidrat sukrosa, glukosa, dan maltosa dan amilum yang ditambahkan ke dalam tablet nata de coco setelah diserbukkan. Bakteri Acetobakter Xylinum menggunakan karbohidrat tersebut sebagai nutrisi pada pertumbuhannya. Sekaligus akan mempolimerisasikan glukosa menjadi Natade coco, produk inilah yang menjadi serat pada tablet nata de coco.

4.2.2 Pengaruh penambahan Vitamin C Asam Askorbat terhadap kadar Vitamin C dalam Nata de coco

Kadar vitamin C yang diperoleh pada tablet formula A Amilum-Vitamin C adalah 2,5987 , tablet formula B Amilum-Nata de coco-Vitamin C adalah 2,6733 , dan tablet formula C Nata de coco-Vitamin C adalah 2,5813 . Kadar vitamin C dari Nata de coco yang diperoleh berasal dari penambahan Vitamin C Asam Askorbat yang ditambahkan. Setelah diuji dengan metode titrimetri, vitamin C berinteraksi secara fisika dan terjebak didalam Nata de coco. Kemungkinan pelepasannya secara bertahap, sehingga nantinya menggantikan vitamin C yang dikonsumsi oleh manusia. Dapat diketahui dari jumlah vitamin C pada formula B lebih tinggi, karena vitamin C masuk ke dalam Nata de coco dan amilum disini berfungsi sebagai bahan pengisi atau pengikat. Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Interaksi fisika melalui hasil kajian FT-IR dari tablet nata de coco dengan penambahan Amilum dan Vitamin C. Dari Analisis FT-IR amylum manihot dapat diketahui bahwa bahan yang diperoleh dari hasil isolasi pati dari umbi singkong Manihot Utilissima adalah amilumstarch. Hal ini dipastikan dari terlihatnya vibrasi gugus-gugus amilum. Pada material campuran amylum manihot-vitamin C, masih terlihat jelas serapan puncak gugus C=O dari lakton dan gugus C=C dari alkena alifatik pada vitamin C karena amylum manihot hanya mengikat vitamin C. Pada campuran Nata de coco–vitamin C dan campuran amylum manihot–Nata de coco–vitamin C, serapan puncak gugus C=O dari lakton dan gugus C=C dari alkena alifatik tidak terlihat, yang terlihat adalah serapan puncak gugus C=O khas pada selulosa Nata de coco. Hal ini dimungkinkan karena vitamin C terjebak di dalam pori-pori selulosa Nata de coco sehingga tidak terdeteksi pada saat proses pengambilan data IR. Dari analisa hasil kajian FT-IR, diketahui bahwa terjadi interaksi fisika antara amylum manihot, Nata de coco, dan vitamin C berdasarkan adanya perubahan bilangan gelombang gugus-gugus reaktif dari Nata de coco, amylum manihot, dan vitamin C gambar 4.4, gambar 4.5 dan gambar 4.6 jika dibandingkan dengan spektrum FT-IR murni dari ketiga material gambar 4.1, gambar 4.2, dan gambar 4.3. Perubahan bilangan gelombang ini terjadi karena telah terjadi interaksi fisika dari ketiga bahan yang menyebabkan perubahan pola vibrasi dari gugus-gugus fungsi yang bersangkutan dapat dilihat pada lampiran 1. Puncak vibrasi ulur gugus –OH yang landai pada amylum manihot dan Selulosa Nata de coco menjadi melebar pada FT-IR campuran amylum manihot, selulosa, dan vitamin C. Maka dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa antara ketiga bahan hanya terjadi interaksi fisika dan tidak terjadi reaksi kimia. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan