BAB IV PERANAN KEPOLISIAN RESOR LABUHAN BATU TERHADAP
PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
A. Peranan Kepolisian Berdasarkan Undang-Undang Kepolisian
Sedemikian rincinya disebutkan peranan Polri dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolsian UU Kepolisian. Menurut Awaloedin Djamin, menjadikan Polri
memiliki tugas mulai dari proses pre-emptif, preventif, dan refresif. Keseluruhan tugas dan wewenang tersebut, merupakan fungsi Polisi yang bersifat universal.
123
Upaya preemtif Polres Labuhan Batu seperti: Peran Polri dalam memberantas kejahatan-kejahatan termasuk Curas di wilayah
hukum Polres Labuhan Batu dilakukan melalui tindakan-tindakan preemptif, preventif dan refresif.
1. Kegiatan penyuluhan seperti pencerahan ajaran dan pandangan melalui tokoh-
tokoh keagamaan untuk memberikan pemahaman ajaran agama akan pentingnya nilai-nilai Ketuhanan sehingga dapat meminimalisir tindakan-
tindakan masyarakat untuk berbuat jahat. 2.
Turut serta berdampingan dengan masyarakat dalam hal penyelesaian konflik antar masyarakat secara damai melalui dialog, negosiasi, dan sebagainya
sehingga dapat menambah kedekatan Polri dengan masyarakat setempat. 3.
Upaya resosialisasi akan dampak bahaya dari tindakan-tindakan kriminal melalui iklan-iklan di sepanjang jalan lintas dengan menekankan
123
Awaloedin Djamin, Op. cit, hal. 54.
Universita Sumatera Utara
kewaspadaan kepada masyarakat Labuhan Batu terhadap tindakan-tindakan kriminalitas di jalan-jalan.
4. Kegiatan penyuluhan melalui redukasi terhadap para siswa-siswi ke sekolah-
sekolah dengan menanamkan cara-cara berfikir normal dalam kehidupan masyarakat dan menanamkan sikap ketauladanan pelajar dalam mengemban
perannya sebagai generasi penerus bangsa. 5.
Turut serta bersama dinas-dinas Pemerintah Kabupaten Labuhan batu untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk infrastruktur serta fasilitas publik
yang rusak guna menormalisasi pelayanan publik dan kegiatan masyarakat. Upaya-upaya preemtif ini lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat
penyuluhan sebagai langkah dini dilakukan jauh sebelum kejahatan terjadi untuk menghambat faktor-faktor kondusif atau bibit-bibit yang berkemungkinan tumbuh
menjadi sumber kejahatan. Dilakukan melalui pendekatan tokoh-tokoh masyarakat, sekolah-sekolah, tokoh pemuda, dan lain-lain untuk diajak dan menanamkan sikap
menjadi warga negara yang baik dan menumbuhkan kontrol terhadap individu dan masyarakat.
124
Upaya preventif pencegahan terhadap kejahatan-kejahatan dilakukan oleh Polres Labuhan Batu melalui hal-hal berikut:
1. Melakukan peningkatan pengamanan dan pengawasan melalui operasi-operasi
kegiatan rutin misalnya Patroli, Gatur Lantas, Razia pada siang dan malam
124
Mahmud Mulyadi, Op. cit, hal. 146-147.
Universita Sumatera Utara
hari terhadap penggunaan senjata api illegal, kepemilikan Narkotika, atribut transprotasi.
2. Pengawasan terhadap perbatasan atau pintu-pintu keluar dan masuk,
pengawasan dalam pemberian dokumen perjalanan paspor, visa, dan sebagainya, pengawasan dalam hal pengeluaran Kartu Tanda Penduduk
KTP dan administrasi kependudukan. 3.
Intensifikasi kegiatan pengamanan swakarsa. Pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan, kepentingan, dan
kesadaran masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian, misalnya: permintaan untuk pengamanan di lingkungan
permukiman, perkantoran, pertokoan, lingkungan pendidikan, tempat-tempat rekreasi, dan lain-lain. Model pengamanan swakarsa ini misalnya dengan
menempatkan satpam termasuk pula pengadaan siskamling.
125
4. Penyelenggaraan latihan-latihan simulasi penggunaan alat canggih dan
keterampilan bagi aparat Kepolisian. 5.
Pembentukan Perpolisian Masyarakat Polmas atau disebut dengan Giat Polisi Desa yang berada di setiap kelurahan kota dan di desa-desa untuk
melakukan pendataan terhadap warga masyarakat berkaitan dengan penduduk yang menetap dan pendatang.
6. Pengamanan kegiatan-kegiatan masyarakat dan Pemerintahan misalnya acara
pernikahan, konser-konser, dan lain-lain.
125
Bandingkan dengan Mahmud Mulyadi, Criminal Policy…Op. cit, hal. 148-149.
Universita Sumatera Utara
7. Melakukan pengembangan sistim deteksi dini misalnya deteksi dini terhadap
provokasi permusuhan bernuansa SARA dan kebencian terhadap kelompok- kelompok tertentu.
8. Penetapan dan pelarangan secara tegas terhadap organisasi-organisasi atau
kelompok-kelompok masyarakat yang terkait sebagai organisasi premanisme dan sejenisnya serta melakukan razia terhadap tindakan-tindakan preman.
Tindakan refresif terhadap Curas dilakukan melalui penggunaan sarana penal dengan mengoptimalkan hukum pidana mencakup hukum materil KUH Pidana
maupun formil KUHAP untuk melakukan proses hukum terhadap pelaku Curas. Konteks refresif ini dapat dilakukan melalui pendekatan sarana perundang-undangan
yang bersifat menekan, mengekang, menahan, memberantas atau menindak pelaku Curas agar pelaku menjadi jera.
Tindakan refresif yang dilakukan Polres Labuhan Batu dengan menggunakan sarana penal sebagai berikut:
1. Melakukan penyelidikan dan penyidikan.
a. Polri melakukan pengolahan di Tempat Kejadian Perkara TKP secara
cepat dan profesional. b.
Melakukan upaya paksa seperti penangkapan, penahanan, pemeriksanaan sesuai ketentuan hukum acara dengan menghindari terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia.
Universita Sumatera Utara
c. Melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat dalam melakukan
penyelidikan, penyidikan, mengidentifikasi pelaku, dan dukungan teknis lainnya serta memperbanyak jaringan dan mengintensifkan informan.
d. Melakukan kegiatan intelijen atau pengintaian yang meliputi: pemantauan
melalui penggunaan teknologi kamera pengintai misalnya CCTV di tempat-tempat atau objek-objek vital, melakukan penyusupan ke tempat-
tempat yang diduga kuat terindikasi dengan kejahatan, dan saling pertukaran informasi antar intelijen.
e. Penggunaan poster-poster bergambar orang pelaku dan bertulis ”wanted”
untuk publikasi pelaku terhadap masyarakat. 2.
Mengoptimalkan sistem peradilan pidana dan perundang-undangan. a.
Mengoptimalkan KUH Pidana sebagai alat yang ditujukan untuk mengenakan sanksi terhadap pelaku Curas.
b. Pelaksanaan perundang-undangan secara konsisten.
c. Menjalin koordinasi antara sesama aparat penegak hukum dalam Sistem
Peradilan Pidana. d.
Pemberian perlindungan saksi dan korban Curas. e.
Mengoptimalkan proses peradilan. 3.
Menggunakan diskresi Kepolisian jika diperlukan. Penggunaan upaya refresif dengan menerapkan sanksi pidana terhadap para
pelaku kriminal, menurut pandangan Achmad Ali, bahwa seseorang menaati hukum alias tidak melanggar hukum, selain akibat faktor jera atau takut setelah menyaksikan
Universita Sumatera Utara
atau mempertimbangkan kemungkinan sanksi yang dikenakan terhadap dirinya jika tidak menaati hukum, maka bisa saja seseorang menaati hukum, karena adanya
tekanan individu lain atau tekanan kelompok.
126
Apabila suatu kelompok anutan misalnya menentang keras suatu tindakan yang melanggar hukum, maka akan dapat mencegah seseorang untuk melakukan
pelanggaran hukum. Juga mungkin saja, seseorang individu memutuskan untuk menaati suatu aturan hukum karena alasan moral personalnya. Sebaliknya, seorang
individu lainnya, dapat memutuskan tidak menaati suatu aturan hukum, juga karena alasan moral.
127
Untuk menjalankan upaya-upaya tersebut di atas, peran Polres Labuhan Batu didasarkan pada UU Kepolisian sebagai acuan legalitas Polri dalam memberantas dan
menanggulangi semua tindak pidana termasuk Curas. UU Kepolisian sebagai dasar hukum bekerjanya Kepolisian Republik Indonesia Polri,
128
126
Achmad Ali, Op. cit, hal. 345.
sebagaimana juga telah diamanatkan dalam UUD 1945 khususnya Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No.
VIMPR2000 dan Ketetapan MPR RI No. VIIMPR2000. Keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara
konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan
127
Ibid.
128
Hingga akhirnya saat ini peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah UU No.2 Tahun 2002 menggantikan UU No.28
Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3710 sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepolisian Negara Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2289.
Universita Sumatera Utara
melayani masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus,
penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi.
Amanat tersebut di atas telah didasarkan format baru sehingga diharapkan dapat lebih memantapkan kedudukan dan peranan serta pelaksanaan tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral dari reformasi menyeluruh segenap tatanan kehidupan bangsa dan negara dalam mewujudkan masyarakat
madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. UU No.2 Tahun 2002 secara tegas menentukan perincian peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-
undangan lainnya termasuk sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan
asas kewajiban umum Kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Bahkan sekalipun itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan Polri
memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri.
Komitmen para pejabat Kepolisian terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya sangat diharapkan masyarakat untuk secara aktif berpartisipasi dalam mewujudkan
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mandiri, profesional, dan memenuhi harapan masyarakat. UU No.2 Tahun 2002 menentukan dalam Pasal 13 tugas pokok
Universita Sumatera Utara
Kepolisian: Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; Menegakkan hukum; dan Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Rumusan tersebut bukan skala prioritas, ketiga-tiganya sama penting yang dapat dibagi lagi secara khusus sesuai dengan kondisi tertentu. Dalam pelaksanaan
tugas pokok tersebut mana yang perlu dikedepankan, bergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok
tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan,
dan kesusilaan, serta menjunjung tinggi HAM. Lebih khusus ditentukan dalam Pasal 14 ayat 1 UU No.2 Tahun 2002 dalam
melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian bertugas: 1.
Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas di jalan; 3.
Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan; 4.
Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; 5.
Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; 6.
Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa; 7.
Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
Universita Sumatera Utara
10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani
oleh instansi danatau pihak yang berwenang; 11.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15 ayat 1 UU No.2 Tahun 2002 ditentukan kewenangan Kepolisian secara umum:
1. Menerima laporan danatau pengaduan;
2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum; 3.
Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; 4.
Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian; 6.
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
9. Mencari keterangan dan barang bukti;
10. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
11. Mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat; 12.
Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
13. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Pasal 15 ayat 2 UU No.2 Tahun 2002 ditentukan pula kewenangan Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang:
1. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya; 2.
Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; 3.
Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; 4.
Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; 5.
Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;
6. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan
usaha di bidang jasa pengamanan;
Universita Sumatera Utara
7. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; 8.
Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
9. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; 10.
Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
11. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian. Kewenangannya dalam bidang penegakan hukum pidana ditentukan dalam
Pasal 16 ayat 1 UU No.2 Tahun 2002 menentukan Kepolisian berwenang untuk: 1.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; 2.
Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan; 4.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara; 8.
Mengadakan penghentian penyidikan; 9.
Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; 10.
Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
11. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
12. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Sehubungan dengan tugas dan wewenang Kepolisian di atas, perannya di Kabupaten Labuhan Batu harus berdasarkan undang-undang. Walaupun kekerasan
ada yang dibenarkan dalam tugas Polri, namun tidak dibenarkan bertindak dengan
Universita Sumatera Utara
sewenang-wenang dalam menangani setiap perkara atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Polri harus mengindahkan norma-norma yang berlaku dan berkembang
dalam masyarakat. Menganalisa salah satu faktor penghambat bagi Polri khususnya Polres
Labuhan Batu dalam melaksanakan perannya, bahwasanya jauh hari Plato, sudah menyebutkan ada 3 tiga kekuatan yang sangat mempengaruhi stabilitas suatu negara
yaitu: Militer; Kaum intelektual; dan Kaum Interpreneur pengusaha.
129
Kadang- kadang secara tidak disadari kekuatan ini masih terjadi sampai saat ini, dimana
hukum kadang-kadang atau cenderung terhambat untuk ditegakkan oleh karena faktor orang-orang berkuasa baik secara finansial maupun dalam hal lain seperti kekuatan
militer sebagai beking atau bahkan pihak tertentu oknum Kepolisian bisa terlibat di dalamnya. Hal ini telah dikemukakan oleh Sanoesi sejak dirinya pernah diangkat
menjadi Kapolri pada tahun 1987. Beliau mengatakan belajar dari teori Plato bisa dibenarkannya dan diterapkannya dalam tubuh Polri dimana dijadikannya sebagai
langkah untuk menuyusun strategi baru.
130
Strategi baru di tubuh Polres Labuhan Batu perlu suatu pembinaan khusus mengingat perkembangan kemajuan masyarakat di Labuhan Batu yang cukup pesat,
seiring dengan meningkatnya jumlah tindak pidana baik kejahatan dan pelanggaran khususnya Curas yang masih tergolong kasus menonjol di wilayah hukum Polres
Labuhan Batu hingga kini. Paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi,
129
Sanoesi, Almanak Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta: PT. Dutarindo ADV, 1987, hal. 342.
130
Ibid.
Universita Sumatera Utara
wewenang dan tanggung jawab Kepolisian berdasarkan undang-undang memiliki relevansi dengan tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap
pelaksanaan tugas Kepolisian yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada perlindungan, pelayanan, dan pengayoman masyarakat.
131
B. Peranan Polres Labuhan Batu Dalam Penanganan Kasus Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan