Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan di Labuhan Batu

gerak pelaku tidak seimbang dengan kondisi wilayah yang banyak memliki jalur-jalur pelarian termasuk jalur lintas yang kurang bisa dikontrol. Sementara sarana dan prasarana pendukung berupa material fasilitas dan logistik seperti rumah dinas, kepemilikan tanah, Senjata Api, Alat Komunikasi, Alut, Alsus, dan Amunisi, juga masih sangat terbatas dalam pelaksanaan tugas Polres Labuhan Batu untuk melindungi, mengayomi, dan melayani kepentingan-kepentingan masyarakat di ketiga kabupaten tersebut. Dalam laporan Kapolres, Hirbak Wahyu Setiawan disampaikan kepada Kapolda Sumut agar sarana dan prasarana serta kekuarangan jumlah personil tersebut perlu dipriotitaskan dalam menjalankan tugas Kepolisian di Labuhan Batu. Anggaran Rutin untuk Polres Labuhan Batu telah dianggarkan dan diterima tepat pada waktunya sesuai dengan RKA-KL Polres Labuhan Batu. Sedangkan Anggaran Khusus untuk operasional Polres Labuhan Batu telah dilaksanakan Operasi Kepolisian Tahun 2010 dan periode Januari sd April 2012 sesuai dengan perintah Operasi Polda Sumut dan sampai saat ini anggaran khusus telah disalurkan sesuai dengan peruntukannya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan di Labuhan Batu

Pandangan terhadap kondisi wilayah Kabupaten Labuhan Batu dipandang dari sisi letak geografis yang strategis, kepadatan penduduk, luas wilayah, pendapatan daerah, watak dan karakter masyarakatnya, dari sisi hukum misalnya evektifitas peran Universita Sumatera Utara dan fungsi aparat hukum, maka banyak faktor yang dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya kejahatan atau tindak pidana khususnya Curas di Kabupaten Labuhan Batu sekaligus sebagai bibit-bibit yang dapat menimbulkan kejahatan. 107 Meningkatnya angka kejahatan atau tindak pidana khususnya Curas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu disebabkan dari faktor-faktor kondisi wilayah, hasil kekayaan, angka kemiskinan dan pengangguran ditambah dengan wilayah hukum Polres Labuhan Batu terlalu luas sampai meliputi tiga kabupaten yakni Kabupaten Labuhan Batu IndukRaya, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Kemudian faktor selanjutnya kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki Polres Labuhan Batu baik dari segi personil maupun alat yang digunakan. Faktorfaktor tersebut sekaligus menjadi hambatan dalam pelaksanaan tugas di Polres Labuhan Batu. 108 Dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Labuhan batu, dapat dikatakan kabupaten ini masih tergolong belum padat masih jarang. 109 107 Wawancara dengan Bapak Malatai Sianipar Pengusaha Kelapa Sawit di Aek Natas tanggal 22 Mei 2012. Sehingga beberapa daerah dikabupaten ini khususnya pada jalur-jalur lintas tertentu sepi dari keramaian. Kondisi ini juga sebagai faktor yang memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan peluang melakukan Curas. 108 Wawancara dengan Haji Dullah Penduduk Rantau Parapat tanggal 21 Mei 2012. 109 Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Labuhan Batu Induk, Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan sebanyak ±1.027.964 jiwa sedang luas wilayah adalah ±9.223,18 Km 2 sehingga kepadatan penduduk rata-rata ±111,454 jiwaKm 2 . Universita Sumatera Utara Faktor kondisi kurangnya jumlah personil sebagaimana yang diuraikan di atas, sering ditemukannya masalah di lapangan misalnya dalam hal penanganan kasus-kasus kejahatan Curas dimana pelaku melarikan diri. Sementara jumlah personil untuk melakukan penyempiran ruang gerak pelaku tidak seimbang dengan kondisi wilayah yang banyak memliki jalur-jalur pelarian termasuk jalur lintas yang kurang bisa dikontrol. Faktor-faktor diartikan di sini sebagai sebab-sebab terjadinya sesuatu hal. Semua faktor di atas dikatakan sebagai faktor kriminogen yang diartikan dari dua suku kata yakni kriminal dan gen. Kriminal criminale artinya hal-hal yang berhubungan dengan kejahatan atau tindak pidana atau pelanggaran hukum pidana. Sedangkan gen genus diartikan bibit atau bakal menjadi berpengaruh, menjadi besar dan berdampak. Sehingga kriminogen dapat diartikan sebagai bibit-bibit atau cikal bakal yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan atau tindak pidana atau pelanggaran terhadap hukum pidana. 110 Karakteristik pelaku penjahat yang digambarkan oleh Casero Lambroso dari perspektif biologis saat ini tidak selalu dapat dinilai dari faktor biologis semata. Walaupun menurutnya bahwa pelaku penjahat itu didasarkan pada ciri bilogis misalnya dilihat dari tulang tengkoraknya, warna kulit, rambut, dan lain-lain, namun telah berkembang dalam berbagai pandangan lain misalnya dipandang dari kehendak bebas oleh berbagai aspek watak secara pribadi, lingkungan, dan ekonomi. 110 Bandingkan dengan: M. Marwan Jimmy P, Kamus Hukum, Dictionary of Law Complete Edition, Cetakan I, Surabaya: Reality Publisher, 2009, hal. 389. Universita Sumatera Utara Secara pribadi dapat dipandang sebagai faktor internal, mungkin pada faktor inilah yang dimaksud oleh Lambroso yang merupakan turunan secara biologis yang melekat pada diri penjahat tersebut. Jika dipandang dari sisi kondisi, keadaan yang tampak misalnya kesempatan atau peluang juga bisa menjadi faktor munculnya niat jahat pelaku. Apalagi secara yuridis hukum, kurangnya sarana perlindungan, pengayoman, dan pelayanan aparat Kepolisian menyebabkan kesempatan atau peluang tadi menjadi efektif dilakukan oleh penjahat. 111 Selain itu, dapat dipandang dari aspek letak dan strategis objek perbuatan jahat tersebut misalnya pencurian mungkin bisa saja terjadi di daerah perkotaan tetapi kecenderungan untuk mencuri barang-barang yang ada dalam truk dengan cara merampok, kecil kemungkinan, melainkan peluang terbesar terjadi di tempat pertokoan, swalayan-swalayan, dan mall. Kecenderungan untuk merampok barang- barang muatan dalam truk, mungkin besar kemungkinan terjadi di jalan-jalan khususnya jalan lintas sebagai tempat yang strategis untuk dapat menghilangkan jejak pelaku. Faktor ekonomi misalnya kemiskinan adalah genus kriminal yang dipandang banyak orang sudah tua usianya. Namun hingga saat ini faktor kemiskinan ini juga menjadi faktor kondusif bagi seseorang untuk melakukan pencurian walaupun tidak semuanya manusia beralih menjadi pencuri karena faktor ekonomi tetapi pada umumnya menurut data yang diperoleh di Polres Labuhan Batu, faktor-faktor tersebut 111 Istilah Bang Napi, “Waspadalah, kejahatan terjadi, karena adanya kesempatan”. Universita Sumatera Utara di atas tergolong sebagai faktor kriminogen untuk melakukan pencurian bahkan pencuri tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap korban. 1. Faktor dari Hasil Pendapatan Penduduk Pandangan pertama dilihat dari hasil pendapatan masyarakat atau penduduk yang tinggal maupun beraktifitas khususnya kegiatan bisnis di daerah Kabupaten Labuhan Batu. Kabupaten ini tergolong masih baru dimekarkan sebagai pecahan dari Kabupaten Asahan. 112 Kondisi pertumbuhan ekonomi di ketiga kabupaten ini mulai meningkat, seiring dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak luas terhadap segala dimensi kehidupan masyarakat sehingga masyarakat sangat kritis, sensitif dan mudah terpancing untuk melakukan pelanggaran hukum. Terjadinya peningkatan kuantitas dan kualitas kejahatan serta situasi politik yang tidak menentu dapat membawa dampak pada kehidupan masyarakat sehingga Polri dituntut lebih aktif dalam memberikan perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat baik melalui kegiatan rutin maupun operasi Kepolisian yang didukung dengan kerjasama masyarakat secara gotong-royong dengan melakukan Siskamswakarsa. Berdasarkan perkembangan daerah ini hingga dimekarkan menjadi Kabupaten berarti laju pertumbuhan ekonomi tergolong tinggi di daerah Kabupaten Labuhan Batu. Salah satu faktor yang membuat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu adalah hasil pendapatan masyarakat dari kegiatan bisnis 112 Dulunya Kabupaten Labuhan Batu masuk dalam Daerah Kabupaten Asahan. Namun setelah dimekarkan daerah ini menjadi berdiri sendiri sebagai Kabupaten. Universita Sumatera Utara perkebunan Kelapa Sawit. Baik perkebunan milik Pemerintah Daerah dan Pusat maupun perkebunan milik swasta atau pribadi-pribadi masyarakat menjadi faktor signifikan sebagai pemasukan dari sektor pajak daerah. Perputaran uang tergolong cepat dalam kegiatan bisnis di berbagai sektor di daerah ini. Selain hasil perkebunan dari Kelapa Sawit, juga hasil-hasil dari perkebunan Karet, yang umumnya pemilik kebun swasta di daerah ini adalah orang-orang yang memiliki banyak uang atau para konglomerat yang sering disebut toke-toke sawit dan toke karet. Perbandingannya dari sisi kepemilikan atas barang-barang mewah seperti mobil-mobil pribadi, rata-rata dimiliki masyarakat di daerah Kabupaten Labuhan Batu dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya seperti Kisaran, Tanjung Balai, Batu Bara, dan lain-lain, khususnya pada toke-toke sawit dan karet tidak terlalu memperhitungkan kemewahan jenis mobil ini jika digunakan untuk mobil pengangkut sawit atau karet. 113 Apabila dibandingkan antara pendapatan dari sektor perkebunan dibanding sektor lain seperti pendapatan perikanan atau kelautan, tampaknya lebih maju dan sejahtera masyarakat yang berada dalam sektor perkebunan. Misalnya jika dibandingkan antara daerah Labuhan Batu dengan Tanjung Balai tampak bahwa keseahteraan masyarakat di Labuhan Batu jauh lebih meningkat daripada masyarakat yang tinggal sebagai pelaut di daerah Tanjung Balai. Masyarakat yang tinggal di daerah Perdagangan, Lima Puluh, dan Gunung Bayu umumnya menjadi karyawan 113 Wawancara dengan masyarakat di Simpang Universitas Alwasliyah Univa Jalan Adam Malik By Pass Rantoprapat pada tanggal 21-22 April 2012. Universita Sumatera Utara atau staf di PTPN IV dan di PTPN III Sei Mangke sedangkan di daerah Labuhan Batu umumnya masyarakatnya berposisi sebagai toke-toke sawit dan karet yang banyak uang untuk menampung serta mengorder hasil-hasil kebun ke daerah-daerah lain untuk diolah. Hasil perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di Kabupaten Labuhan Batu lebih menonjol dibandingkan dengan hasil-hasil perkebunan lainnya seperti perkebunan Kopi Coklat yang rata-rata dimiliki oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Ada juga masyarakat yang memiliki kegiatan ternak unggas seperti ayam dan bebek tetapi hasilnya tidak signifikan diperoleh jika dibandingkan dengan pendapatan dari hasil kebun Kelapa Sawit dan Karet. Selain itu juga ditemukan masyarakat yang beternak Lembu, dimana hasil perolehan untung dari ternak Lembu relatif lama baru dapat menghasilkan tetapi hasilnya tidak signifikan dibandingkan dengan hasil perkebunan Kelapa Sawit dan Karet yang walaupun proses penanamannya lama tetapi proses produksi buahnya atau getahnya dapat dirasakan dan dipanen bertahun-tahun oleh masyarakat. Sumber Daya Alam SDA atau hasil kekayaan Alam di Kabupaten Labuhan Batu Induk, Utara, dan Selatan umumnya adalah Hasil-Hasil Hutan seperti: bahan baku serpih; kayu gergajian; rotan; dan lain-lain. Kekayaan Alam seperti: Ikan Lautsungai, Pasir Sungai, Kerikil, Batu Bara dan Minyak Bumi masih dalam survei. Pertanian seperti: Padi Sawah dan Ladang; Palawija Jagung, Ubi kayujalar dan kacang kacangan; Sayuran Cabe, Terung dan Ketimun; dan lain-lain. Tetapi skala prioritas yang menjanjikan di daerah ini berasal dari hasil-hasil perkebunan baik Universita Sumatera Utara perkebunan Negara, Swasta, Nasional, Swasta Asing, yang pada umumnya ditanami karet dan kelapa sawit, antara lain sebagai berikut: 114 Skala prioritas di atas sangat menjanjikan pendapatan penduduk di daerah ini yang berasal dari hasil-hasil perkebunan baik perkebunan Negara, Swasta, Nasional, Swasta Asing, yang pada umumnya ditanami karet dan kelapa sawit. Kondisi pertumbuhan perkebunan Negara di tiga kabupaten ini cenderung menjadi objek palaku Curas untuk memanfaatkan peluang melakukan perampokan di jalan-jalan lintas Sumatera terutama jika truk-truk yang membawa biji sawit olahan tidak didukung dengan pengawalan dari aparat. Demikian juga pertumbuhan perkebunan Asing di tiga kabupaten ini terus meningkat. Banyaknya jumlah perkebunan Asing di tiga kabupaten ini juga cenderung menjadi objek palaku Curas untuk memanfaatkan peluang melakukan perampokan di jalan-jalan lintas Sumatera terutama jika truk-truk yang membawa biji sawit olahan tidak didukung dengan pengawalan dari aparat. Banyaknya perusahaan-perusahaan perkebunan di wilayah Kabupaten Labuhan Batu, menjadi perhatian dan gambaran bagi pelaku penjahat atau pencuri bahwa dengan menduga terhadap orang-orang para pengusaha atau toke-toke sawit dan karet atau pemilik perkebunan adalah orang-orang yang berduit banyak uang. Orang-orang seperti ini menjadi target para pelaku pencuri kapan orang-orang tersebut lalai, atau tanpa kawalan, maka para pencuri dengan mudah melakukan 114 Hirbak Wahyu Setiawan, Kepala Kepolisian Resor Labuhan Batu, “Laporan Kesatuan Dalam Rangka Kunjungan Kerja Kapolda Sumut di Polres Labuhan Batu Rantau Prapat, pada Bulan Mei 2012, hal. 7-10. Universita Sumatera Utara aksinya. Bahkan pelaku melakukan perampokan terhadap targetnya bukan saja diarahkan oleh pelaku pada harta benda seperti uang, perhiasan, hasil penjualan tetapi juga mereka melakukan aksi perampokan dengan tidak segan-segan membunuh korban. 115 Jumlah Tindak Pidana pencurian dengan kekerasan JTP Curas di Polres Labuhan Batu dari Tahun 2009 sd Tahun 2011 meningkat dari 62 kasus menjadi 101 kasus. Korban dari jumlah kasus Curas tersebut pada umumnya terakit dengan hasil- hasil perkebunan sawit dan karet oleh orang-orang atau para pengusaha atau toke- toke atau pemilik perkebunan atau supir-supir truk perkebunan yang tanpa pengawalam dari aparat sedang membawa dan melintas di sepanjang jalan lintas Sumatera yang melalui Kabupaten Labuhan Batu. Selain aksi perampokan yang menggunakan senjata api, juga baru-baru ini terjadi perampokan bersenjata api hingga korbannya tewas di wilayah hukum Polres Labuhan Batu sudah berulang kali terjadi. Dalam satu tahun terakhir di tahun 2012, tercatat sudah 4 empat kasus perampokan bersenjata api yang korbannya ditembak mati di tempat. Sasaran pelaku pada umumnya adalah pengusaha perkebunan yang baru saja menjual hasil panennya. 116 115 Wawancara dengan Bapak Ibran Sitorus Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit di Rantau Parapat tanggal 23 Mei 2012. 116 Indosiar Live Streaming, Indosiar.com, Labuhan Batu, Selasa tanggal 15 Mei 2012. Lihat juga: http:www.indosiar.compatrolipengusaha-getah-karet-ditembak-mati-perampok_95496.html, diakses tanggal 21 Mei 2012. Universita Sumatera Utara 2. Faktor Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Penjagaan dan Pengawalan dari Aparat Kepolisian Ada semacam model berfikir masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu khususnya para orang-orang yang tergolong memiliki banyak uang seperti anggapan bahwa dirinya adalah segalanya karena banyak memiliki uang sehingga menurutnya semuanya bisa diukur dengan uang. Pernyataan demikian dapat diketahui dari tingkat kesadaran masyarakat para pelaku bisnis akan pentingnya pengawalan atas harta benda miliknya dari aparat baik Kepolisian maupun Militer. 117 Apabila dianalisa ketentuan Pasal 14 ayat 1 huruf a UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, secara tegas ditentukan bahwa salah satu tugas pokok Kepolisian adalah melaksanakan penjagaan dan pengawalan terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. Ketentuan dalam Pasal 14 ayat 1 huruf a ini mengeaskan ”sesuai kebutuhan”. Jika masyarakat tidak butuh penjagaan dan pengawalan terhadap harta benda miliknya, Kepolisian tidak perlu melakukan penjagaan atau pengawalan. Faktor inilah salah satu yang menyebabkan truk-truk yang membawa buah Kelapa Sawit, minyak CPO, ataupun Karet tidak dikawal oleh aparat Kepolisian. Kepolisian sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat memiliki prosedural sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan. Persoalan yang kemudian muncul adalah ketika masyarakat mengalami pencurian di jalan-jalan, 117 Wawancara dengan Bang Haji panggilan akrab, salah satu tokoh masyarakat Labuhan Batu di Simpang Kampus Universitas Alwasliyah Univa di Jalan Adam Malik By Pass Rantoprapat pada tanggal 21-22 April 2012. Universita Sumatera Utara maka yang disalahkan adalah pihak aparat yang kurang melaksanakan tugas dan fungsinya. 118 Pada faktanya sudah sering terjadi peristiwa pencurian terhadap barang- barang mewah di Labuhan Batu, perampokan terhadap truk yang membawa hasil- hasil perkebunan yang melintas di jalanan, tetapi masyarakat tidak sadar bahwa perisitiwa demikian perlu aparat untuk melakukan penjagaan dan pengawalan. Bahkan suatu tempat yang sudah dijaga atau dikawal oleh aparat Kepolisian pada tempat-tempat tertentu sekalipun seperti bank, pencuri atau perampok tidak segan- segan melakukan aksinya. Padahal khusus dalam hal penjagaan dan pengawalan jelas-jelas ditegaskan dalam ketentuan dalam Pasal 14 ayat 1 huruf a UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang mengeaskan ”sesuai kebutuhan”. Jadi, terlebih dahulu harus ada permintaan dari masyarakat kepada Kepolisian untuk melakukan penjagaan atau pengawalan. 119 Apabila dipandang dari sisi finansial para pelaku bisnis di daerah Kabupaten Labuhan Batu, umumnya memiliki uang yang mampu untuk meminta bantuan dari pihak Kepolisian dalam hal penjagaan dan pengawalan, namun karena anggapan atau tradisi cara berfikir masyarakat seperti yang diutarakan di atas, menganggap tidak perlu membutuhkan bantuan dari pihak aparat Kepolisian. 120 Faktor dari sisi penjagaan dan pengawalan terhadap harta benda yang tergolong besar nominalnya adalah sesuatu yang penting dilakukan oleh masyarakat 118 Ibid. 119 Ibid. 120 Ibid. Universita Sumatera Utara dengan meminta bantuan kepada pihak Kepolisian setempat. Dapat diprediksi dengan mudah, jika truk-truk yang membawa hasil-hasil perkebunan melintas di jalan-jalan yang sunyi dari keramaian cenderung menjadi target atau sasaran pencuri atau perampok. 3. Faktor Jalan Lintas Sumatera yang Strategis Kabupaten Labuhan Batu merupakan Jalur Lintas Timur Pulau Sumatera dengan jarak 285 Km dari Medan, 329 Km dari Propinsi Riau, dan 760 Km dari Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Labuhan Batu terletak pada koordinat 10, 260- 20,110 Lintang Utara LU dan 910, 010-950,530 Bujur Timur BT dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara. Sedangkan dari segi sarana perhubungan di Kabupaten Labuhan Batu terhubung dengan Jalan Raya Lintas Sumatera yang menghubungkan Kabupaten Asahan, Tapanuli Selatan dan Kabupaten Bengkalis. Jalur Kereta Api yang menghubungkan Kota Rantau Prapat, Kisaran, Tebing Tinggi dan Medan. Kemudian Kapal Laut yang menghubungkan antar pulau-pulau di wilayah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan. Universita Sumatera Utara Kabupaten Labuhan Batu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, berada pada Jalur Lintas Timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Globalisasi menjadi isu sentral dan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perubahan dalam masyarakat. Sehingga menimbulkan masyarakat global seperti yang dikatakan Esmi Warassih, globalisasi yang berlangsung saat ini semakin kuat dan semakin luas cakupannya. Kecenderungan suatu wilayah di dunia menjadi satu dalam format sosial-politik-ekonomi yang pada satu sisi menciptakan pertumbuhan ekonomi dan materil, di sisi lain membawa masalah sosial, memicu peningkatan kriminali, korupsi, gaya hidup baru, kerusakan ekologi, dan sebagainya. 121 Globalisasi menjadi sebuah faktor peluang untuk melakukan kriminali bagi pelaku perampokan atau pencurian dengan kekerasan, sebab dengan globalisasi membuka jalur-jalur internasional masuk dan keluarnya manusia, barang-barang dan jasa secara terus-menerus. Pembukaan akses melalui perbatasan-perbatasan sehingga mempermudah para pelaku kriminal untuk melarikan diri ke luar negeri, menghilangkan jejak kriminalnya agar tidak mudah dilacak oleh aparat Kepolisian. 122 121 Esmi Warassih, Op. cit, hal. 72. Masyarakat global dengan berbagai bentuk seperti: global economy, global education, global human condition, global humanity, global order, dan global village. 122 Ibid. Universita Sumatera Utara

BAB IV PERANAN KEPOLISIAN RESOR LABUHAN BATU TERHADAP