9
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan uraian tentang siswa SMP sebagai remaja, perilaku bullying, program bimbingan kelompok, kajian penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir.
A. Siswa SMP Sebagai Remaja
1. Definisi Remaja
Hurlock 1990: 206 berpendapat bahwa masa remaja sering pula disebut adolescence. Istilah adolescence berasal dari kata Latin yaitu
adolescere. Tidak terdapat batas yang jelas mengenai masa remaja. Permulaan masa remaja juga disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Calon Monks, 2002: 260 mengatakan bahwa masa remaja jelas
menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau peralihan, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
kanak-kanak. Desmita 2009: 37 juga menjelaskan bahwa masa remaja 12-21 tahun merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-
anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri ego identity.
2. Karakteristik Aspek-aspek Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi dari masa anak
ke masa dewasa Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman dan Riva, 1996 dalam Yusuf, 2009: 9. Beberapa karakteristik aspek-aspek
perkembangan remaja Yusuf, 2009: 10 diuraikan pada bagian berikut
ini:
a.
Aspek fisik
Masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Remaja pria mengalami pertumbuhan organ testis, penis, dan
kelenjar prostat. Matangnya organ-organ tersebut memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja wanita
ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Matangnya organ-organ seksual wanita tersebut memungkinkan remaja wanita
mengalami menarche menstruasihaid pertama. Perubahan fisik
masa remaja lainnya Yusuf, 2009: 11 dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1 Perubahan Fisik Masa Remaja
Jenis Kelamin
Usia Pertumbuhan Fisik
Wanita 8-13 tahun
8-14 tahun 9,5-14,5 tahun
10-16,5 tahun 10-16 tahun
10-16 tahun Tumbuhnya buah dada
Tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan
Pertumbuhan badan Menstruasi pertama
Tumbuhnya bulu ketiak Minyak dan keringat
mengahasilkan kelenjar jerawat terjadi ketika kelenjar tersumbat
Pria 10-13,5 tahun
10-15 tahun 10,5-16 tahun
11-14,5 tahun 11-14,5 tahun
12-17 tahun 12-17 tahun
Tumbuhnya testes dan kantung buah pelir
Tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan
Pertumbuhan badan Tumbuhnya penis
Perubahan suara tumbuhnya pangkal tenggorokan
Tumbuhnya kumis dan bulu ketiak
Minyak dan peluh menghasilkan kelenjar
b.
Aspek intelektual kognitif
Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir operasional formal. Tahap ini ditandai dengan kemampuan berpikir
abstrak seperti memecahkan persamaan aljabar, idealistik seperti berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain, dan masyarakat,
dan logis seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah. Tahap berpikir operasional formal ini ditandai dengan ciri-ciri: 1
cara berpikir yang tidak hanya sebatas disini dan sekarang, tetapi juga terkait dengan dunia kemungkinan atau masa depan world
possibilities, 2 kemampuan berpikir hipotetik, yaitu kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis dugaan-dugaan terbaik
tentang cara-cara memecahkan masalah dan mengambil keputusan, 3 kemampuan melakukan eksplorasi dan ekspansi pemikiran,
horizon berpikirnya semakin luas seperti menyangkut aspek-aspek
sosial, moralitas-agama, dan keadilan.
c.
Aspek emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Pertumbuhan organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan
baru yang belum dialami sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada
usia siswa SLTP, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif kritis yang sangat kuat terhadap berbagai
peristiwa atau situasi sosial; emosinya sering bersifat negatif dan temperamental
mudah tersinggungmarah,
atau mudah
sedihmurung. Kondisi ini sering dialami oleh remaja, terutama remaja yang hidup di lingkungan terutama keluarga yang tidak
harmonis.
d.
Aspek sosial
Pada masa ini berkembang “Social Cognition”, yaitu kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk
menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap “Conformity” konformitas,
yaitu cenderung untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran hobby, atau keinginan orang lain.
Perkembangan konformitas ini dapat berdampak positif atau negatif bagi remaja sendiri, tergantung kepada siapa atau kelompok mana
remaja yang bersangkutan melakukan konformitas. e.
Aspek kepribadian Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity
kesadaran akan identitas atau jati dirinya. Remaja yang berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan sosial, dan
memahami makna hidup beragama, maka remaja akan menemukan jati dirinya, dalam arti remaja akan memiliki kepribadian yang sehat.
Sebaliknya jika gagal, remaja akan mengalami kebingungan atau kekacauan confusion, sehingga remaja yang bersangkutan
cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat maladjustment seperti adanya perilaku yang menyimpang delinquent, kriminalitas,
atau menutup diri mengisolasi diri dari masyarakat. Perilaku menyimpang pada remaja dapat dipicu oleh beberapa faktor, antara
lain: 1
Orang tua tidak memberikan teladan dalam berperilaku mulia atau pengalaman ajaran agama,
2 Orang tua bersikap permisif memberi kebebasan berperilaku
atau bersikap otoriter,
3 Pola pergaulan kurang baik, yaitu bergaul dengan teman sebaya
yang berperilaku buruk, dan 4
Sering menonton tayangan-tayangan film atau DVD porno, atau kekerasan.
f.
Aspek kesadaran beragama William Kay Yusuf, 2009: 17 berpendapat bahwa tugas utama
perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Pendapat tersebut menunjukkan
pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai- nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Kehidupan
beragama remaja mengalami proses yang cukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diharapkan. Kualitas kesadaran
beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterima sejak usia dini, terutama di
lingkungan keluarga.
3. Perkembangan Sosial Remaja