3 Pola pergaulan kurang baik, yaitu bergaul dengan teman sebaya
yang berperilaku buruk, dan 4
Sering menonton tayangan-tayangan film atau DVD porno, atau kekerasan.
f.
Aspek kesadaran beragama William Kay Yusuf, 2009: 17 berpendapat bahwa tugas utama
perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Pendapat tersebut menunjukkan
pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai- nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Kehidupan
beragama remaja mengalami proses yang cukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diharapkan. Kualitas kesadaran
beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterima sejak usia dini, terutama di
lingkungan keluarga.
3. Perkembangan Sosial Remaja
Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, seperti perubahan dalam bidang fisik dan perubahan dalam bidang
kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan sosial remaja.
Beberapa aspek perkembangan sosial yang penting selama masa remaja Desmita, 2009: 210, adalah:
a. Perkembangan individuasi dan identitas
Masing-masing remaja memiliki ide tentang identitas diri sendiri. Meskipun demikian, untuk merumuskan sebuah definisi
yang memadai tentang identitas tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena identitas masing-masing orang merupakan suatu hal yang
kompleks, yang mencakup banyak kualitas dan dimensi yang berbeda-beda, yang lebih ditentukan oleh pengalaman subjektif
daripada pengalaman objektif, serta berkembang atas dasar eksplorasi sepanjang proses kehidupan Dusek, 1991 dalam Desmita,
2009: 210. Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas
merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Menurut Josselson
Seifert Hoffnung, 1994 dalam Desmita, 2009: 211 proses pencarian identitas merupakan proses di mana seorang remaja
mengembangkan suatu identitas personal atau sense of self yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain dapat disebut dengan
individuasi individuation. Dalam teori sosialnya, Erikson membagi perkembangan manusia ke dalam delapan tahap perkembangan.
Kedelapan tahap perkembangan sosial Erikson Desmita, 2009: 213 tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Tahap Perkembangan Sosial Erikson
Tahap Perkembangan Sosial Usia Kira-kira
Kepercayaan vs. ketidakpercayaan trust vs. mistrust
Otonomi vs. rasa malu dan ragu-ragu autonomy vs. shame and doubt
Inisiatif vs. rasa bersalah initiative vs. guilt
Ketekunan vs. rasa rendah diri industry vs. inferiority
Identitas dan kebingungan peran ego identity vs. role confusion
Keintiman vs. isolasi intimacy vs. isolation
Generativitas vs. stagnasi generativity vs. stagnation
Integritas ego vs. keputusan ego integrity vs. despair
Lahir-1 tahun masa bayi
1-3 tahun masa kanak-kanak
4-5 tahun masa pra-sekolah
6-11 tahun masa sekolah dasar
12-20 tahun masa remaja
20-24 tahun masa awal dewasa
25-65 tahun masa pertengahan dewasa
65 tahun-mati masa akhir dewasa
Berdasarkan teori Erikson ini subjek penelitian ini sedang mencari identitas diri.
b. Perkembangan hubungan dengan orang tua
Perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar terhadap
relasi orang tua-remaja. Salah satu ciri utama dari remaja yang mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan untuk
memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Hal tesebut disebabkan karena remaja meluangkan lebih sedikit waktunya
bersama orang tua dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk saling berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, sehingga remaja
menghadapi macam-macam nilai dan ide-ide. Seiring dengan perubahan kognitif selama masa remaja, perbedaan ide-ide yang
dihadapi remaja
sering mendorongnya
untuk melakukan
pemeriksaan terhadap nilai dan pelajaran-pelajaran yang berasal dari orang tua.
Akibat dari remaja yang melakukan pemeriksaan, remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan-pandangan orang tua
serta mengembangkan idenya sendiri. Supaya orang tua tidak lagi dipandang sebagai otoritas yang serba tahu, maka faktor keterikatan
yang kuat antara orang tua dan remaja dalam menentukan arah perkembangan
remaja senantiasa
harus menjaga
dan mempertahankan keterikatan ini. Untuk mempertahankan keterikatan
orang tua dan anak, orang tua harus membiarkan mereka bebas untuk berkembang dalam bidang dimana remaja dapat mengambil
keputusan yang masuk akal. Selain memberikan kebebasan orang tua terus memberikan bimbingan untuk mengambil keputusan yang
masuk akal pada bidang dimana pengetahuan anak remaja masih terbatas.
c. Perkembangan hubungan teman sebaya
Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupannya.
Sebagaian besar waktu remaja dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya. Berbeda halnya dengan masa
anak-anak, hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan.
Hartup Hightower, 1990 dalam Desmita, 2009: 220, menjelaskan bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-
fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi remaja. Bahkan ditemukan bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama
masa remaja, berkorelasi dengan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya. Kalau anak dan remaja ditolak atau diabaikan
oleh teman sebayanya, anak dan remaja yang bersangkutan dapat mengalami pengaruh yang negatif, misalnya mengalami perasaan
kesepian atau
permusuhan. Teman
sebaya juga
dapat memperkenalkan remaja pada alkohol, narkoba, kenakalan, dan
berbagai bentuk perilaku yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptif Santrock, 1998 dalam Demita, 2009: 221.
B. Perilaku Bullying