Sebagaian besar waktu remaja dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya. Berbeda halnya dengan masa
anak-anak, hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan.
Hartup Hightower, 1990 dalam Desmita, 2009: 220, menjelaskan bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-
fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi remaja. Bahkan ditemukan bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama
masa remaja, berkorelasi dengan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya. Kalau anak dan remaja ditolak atau diabaikan
oleh teman sebayanya, anak dan remaja yang bersangkutan dapat mengalami pengaruh yang negatif, misalnya mengalami perasaan
kesepian atau
permusuhan. Teman
sebaya juga
dapat memperkenalkan remaja pada alkohol, narkoba, kenakalan, dan
berbagai bentuk perilaku yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptif Santrock, 1998 dalam Demita, 2009: 221.
B. Perilaku Bullying
1. Pengertian Perilaku Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Negara lain
seperti Norwegia, Finlandia dan Denmark menyebutkan bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal dari Bahasa
Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya mob adalah
kelompok orang yang anonim tanpa nama dan berjumlah banyak serta, cenderung melakukan tindakan kekerasan. Dalam Bahasa Inggris kata
bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Untuk istilah bullying dalam Bahasa Indonesia bisa digunakan menyakat
berasal dari kata sekat dan pelakunya bully disebut penyakat. Menyakat berarti menggangu, mengusik, dan merintangi orang lain
Wiyani, 2012: 11. Perilaku bullying terjadi jika ada perasaan yang tidak enak atau
perasaan terintimidasi pada seserang yang telah mengalami perlakuan tertentu dari orang lain. Bila seseorang yang dicubit tak merasa
terintimidasi, maka tindakan tersebut belum dikatakan bullying. Bila seseorang yang dipuji merasa hal tersebut penindasan, maka perilaku
bullying telah terjadi. Jadi hal tersebut kembali lagi pada persepsi seseorang yang telah mengalami perlakuan dari orang lain Wiyani,
2012: 2. Berbagai definisi bullying dikemukakan oleh banyak ahli, Ken
Rigby Astuti, 2008: 3 misalnya mengartikan bullying sebagai hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, dan membuat
orang lain menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya
berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang dilakukan oleh pelaku untuk mencari kekuasaan atau kekuatan secara
sendiri atau sekelompok. Pelaku bullying tidak hanya kuat dalam ukuran fisik, tetapi bisa juga kuat secara mental. Karena itu, korban bullying
tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah baik secara fisik maupun mental Amini, 2008: 2. Wiyani 2012: 15
mendefinisikan bullying dalam konteks school bullying sebagai perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok siswa secara berulang kali
untuk ingin menunjukkan kekuatan atau kekuasaan dengan tujuan
menyakiti targetnya korban secara mental atau secara fisik di sekolah.
Menurut Olweus Wiyani, 2012: 12 bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau
terluka dan
biasanya terjadi
berulang-ulang. Dan
Olweus mengidentifikasikan dua subtipe perilaku bullying, yaitu bullying secara
langsung Direct bullying, misalnya penyerangan secara fisik dan bullying secara tidak langsung Indirect bullying, misalnya pengucilan
secara sosial.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku secara sendirian atau kelompok
kepada orang lain dan biasanya berdampak negatif terhadap orang yang menjadi sasaran; perilaku itu dilakukan secara langsung atau tidak
langsung dan berulang-ulang.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying