Tinjauan Pustaka Latar Belakang

1.6 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi teori satuan lingual dan dasar penamaan.

1.6.1 Kata

Kata memiliki definisi dari berbagai sudut pandang. Terdapat tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari posisinya dalam satuan-satuan gramatikal, kata dapat dimengerti sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa dan kalimat. Dari definisi tersebut, tampak bahwa kata mengandung ciri i satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang mengandung arti ii berunsur satu morfem atau lebih iii unsur langsung pembentuk frasa atau kalimatBaryadi, 2011:17 Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian atau kata bentukan.

1.6.1.1 Kata Asal

Kata asal adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Kata turun, misalnya, termasuk kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian menurun, turunkan, turuni, menurunkan, menuruni, penurunan, keturunan, dan turun-temurun.

1.6.1.2 Kata Jadian

Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih. Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut kata polimorfemik. Misalnya kata berjalan termasuk kata jadian karena merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hasil penggabungan dua morfem, yaitu morfem imbuhan ber- dan morfem asal jalan. Baryadi, 2011:18

1.6.2 Frasa

Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi lihat Ramlan, 1983:137. Dapat dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat. Pertama, frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua, frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, adalah dalam subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Frasa terbagi atas dua jenis yaitu frasa eksosentrik dan frasa endosentrik.Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentrik biasanya dibedakan atas frasa eksosentrik yang direktif atau disebut frasa preposisional komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina dan non direktif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba. Contoh frasa eksosentrik sebagai berikut: 20. di perpustakaan Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa ini disebut juga frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu Inggris: head mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frasa subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan. Contoh frasa endosentrik sebagai berikut: 21. dua orang mahasiswa Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga golongan yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif dan frasa endosentrik yang apositif. Frasa endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraan itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur- unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya: suami istri, pembinaan dan pengembangan, belajar atau bekerja. Berbeda dengan frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurny tidak dihubungkan dengan kata penghubung, misalnya sekolah inpres, sedang belajar. Kata- kata yang dicetak tebal yaitu kata inpres dan belajar merupakan unsur pusat UP yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantic merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainya merupakan atribut Atr

1.6.4 Klausa

Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari subyek, predikat, baik obyek, pelengkap. dan keterangan. Dengan ringkas, klausa ialah S P O PEL KET. Tanda kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. lih Ramlan, 2005: 23

1.6.5 Teori Penamaan

Landasan penelitian ini adalah teori penamaan. Penamaan merupakan proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada referen yang berada di luar bahasa. Plato mengungkapkan dalam suatu per cakapan berjudul “Cratylos” , bahwa lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah obyek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label dari yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa Chaer, 1990: 44

1.6.2.1 Peniruan Bunyi

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Nama-nama benda hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan benda tersebut. Contoh penamaan peniruan bunyi sebagai berikut: