D. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan desakan darah pada dinding arteri, seiring dengan denyut jantung. Tekanan darah selalu ditunjukkan dalam dua angka.
Angka pertama atau angka atas merupakan tekanan darah ketika jantung berdetak, ini disebut dengan tekanan sistolik. Angka kedua atau angka bawah merupakan
tekanan sisa pada arteri diantara detak, ini disebut tekanan diastolik Cloutier, Leblanc, McLean, and McKay, 2009. Joint National Committee VII pada tahun
2004, mengklasifikasikan tekanan darah menjadi empat kategori Tabel II. Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat yaitu sphygmomanometer,
memiliki kantong yang dilekatkan pada lengan bagian atas dan dapat dipompa Fox, 2004.
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Usia Dewasa menurut Joint National Committee VII 2004
Kategori SBP danatau DBP
Normal 120 dan 80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 =160 atau =100
1. Pengukuran tekanan darah
Prinsip pengukuran tekanan darah adalah mengukur tekanan arteri menggunakan
sphygmomanometer, dengan memompa manometer balon
pemompa dan manset yang dapat mengembang. Sphygmomanometer dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu, auskultatori manual dan osilatori elektronik.
Manometer air raksa merupakan sphygmomanometer auskultatori yang paling banyak digunakan. Nilai sistolik pada sphygmomanometer osilatori cenderung
lebih tinggi dari auskultatori. Untuk mempertahankan keakuratan pengukuran,
semua sphygmomanometer harus dipelihara dengan baik dan dikalibrasi tiap 6-12 bulan. Tanggal terakhir kalibrasi harus tertulis pada alat. Katup pengontrol harus
dapat menahan tekanan 200 mmHg selama 10 detik. Pemeriksaan katup pengontrol secara teratur merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar jalan
udara bebas tanpa tekanan yang tidak perlu Johnson dan Taylor, 2002. Pengukuran tekanan darah Gambar 2 pada posisi terlentang atau berdiri
dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Kondisi pengukuran harus tenang dan mendukung privasi. Pengukuran dapat dimulai setelah pasien beristirahat 5 menit.
Manset yang digunakan harus sesuai pediatri, kecil, normal, besar, atau sangat besar. Jika manset terlalu kecil, tekanan darah yang diukur dapat terlalu tinggi.
Manset harus dipasangkan mengelilingi setidaknya 80 panjang dan 40 lebar lengan atas Dipiro, Talbert, Yee, Wells, dan Posey, 2008.
Gambar 2. Metode pengukuran tekanan darah Istiqomah, 2012
2. Hipertensi
Joint National Committee VII 2004, menyatakan hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90
mmHg. Hipertensi bukanlah suatu penyakit tunggal tetapi suatu sindrom dengan beragam penyebab. Hipertensi esensial atau sering disebut hipertensi primer
merupakan hipertensi yang kausanya tidak diketahui. Hipertensi yang penyebabnya telah diketahui disebut dengan hipertensi sekunder Ganong dan
McPhee, 2005. Menurut WHO dan The International Society of Hypertension ISH, saat
ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari sepuluh penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat. Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko
hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun dan kelompok usia 75 tahun berisiko 11,53 kali. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki pada kelompok
hipertensi lebih tinggi dibanding kontrol dan laki-laki secara bermakna berisiko hipertensi 1,25 kali daripada perempuan cit., Rahajeng dan Tuminah, 2009.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Hipertensi primer atau esensial. Merupakan hipertensi yang tidak atau
belum diketahui penyebabnya. Sekitar 90 pasien termasuk dalam kategori hipertensi primer. Faktor yang diduga berperan sebagai penyebab hipertensi
primer antara lain bertambahnya umur, stress psikologis, genetik dan jenis kelamin.
b. Hipertensi sekunder. Merupakan hipertensi yang disebabkan sebagai akibat dari adanya penyakit lain atau dengan kata lain penyebabnya telah
diketahui, seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, kegemukan, konsumsi alkohol, merokok, kurang olahraga dan pemakaian obat- obatan Klabunde,
2007. Hipertensi pada diabetes melitus tipe 2 muncul bersamaan dengan atau
mungkin mendahului munculnya diabetes. Hal ini disebabkan pada penderita hipertensi sering ditemukan adanya sekumpulan kelainan lainnya yang disebut
sindroma metabolik seperti obesitas sentral, dislipidemi, hiperurisemi dan hiperinsulinemia atau resistensi insulin Wicaksono dkk., 2012.
3. Hipertensi dan obesitas