Perdagangan Eceran Retailing Landasan Teori .1 Pengertian Pemasaran

11

2.2.3. Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor 2002:6, perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian buying unit dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Definisi yang lain menurut Louden dan Bitta dalam Angipora, 2002:119, perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu dalam upaya memperoleh dan menggunakan barang dan jasa evaluasi, memperoleh, menggunakan atau menentukan barang atau jasa. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan mempelajari Perilaku Konsumen maka pemasar dapat mengetahui secara jelas proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa serta pengaruh-pengaruh yang dihadapi dalam usaha memperoleh barang dan jasa tersebut.

2.2.4 Perdagangan Eceran Retailing

Kotler dan Amstrong 1992:51 mengatakan bahwa perdagangan eceran adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk menjual barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, dan bukan untuk bisnis. Sedangkan untuk kelas pengecer sendiri dapat 12 diklasifikasikan menurut ragam produknya secara vertikal dan horisontal. Kotler dan Amstrong 1992:52 mengklasifikasikan sebagai berikut : 1. Toko spesial : Menjual lini produk dengan sedikit jenisnya tetapi ragam barang yang luas dalam lini ini, seperti toko yang yang menjual alat-alat olahraga, perabot rumah tangga, buku, alat-alat elektronik dan bunga serta mainan anak-anak. 2. Toko serba ada atau department store : Menjual sejumlah besar lini produk biasanya pakaian, perlengkapan rumah tangga. 3. Pasar swalayan : Toko besar berbiaya rendah, berlaba rendah dan jumlah penjualan yang besar seperti menjual beraneka ragam barang seperti makanan, pencuci pakaian dan produk rumah tangga. 4. Toko convenience : Toko-toko kecil yang menjual lini produk terbatas barang-barang konviniens yang tinggi perputarannya, sering disebut juga warung serba ada. Superstore, toko kombinasi dan Hypermarket, tiga jenis ini lebih besar dibandingkan pasar swalayan konvensional. Superstore besarnya hampir dua kali pasar swalayan biasa dan menjual banyak ragam barang yang dibeli secara rutin, makanan maupun barang keperluan lainnya. Semua yang disebutkan dapat dilakukan perusahaan atau toko modern 13 dalam menciptakan sinergi bauran pemasaran ecerannya yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Gilbert 2003 dalam Semuel 2006:56 menyatakan bahwa promosi dapat saja merangsang pelanggan mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penataan produk oleh pengecer akan membuat perbedaan pada tingkat penjualan. Visual marchandising terdiri dari visual materials dan windows displays. Visual marchandising adalah suatu presentasi non personal dan pameran barang dagangan dengan penjelasan rinci. Pendekatan ini untuk mendapatkan kepastian mengenai penampilan produk secara optimal, memperlengkapi pameran yang kan meningkatkan penyajian produk dan menggugah minat beli, melengkapi kegiatan penjualan dan informasi produk seperti dengan brosur dan poster-poster, menjamin ketersediaan barang, meningkatkan penambahan penjualan melalui rangsangan pembelian atau dengan mengingatkan si pembeli apa yang akan di dapat berdasarkan slogan produk tersebut. Tugas utama pengecer retailer adalah penyajian nilai value delivery kepada pengguna akhir. Retailer bertugas melakukan kontak lansgung dengan pelanggan. Mereka ini memainkan peran kritis di garis paling depan, ujung jembatan untuk sampai pada penggunanya. Oleh karena itu kemampuan dan kompetensi mereka ikut menentukan suksesnya bisnis manufaktur dan wholesaling yang terkait. Atas dasar fungsi penting tersebut, bagi bisnis ritel abad 21 ini konsep paling tepat yang seharusnya digunakan adalah Holistic Marketing Concept Kotler et. 14 al 2006:18 dalam Astuti dan Setiawan 2007:322. Dasar berpikir konsep ini, masih menganggap penting untuk mendengarkan suara konsumen tanpa mengabaikan masalah etika berbisnis dan pelayanan kepada pelanggan, serta bermitra dalam bentuk jaringan networks dan menjalin ikatan hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan mitra bisnis.

2.2.5 Citra Toko Store Image