14
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Judul dari tulisan ini adalah Pengaruh Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered-Head Together NHT terhadap motivasi belajar Pendidikan
Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun
20152016.
Tulisan dalam judul ini terdiri dari tiga aspek yaitu: Pendidikan Agama Katolik, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Heads Together NHT,
dan Motivasi yang masing-masing memiliki pengertiannya tersendiri. Maka dari itu, pada bagian ini akan diulas secara tersendiri mengenai apa itu Pendidikan
Agama Katolik, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Heads Together NHT, dan Motivasi.
A. Pendidikan Agama Katolik PAK
Pendidikan Agama Katolik dalam buku berjudul Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tingkat Sekolah Menengah Atas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:2.dirumuskan sebagai berikut : Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa
pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik berinteraksi berkomunikasi, memahami,
menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu
diharapkan iman peserta didik semakin diperteguh.
15
Dari rumusan tersebut memberikan gambaran bahwa Penddikan Agama Katolik sangatlah penting didalam kehidupan kita dan demi kemajuan masa depan
kita sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus. Dengan Pendidikan Agama Katolik maka kita akan semakin fokus dalam menentukan arah, tujuan dan hidup
kita. Dan apabila kita sudah fokus dalam hal tersebut ssungguhnya kita sudah belajar untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Kita tidak lagi mudah
teroncang dalam menghadapi arus kehidupan karena kita sudah mempunyai arah dan tujuan dalam hidup kita yang menjadi dasar yang sangat baik untuk
membangun kerajaan Allah ditengah dunia. Oleh sebab itu, untuk lebih jauh mendalami PAK tersebut akan dibahas
mengenai Hakikat dan tujuan PAK yang terdiri dari pendidikan iman dan pelayanan sabda, pendekatan PAK, ruang lingkup PAK, PAK yang Bervisi
Spiritual, Suasana pertemuan PAK yang Dijiwai oleh Roh Cinta Kasih dan Kebebasan Injili, dan PAK sebagai Komunikasi Iman.
1. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Agama Katolik
a. PAK sebagai Pendidikan Iman
Di dalam iman Katolik, iman lebih-lebih kalau telah berkembang menjadi pengharapan dan kasih, merupakan suatu s
ikap „‟penyerahan diri seutuhnya kepada Alla
h‟‟DV 5. Ini berarti bahwa bahwa iman merupakan hal dasar yang menjadi fokus dalam pendidikan Iman di sekolah. Seorang guru harus benar-benar
memahami mengenai
arti pendidikan
tersebut sehingga
ia mampu
mengaplikasikannya dengan pengalaman anak didiknya sehari-hari. Apabila hal dasar ini sudah sangat diperhatikan maka akan sangat mudah untuk menanamkan
kepada anak didiknya dan anak didikanya akan memahami hal tersebut tidak
16
hanya di dalam sekolah saja tetapi sungguh-sungguh mereka tanamkan di dalam hati mereka dan diterapkan sesuai dengan keadaan hidup mereka di dalam
masyarakat. Dalam konteks agama Katolik, pelajaran agama di sekolah dinamakan
Pendidikan Agama Katolik, yang merupakan salah satu realisasi tugas dan perutusannya untuk menjadi pewarta dan saksi Kabar Gembira Yesus Kristus.
Selain itu, PAK juga harus mempunyai visi yang kuat yang harus ditanamkan sejak awal di dalam pendidikan. Visi yang kuat merupakan dasar
yang mempunyai daya dalam pendidikan agama Katolik. Dengan adanya visi yang kuat maka akan menjadi tolak ukur dalam PAK. Visi yang menjadi tolak
ukur tersebut adalah PAK yang bervisi Spiritual. Spiritual yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti
hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti pendidikan secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup seseorang, memperkembangkan
jati diri atau inti hidup manusia Heryatno Wono Wulung, 2012. PAK
bervisi spiritual,
maksudnya PAK
secara konsisten
memperkembangkan kedalaman hidup, jati diri atau inti hidup siswa. Visi ini sesuai dengan ciri dasar manusia sebagai makhluk spiritual. PAK secara sadar
memperkembangkan rasa, kepekaan hati, imaginasi dan dimensi hidup naradidik. PAK tidak hanya bersifat kognitif tetapi juga memberi ilham siswa untuk
menghadapi kenyataan hidup dan menjawab tantangan di masa depan dalam rangka menanggapi panggilan hidupnya. Menurut Groome dalam Heryatno
Wono Wulung, 2010:37 PAK merupakan kegiatan politis bersama peziarah dalam waktu yang secara sengaja mereka memberi perhatian kepada kegiatan
17
Allah di masa kini, pada kisah komunitas Iman Katolik, dan visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir di antara kita.
b. PAK sebagai Pelayanan Sabda
Dalam diri Yesus dari Nazaret, Sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Penampakan itu merupakan puncak seluruh sejarah pewahyuan Sabda
Allah. Tetapi oleh karena Sabda itu sudah menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak bisa tinggal dalam sejarah untuk selamanya, maka untuk mempertahankan
hasilnya bagi semua orang, Sabda itu harus menciptakan bentuk-bentuk lain di dalam ajarannya sehingga Ia bisa hadir dan berbicara.
Semua bentuk baru yang muncul sesudahnya, pada hakikatnya berbeda dengan Sabda asli tetapi berasal darinya dan mengandung dayanya. Sabda-sabda
itu merupakan gema Sabda Yesus Kristus KWI, 1996:382. Yang artinya sebagai wadah di dalam pewartaan diharapkan PAK mampu memberikan pelayanan sabda
di dalam penerapannya sehari-hari. Oleh karena itu, di dalam pendidikan agama katolik sebagai pelayanan
Sabda harus menggemakan siapa itu Yesus. Karena di dalam Sabda tersebut adalah inti dari semua pelayanan tersebut. Sehingga dengan pelayanan yang total
melalui pendidikan agama di sekolah mampu membawa siswa pada penerapannya di dalam melayani sesama di sekitarnya. Ini berarti bahwa siswa mampu
membawa Yesus dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.
c. PAK sebagai Komunikasi Iman
PKKI II yang diadakan di Wisma samadi Klender 1980 merumuskan mengenai arti dan makna Katekese Umat KU, rumusan tersebut sebagai berikut :
18
Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaatkelompok. Melalui
kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.
Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman. Yang ditekankan di sini komunikasi bukan saja antara pembimbing dengan
peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri. Dalam konteks PAK di sekolah, berarti yang ditekankan bukan saja komunkasi antara
guru dengan peserta didiknya, tetapi komunikasi antara peserta didik itu sendiri.
Selan itu, Heryatno Wono Wulung juuga memaparkan dalam mata kuliah
pengantar PAK, 2012 bahwa sebagai komunikasi iman PAK perlu menekankan sifatnya yang praktis, bermula dari pengalaman penghayatan iman dan menuju
pada penghayatan iman baru yang lebih „‟baik‟‟, PAK menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus. Maka dari itu, PAK
juga dipahami sebagai komunikasi penghayatan atau pengalaman iman yang tentu akan saling memperkaya dan meneguhkan iman para pesertanya. Iman sejati
menggerakkan orang untuk bersikap belaskasih, berbuat kebaikan kepada sesamanya, peka dan peduli pada yang miskin serta menderita, rindu dan ingin
dekat dengan Tuhannya. Yang ditekankan di dalam PAK bukan pengajaran agama tetapi proses perkembangan dan pendewasaan iman, harapan dan cinta kasih
religiositas. Karena memfokuskan pada hal-hal mendasar PAK menjadi lebih bersifat inklusif, mendorong kearah persaudaraan, persatuan dan perjumpaan serta
membantu mendatangkan kesejahteraan hidup. Dari sebab itu, suasana kesalingan, kebersamaan, dan penghargaan pada masing-masing pribadi peserta didik amat
penting untuk diusahakan di kelas dan di pelbagai pertemuan kegiatan pembinaan dan pendidikan.
19
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa komunikasi iman berarti adanya tukar pengalaman iman pada peserta didik yang didasari atas pengalaman iman
mereka masing-masing sehingga memperkaya imannya dan terpenting adalah memperdalam imannya terhadap Yesus Kristus. Dalam Kristus kita berjumpa
dengan Allah dan melalui Dialah Allah mendatangi kita.
2. Pendekatan Pendidikan Agama Katolik
Pendekatan pembelajaran PAK dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran PAK, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dalam pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang di dalamnya
terkandung tiga proses, yaitu proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan dalam terang Kitab SuciAjaran Gereja dan pembahaharuan hidup yang terwujud
dalam penghayatan iman sehari-hari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:3.
Selain itu, yang paling penting adalah bagaimana PAK sungguh-sungguh dihayati peserta didik, tidak hanya sebagai sesuatu yang harus dipelajariteori
tetapi sungguh melekat di dalam hati peserta didik dan akhirnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pendekatan yang harus diciptakan adalah
melalui suasana pertemuan PAK di dalam proses pembelajaran. Suasana pertemuan PAK yang dimasksudkan adalah suasana pertemuan PAK yang dijiwai
oleh Roh Cinta Kasih dan Kebebasan Injili.
20
Heryatno Wono Wulung memaparkan dalam buku pengantar PAK, 2012 pendidikan yang bervisi spiritual dapat sungguh terwujud kalau suasana
sekolah kristen dijiwai oleh Roh cinta kasih dan kebebasan Injili. suasana sekolah semacam ini membuat para peserta didik merasa martabatnya dihormati,
permasalahan hidupnya diphami, pertanyaan dan keluhannya diperkatikan. Mereka juga dibantu menemukan identitas diri dan perannya di dalam
linggkungan sekolah dan masyarakat. Seperti St. Joseph di Karachi, sekolah Kristiani di mana pun perlu menciptakan suasana kemitraan dan kekeluargaan
antara guru dengan peserta didik, guru dengan orang tua, lebih-lebih di antara peserta didik sendiri. Yang dimaksud kekeluargaan di dalam sekolah adalah
suasana pendidikan yang membuat peserta didik krasan, gembira, diterima dan di percaya. Dengan suasana semacam ini etos atau sikap dasar connectedness
keterkaitan, caring perhatian dan concern keprihatinan dapat terrealisir. Suasana kelas pertemuan yang menggembirakan perlu ditekankan,
supaya tidak tegang, membosankan dan menekan. Perlu ditegaskan suasana yang baik dapat menjadi guru yang baik pula. Untuk mewujudkan suasana semacam itu
sekolah-sekolah Kristiani telah lama mengubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah sebagai komunitas atau paguyuban. Gambaran
sekolah sebagai paguyuban merupakan cara hidup bersama yang menekankan kemitraan, keterbukaan, kesatuan tanpa mengorbankan kekhususan masing-
masing pihak. Gambaran sekolah semacam ini menjauhi semangat kompetisi yang tidak sehat, suatu kompetisi yang membuat pihak yang kuat selalu menang
sedangkan yang lemah tersingkir.
21
3. Ruang Lingkup Bahan PAK
Dapiyanta 2008:5 mengatakan bahwa ruang lingkup bahan PAK di sekolah tidak lepas dari bahan katekese. Katekese dalam KOMKAT Keuskupan
Agung Semarang, 2012:12, menurut Directorium Catechisticum Generale „‟petunjuk Umum Katekese‟‟, merupakan kegiatan yang membawa umat menuju
kedewasaan iman, bertujuan membantu umat mendapatkan pengetahuan mengenai
Allah dan
karya keselamatan-Nya
serta membantu
umat mengembangkan diri dalam iman. Selain itu, dalam kaitannya dengan pengajaran
agama, Evangeli Nuntiandi menguraikan bahwa katekese bertujuan membentuk pola-pola hidup kristen, mengolah pikiran dan hati sehingga orang yang
bersangkutan menemukan kebenaran sejati yang dapat menghidupinya, dan bukan sekedar memberi pengetahuan. Sedangkan dalam Catechesis Tradendae dikatakan
bahwa katekese merupakan pembinaan yang mencakup penyampaian ajaran kristen secara sistematis yang diorganisir penyampaiannya, sehingga benar-benar
bisa membantu pesertanya untuk hidup secara Kristiani dan beriman dewasa. Dari uraian tersebut katekese berarti membantu umat mendapatkan pengetahuan
mengenai Allah dan karya keselamatan-Nya. Dan dalam konteks sekolah, katekese membantu siswa mendapatkan pengetahuan mengenai Allah dan karya
keselamatan-Nya. Hal ini dikuatkan oleh Komkat KWI di Malino dalam Dapiyanta,2008:4 mengemukakan bahwa PAK merupakan bagian dari katekese
yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidupnya dari segi pandang kristiani dengan demikian mudah-mudahan menjadi manusia paripurna
beriman.
22
Katekese di dalam PAK tentunya mencakup unsur kebenaran. Kebenaran yang dimasksudkan adalah kebenaran iman. Iman akan Allah dan karya
keselamatan-Nya seperti
yang diuraikan
diatas. Dapiyanta
2008:5 mengemukakan bahwa kebenaran-kebenaran iman itu senantiasa diwartakan oleh
Gereja yang senantiasa disusun secara hirarkis. Kebenaran-kebenaran itu merupakan bahan katekese. Hirarkis di sini dimengerti bahwa kebenaran yang
satu berdasar pada kebenaran yang lain. Kebenaran-kebenaran iman itu dapat dikelompokkan ke dalam empat judul berikut: misteri Allah Bapa, Putra, dan Roh
Kudus, Pencipta segala sesuatu; misteri Yesus Kristus, Sabda yang menjelma, lahir dari Perawan Maria, menderita, mati, dan bangkit untuk keselamatan
manusia; misteri Roh Kudus, yang hadir di dalam Gereja, menyucikan, membimbing hingga kedatangan Kristus secara mulia, hakim abadi; dan misteri
Gereja, Tubuh Mistik Kristus, di mana Perawan Maria memegang posisi utama. Didalam PKKI IV yang diadakan di Denpasar 1988 merumuskan dengan
jelas mengenai katekese umat. Katekese Umat adalah katekese yang melibatkan seluruh umat. Oleh sebab itu pelaku Katekese Umat adalah umat secara
keseluruhan. Katekis hanyalah sebagai fasilitator. Ini artinya dalam konteks sekolah peserta didik sebagai pelaku katekese dan guru sebagai fasilitator.
Kurikulum PAK 1984 mengemukakan ruang lingkup bahan PAK di sekolah adalah: saya, sesama dan lingkungan, membangun hidup yang berarti dan
mendalam, Yesus Kristus dan Gereja. Kurikulum PAK 1994 merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah Doa, Kitab Suci, Sakramen, Allah Bapa, Yesus, Roh
Kudus, dan Gereja, Moral. Kurikulum 2004 juga merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah Saya, Yesus, Gereja, dan Masyarakat dalam Dapiyanta,
23
2008:5,6. Kurikulum 2013 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:2 merumuskan ruang lingkup bahan PAK mencakup empat aspek yang memiliki
keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik adalah sebagai
berikut.
a. Pribadi peserta didik
Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan
dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
b. Yesus Kristus
Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang
terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
c. Gereja
Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
d. Masyarakat
Ruang lingkup ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai firmansabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja.
24
Bahan meskipun penting tetap merupakan sarana. Namun demikian bahan yang diharapkan bukan bahan yang mati, melainkan bahan yang hidup dan
bersaksi. Bahan merupakan partner dialog yang bersaksi. Ruang lingkupnya ialah tradisi Kristen, kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Bahan-bahan yang
diolah mengandung segi objektif dan subjektif. Segi objektif adalah peristiwa dan sejarahnya. Segi subjektifnya adalah tanggapan iman umat terhadap peristiwa
Yesus tersebut. Tradisi dan situasi tertentu dalam gereja adalah segi objektif, dan segi subjektifnya adalah tanggapan umat terhadap tradisi tersebut. Situasi yang
dialami kelompok murid adalah segi objektif, segi subjektifnya adalah tanggapan para murid terhadap situasi mereka. Segi objektif dapat dinilai. Segi subjektif di
luar tanggapan murid dapat dibojektifkan sehingga dapat dinilai. Segi subjektif tanggapan murid, demi kebebasan murid tidak masuk nilai ujian Jacop, dalam
Dapiyanta, 2008:6. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup bahan PAK
adalah membahas mengenai peserta didik, Yesus Kristus, Gereja, dan masyarakat. Ini berarti bahwa Pendidikan Agama Katolik tidak hanya sebatas mewartakan
Kitab Suci saja, melainkan beberapa aspek seperti yang telah diuraikan diatas. Selain itu, untuk mencapai ruang lingkup bahan PAK yang terarah perlu
pola pembelajaran yang berdasarkan atas dasar yang kuat untuk mencapai tujuannya. Adapun pola tersebut Setyakarjana 1997:141 ialah pola Malino,
Pola Naratif menampilkan model, pola berbuat dan bersikap iman.
25
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together NHT