26
2.3. Sistem Pengendalian Banjir
Dalam upaya pengendalian banjir dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menggunakan sistem polder. Sistem polder terdiri dari
jaringan drainase, kolam retensi, tanggul dan stasiun pompa. Keempat elemen sistem
polder harus direncanakan secara integral, sehingga dapat bekerja secara optimal. 2.3.1. Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu kawasan, drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokan
infrastruktur wilayah, selain itu ada kelompok jalan, kelompok sarana transportasi, kelompok pengelolaan limbah, kelompok bangunan kota, kelompok energi dan
kelompok telekomunikasi Suripin, 2004 .
2.3.2. Kolam Retensi
Drainase sistem polder menggunakan pompa dengan kolam retensi, dapat digunakan apabila debit banjir yang masuk lebih besar daripada kapasitas pompa
banjir. Kolam retensi berfungsi untuk menampung kelebihan debit banjir dan mengendalikan muka air di dalam daerah tangkapan sistem polder pada saat terjadi
banjir atau hujan lokal. Fungsi dari kolam retensi adalah untuk menampung air hujan langsung dan
aliran dari sistem untuk diresapkan ke dalam tanah. Sehingga kolam retensi ini perlu ditempatkan pada bagian yang terendah dari lahan. Jumlah, volume, luas dan
kedalaman kolam ini sangat tergantung dari berapa lahan yang dialihfungsikan menjadi kawasan permukiman.
27 Fungsi lain dari kolam retensi adalah sebagai pengendali banjir dan penyalur
air; Pengolahan limbah, kolam retensi dibangun untuk menampung dan mentreatment limbah sebelum dibuang; dan pendukung wadukbendungan, kolam
retensi dibangun untuk mempermudah pemeliharaan dan penjernihan air waduk. karena jauh lebih mudah dan murah menjernihkan air di kolam retensi yang kecil
sebelum dialirkan ke waduk dibanding dengan mengurasmenjernihkan air waduk itu sendiri. Kolam retensi memiliki berbagai tipe, seperti:
1. Kolam retensi tipe di samping badan sungai
Gambar 2.8 Kolam Retensi Tipe di Samping Badan Sungai
Tipe ini memiliki bagian-bagian berupa kolam retensi, pintu inlet, bangunan pelimpah samping, pintu outlet, jalan akses menuju kolam retensi, ambang rendah di
depan pintu outlet, saringan sampah dan kolam penangkap sedimen. Kolam retensi jenis ini cocok diterapkan apabila tersedia lahan yang luas untuk kolam retensi
sehingga kapasitasnya bisa optimal. Keunggulan dari tipe ini adalah tidak mengganggu sistem aliran yang ada, mudah dalam pelaksanaan dan pemeliharaan.
28 2. Kolam retensi di dalam badan sungai
Gambar 2.9 Kolam Retensi di Dalam Badan Sungai
Kolam retensi jenis ini memiliki bagian-bagian berupa tanggul keliling, pintu outlet, bendung, saringan sampah dan kolam sedimen. Tipe ini diterapkan bila lahan
untuk kolam retensi sulit didapat. Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitas kolam yang terbatas, harus menunggu aliran air dari hulu, pelaksanaan sulit dan
pemeliharaan yang mahal
3. Kolam retensi tipe storage memanjang
Gambar 2.10 Kolam Retensi Tipe Storage Memanjang
29 Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang lebar dan
dalam serta cek dam atau bendung setempat. Tipe ini digunakan apabila lahan tidak tersedia sehingga harus mengoptimalkan saluran drainase yang ada. Kelemahan dari
tipe ini adalah kapasitasnya terbatas, menunggu aliran air yang ada dan pelaksanaannya lebih sulit.
Kolam pengatur berfungsi sebagai pemotong puncak debit banjir, dengan demikian kolam yang tidak luas pun dapat mengendalikan banjir secara efektif.
Dalam perencanaan pengendalian banjir, penentuan dimensi dari masing-masing komponen sistem pengendalian banjir harus ditelaah dari segi teknis, ekonomis
maupun sosial dalam rangka perencanaan persungaian secara keseluruhan Sosrodarsono dan Tominaga, 1985.
Perhitungan kapasitas kolam dimaksudkan untuk menentukan batasan maksimum yang dapat ditampung oleh kolam penampungan. Volume air hujan yang
terjadi dihitung dengan metode hidrograf satuan Snyder.
2.3.3. Pompa