Analisis Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Peneliti menggunakan metode belah dua Split-Half Method dalam menghitung reliabilitas yaitu dengan menggunakan metode belah dua berdasarkan item genap dan ganjil. Peneliti menetapkan item yang lolos yaitu item yang mencapai minimal 0,41 atau “cukup”. Pada hasil analisis data pada program TAP reliabilitas dapat dilihat seperti gambar berikut: Gambar 3.4 Reliabilitas pada Program TAP

d. Analisis Daya Pembeda

Arikunto 2012: 226 berpendapat bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi D. Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks deskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas peserta tes, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pembeda. Yaitu: -1,00 0,00 1,00 Cara menghitung daya pembeda dapat dilakukan dengan rumus dalam Arikunto 2012: 228 adalah sebagai berikut: D = � – � = P A – P B Keterangan: J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar daya pembeda negatif daya pembeda rendah daya pembeda tinggi PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto 2012: 232 menjelaskan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut : Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Rentan Nilai Kategori 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00 Jelek Cukup Baik Baik sekali Berdasarkan tabel kriteria daya pembeda di atas, untuk menyatakan soal tersebut dikatakan dapat membedakan siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah peneliti menggunakan kriteria baik 0,41-0,70 dan kriteria baik sekali 0,71-1,00. Daya pembeda dalam analisis program TAP dapat dilihat di gambar 3.5 di bawah ini: Gambar 3.5 Daya Pembeda pada Program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Tingkat kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficuly indeks. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah Arikunto, 2012: 223. 0,0 1,0 Sukar Mudah Hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan menggunakan program TAP dapat dilihat dari Item Diff atau Item Difficulty. Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sukar soal tersebut. Sebaliknya semakin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Perhitungan tingkat kesukaran pada penelitian ini terbatas pada soal-soal yang valid dengan daya pembeda yang baik minimal pada kriteria cukup membedakan. Menurut Arikunto 2012: 225, secara umum indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran No. Rentan Nilai Kategori 1. 0,00 – 0,30 Sukar 2. 0,31 – 0,70 Sedang 3. 0,71 – 1,00 Mudah Tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 30 “mudah”, 50 “sedang”, dan 20 “sukar” Sudjana, 2009: 135. Tingkat kesukaran yang tidak sesuai dengan kriteria dan membutuhkan revisi akan dilakukan perbaikan. Tingkat kesukaran pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.6 Tingkat Kesukaran pada Program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f. Analisis pengecoh Pengecoh dari soal-soal yang valid dan memiliki daya pembeda yang baik minimal masuk dalam kategori kurang membedakan akan dianalisis pengecohnya. Pengecoh merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban dan bukan hanya sekedar pelengkap pilihan Purwanto, 2009: 108. Arikunto 2012: 234 berpendapat bahwa suatu distractor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Cara menganalisis pengecoh dapat menggunakan rumus menurut Zulaiha 2008: 21 berikut: Keterangan : PPJ = penyebaran jawaban untuk pilihan jawaban tertentu JPJ = banyak siswa yang memilih pilihan jawaban tertentu n = banyak siswa Pengecoh juga akan dianalisis menggunakan program TAP dengan cara membandingkan antara total tiap pilihan jawaban siswa yang bukan kunci jawaban dengan angka 0,05. Angka 0,05 sama dengan 5 dari peserta tes yaitu minimal siswa yang harus memilih agar dapat dikatakan bahwa pengecoh dapat berfungsi. Analisis pengecoh pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.7 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A menggunakan Program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini berisi tentang uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD. Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini membahas tentang langkah-langkah pengembangan perangkat tes hasil belajar dan kualitas perangkat tes hasil belajar. Kedua pokok bahasan ini akan dibahas sesuai dengan data yang diperoleh, akan dijabarkan berikut ini:

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar tahun ajaran 20162017 dikembangkan berdasarkan modifikasi langkah-langkah penelitian pengembangan Borg and Gall. Langkah-langkah yang digunakan peneliti meliputi tujuh langkah dan akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah dalam penelitian berangkat dari belum adanya tes hasil belajar yang sesuai dengan kriteria soal yang baik. Potensi dari penelitian ini adalah tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan siswa rutin dilakukan setiap akhir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 0 281

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 1 283

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016/2017.

0 1 276

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

0 7 269

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 2 277

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 1 281

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016 2017

0 10 273

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267

Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB

0 11 22