Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

(1)

DASAR 1.2 MENGGUNAKAN FAKTOR PRIMA UNTUK MENENTUKAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Bernadheta Etapurnami Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pengembangan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan pembuatan tes hasil belajar dengan kualitas baik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini memodifikasi langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall. Prosedur pengembangan ini meliputi 7 langkah dari 10 langkah prosedur pengembangan. Instrument pengumpulan data dan penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, kuesioner dan tes. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang berjumlah 62 siswa.

Hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk. Hasil analisis butir soal pada 60 butir soal diperoleh (a) soal valid sejumlah 75%, (b) soal termasuk reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil 11.1% dengan katogori baik sekali, 75,5% dengan kategori baik, dan 13,3% dengan kategori cukup, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 4,4% dengan kategori sukar, 68,8%, dengan kategori sedang dan 26,6% dengan kategori mudah. Sebanyak 45 soal yang baik, 7 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi. Soal yang berkualitas baik kemudian dijadikan sebuah produk yang berupa buku.


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF BASIC COMPETENCE’S 1.2 LEARNING RESULT

TEST USING FIRST RATE FACTOR TO DETERMINE LCM AND GCD TO THE FITH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL. THESIS

Bernadheta Etapurnami Sanata Dharma University 2017

The research is based on the fact that there are a potential and problems related to the test development of learning result. The problem which is being faced by teachers is a difficulty in making learning result test with a good quality. The purposes of this research is to (1) develop achievement test (2) to describe the product quality achievement test in basic competence to determine Least Common Multiple (LCM) and Greatest Common Divisor (GCD) to the fifth grade elementary school students.

The research was Research and Development (R&D). procedure development product the researchers modified this study test result from steps RnD by Borg and Gall. This development procedure went through 7 of 10 development procedure.. The subject of this research the fifth-grade students of Kanisius Ganjuran and Kanisius Bantul total 62 students..

The result of this research development showed the process of this research (1) potential problem, (2) data accumulation, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, (7) product revision. Analysis result from 60 questions showed (a) total of valid question is 75%, (b) the question are reliable and included high categories, (c) analysis of the distinguishing result 11,1% categories as very good, 75,5% more categoiries to good, 13,3% categories sufficiently distinguish (d) the analysis of the level of difficulty result of 4,4% the category difficult, 68,8% medium category, 26,6% categoriesis ofeasy. 45 items was good, 7 items had dysfunctional distractor and need to revision. Questions of good will be used as a book. Keyword : test, valid, reliable


(3)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 1.2 MENGGUNAKAN FAKTOR PRIMA UNTUK MENENTUKAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH

DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Bernadheta Etapurnami NIM: 131134197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 1.2 MENGGUNAKAN FAKTOR PRIMA

UNTUK MENENTUKAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS

V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Bernadheta Etapurnami

NIM: 131134197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Maka dengan bangga saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai dan menuntun dalam setiap langkah di hidupku.

2. Ambrosius Sugiyanto dan Veronika Sarjinem, kedua orang tuaku yang selalu bekerja keras, membimbingku, memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.

3. Robertus Agung Purnomo, kakakku, yang telah memberikan semangat kepadaku.

4. Sahabat dan teman-temanku yang selalu ada dalam suka maupun duka dan telah memberikan pelajaran yang penting dalam hidupku.

5. Teman payung dan PGSD angkatan 2013 yang telah memberikan semangat kepadaku.


(8)

v MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(Lukas 7:7)

“Bukan pukulan terakir itu y

ang membelah batu, tapi semua pukulan yang telah

dilakukan sebelumnya”


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Januari 2017 Peneliti


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Bernadheta Etapurnami

Nomor Mahasiswa : 131134197

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI

DASAR 1.2 MENGGUNAKAN FAKTOR PRIMA UNTUK MENENTUKAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan.

Demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Januari 2017 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.2 MENGGUNAKAN FAKTOR PRIMA UNTUK MENENTUKAN

KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Bernadheta Etapurnami

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pengembangan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan pembuatan tes hasil belajar dengan kualitas baik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini memodifikasi langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall. Prosedur pengembangan ini meliputi 7 langkah dari 10 langkah prosedur pengembangan. Instrument pengumpulan data dan penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, kuesioner dan tes. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang berjumlah 62 siswa.

Hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk. Hasil analisis butir soal pada 60 butir soal diperoleh (a) soal valid sejumlah 75%, (b) soal termasuk reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil 11.1% dengan katogori baik sekali, 75,5% dengan kategori baik, dan 13,3% dengan kategori cukup, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 4,4% dengan kategori sukar, 68,8%, dengan kategori sedang dan 26,6% dengan kategori mudah. Sebanyak 45 soal yang baik, 7 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi. Soal yang berkualitas baik kemudian dijadikan sebuah produk yang berupa buku.


(12)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF BASIC COMPETENCE’S 1.2 LEARNING RESULT TEST USING FIRST RATE FACTOR TO DETERMINE LCM AND GCD TO

THE FITH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL. THESIS

Bernadheta Etapurnami Sanata Dharma University

2017

The research is based on the fact that there are a potential and problems related to the test development of learning result. The problem which is being faced by teachers is a difficulty in making learning result test with a good quality. The purposes of this research is to (1) develop achievement test (2) to describe the product quality achievement test in basic competence to determine Least Common Multiple (LCM) and Greatest Common Divisor (GCD) to the fifth grade elementary school students.

The research was Research and Development (R&D). procedure development product the researchers modified this study test result from steps RnD by Borg and Gall. This development procedure went through 7 of 10 development procedure.. The subject of this research the fifth-grade students of Kanisius Ganjuran and Kanisius Bantul total 62 students..

The result of this research development showed the process of this research (1) potential problem, (2) data accumulation, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, (7) product revision. Analysis result from 60 questions showed (a) total of valid question is 75%, (b) the question are reliable and included high categories, (c) analysis of the distinguishing result 11,1% categories as very good, 75,5% more categoiries to good, 13,3% categories sufficiently distinguish (d) the analysis of the level of difficulty result of 4,4% the category difficult, 68,8% medium category, 26,6% categoriesis ofeasy. 45 items was good, 7 items had dysfunctional distractor and need to revision. Questions of good will be used as a book. Keyword : test, valid, reliable


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.2 MENGGUNAKAN FAKTOR PRIMA UNTUK MENENTUKAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR TAHUN AJARAN 2016/2017”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran selama proses penyusunan skripsi ini

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD 4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

PGSD

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, tenaga dan pikiran sehingga penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar 6. HY. Budisantoso, S.Sos. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Ganjuran yang

telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Ganjuran

7. CH. Winarsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Bantul yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Bantul

8. Hermi Murwanti, S.Pd. dan Angelina Ratih Wulansari, S.Pd. guru kelas V yang telah bersedia menjadi narasumber dan membantu pelaksanaan penelitian 9. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan baik berupa materi

maupun moril

10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi


(14)

xi

Peneliti penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Peneliti


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... ..x

DAFTAR ISI ... ..xii

DAFTAR TABEL ... ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 10

G. Spesifikasi Produk ... 9


(16)

xiii

A. Kajian Pustaka... 11

1. Tes Hasil Belajar ... 11

a. Definisi Tes ... 11

b. Definisi Belajar ... 12

c. Definisi Hasil Belajar ... 13

d. Definisi Tes Hail Belajar ... 14

e. Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik ... 14

f. Tes Pilihan Ganda ... 17

g. Kelebihan dan Kekurangan tes Pilihan Ganda ... 18

h. Program TAP (Test Analysis Program) ... 20

2. Kontruksi Tes Hasil Belajar ... 20

a. Validitas ... 21

b. Reliabilitas ... 24

c. Karakteristik Butir Soal ... 27

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 30

5. Matematika ... 36

6. Kompetensi Dasar Menggunakan Faktor Prima untuk Menentukan KPK dan FPB ... 36

7. Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 38

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berfikir ... 46

D. Pertanyaan Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Setting Penelitian ... 54

C. Prosedur Pengembangan ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 61

E. Instrumen Penelitian... 64


(17)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Hasil Penelitian ... 83

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 83

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 90

B. Pembahasan ... 102

1. Prosedur Pengembangan Tes ... 102

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 110

C. Soal dengan Kualitas Baik ... 130

BAB V PENUTUP... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Keterbatasan Pengembangan ... 133

C. Saran ... 134


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 64

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Produk Tes Hasil Belajar ... 66

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Matematika ... 67

Tabel 3.4 Kategori Skor Kuisioner... 71

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 72

Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas ... 75

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 78

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 80

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 86

Tabel 4.2 Komentar Validator ... 87

Tabel 4.3 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 89

Tabel 4.4 Hasil Validitas Tipe Soal A ... 90

Tabel 4.5 Hasil Validitas Tipe Soal B ... 91

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 93

Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 95

Tabel 4.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 96

Tabel 4.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 97

Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 99

Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 100

Tabel 4.12 Komentar Ahli ... 105

Tabel 4.13 Daftar Revisi Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 109

Tabel 4.14 Perolehan Skor Hasil Validasi Ahli ... 111

Tabel 4.15 Pembahasan Validitas Soal Tipe A ... 112

Tabel 4.16 Pembahasan Validitas Soal Tipe B ... 114

Tabel 4.17 Analisis Daya Pembeda Tipe Soal A ... 117


(19)

xvi

Tabel 4.19 Analisis Daya Pembeda Tipe Soal B... 119

Tabel 4.20 Nomor Soal Hasil Analisis Daya Pembeda ... 120

Tabel 4.21 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 121

Tabel 4.22 Analisis Uji Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran... 123

Tabel 4.23 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 123

Tabel 4.24 Analisis Uji Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran... 125

Tabel 4.25 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A ... 126


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 45

Gambar 3.1 Bagan Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 49

Gambar 3.2 Bagan Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 56

Gambar 3.3 Validasi Empiris pada Program TAP ... 73

Gambar 3.4 Reliabilitas pada Program TAP ... 76

Gambar 3.5 Daya Pembeda pada Program TAP ... 78

Gambar 3.6 Tingkat Kesukaran pada Program TAP ... 80


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 139

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 146

Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 148

Lampiran 4 Hasil Validasi Ahli... 150

Lampiran 5 Hasil Analisis Ujicoba Produk Tes Hasil Belajar ... 165

Lampiran 6 r tabel Validitas ... 177

Lampiran 7 Hasil Jawaban Seluruh Siswa ... 178

Lampiran 8 Tabel Spesifikasi Produk ... 180

Lampiran 9 Rekap Validasi Ahli ... 230

Lampiran 10 Soal Uji Coba Lapangan Terbatas ... 233

Lampiran 11 Foto Uji Coba Produk ... 259


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan spesifikasi produk yang dibuat.

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan dibutuhkan bagi setiap individu, karena setiap individu mempunyai kesempatan belajar seumur hidupnya. Pendidikan di Indonesia juga menerapkan peraturan wajib belajar 12 tahun di dalam pendidikan formal seperti yang telah ditetapkan kementrian pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan akan berhasil jika ditentukan oleh beberapa hal yaitu kurikulum, pendidik, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, dan penilaian akhir pembelajaran. Masalah pendidikan dirasa sangat penting untuk ditangani karena melalui pendidikan tujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa akan dapat ditingkatkan dan dikembangkan. Seorang guru berperan penting dalam melakukan proses pendidikan, mempersiapkan materi, memilih metode dan melakukan evaluasi kepada siswanya untuk mengukur tingkat pemahaman siswa maupun keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran evaluasi sangatlah penting dalam proses pendidikan karena perkembangan potensi siswa dapat dilihat dari


(23)

hasil evaluasi yang telah dilakukan. Sulistyorini (2009: 45) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses yang membutuhkan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat tercapai. Proses evaluasi pembelajaran membutuhkan alat ukur yang baik agar kemampuan siswa dapat terukur dengan tepat. Dalam pembelajaran yang terjadi di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Guru betugas mengukur apakah siswa telah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan (Arikunto, 2012: 4). Assessment atau penilaian digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data taraf pengetahuan dan kemampuan siswa (Subali, 2012: 1). Mengingat pentingnya proses penilaian guru perlu memiliki pengetahuan yang memadahi dalam mengembangkan soal tes evaluasi.

Matematika merupakan ilmu dasar yang dipelajari pada jenjang sekolah dasar. Hal ini dikarenakan banyaknya konsep-konsep dalam matematika yang digunakan siswa dalam penerapan dikehidupan sehari-hari dan aplikasi pada ilmu-ilmu lain. Banyaknya persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan siswa dalam menghitung dan mengukur, sehingga siswa memerlukan keterampilan dasar dalam menelesaikan persoalan menggunakan konsep matematika dari kemampuan sederhana seperti menghitung sampai pada kemampuan yang melibatkan proses analisis dan mencipta.


(24)

Ketentuan penting dalam evaluasi bahwa hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang dievaluasi. Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memiliki prasyarat tes yaitu validitas dan reliabilitasnya (Arikunto, 2012: 79). Kualitas tes pilihan ganda yang baik juga ditentukan oleh daya pembeda, tingkat kesukaran, dan kualitas pengecoh yang dimiliki soal berfungsi dengan baik. Setiap faktor memiliki kriteria masing-masing yang akan menjadi pedoman untuk melihat sejauh mana faktor tersebut dikatakan baik dan sesuai dengan kriteria yang menjadi pedoman. Suatu tes dapat dikatakan valid apabila menunjukkan tingkat ketepatan dalam mengungkapkan data yang semestinya diungkapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila hasil tes yang diperoleh oleh tes itu menunjukkan hasil yang konstan atau tetap. Alat ukur yang baik juga harus memiliki perbandingan tingkat kesukaran yang proporsional antara soal yang termasuk kategori mudah, sedang, dan sukar. Selain itu, daya pembeda juga harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar. Sudjana (2009: 141) menyatakan bahwa daya pembeda dapat mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi tinggi dengan siswa yang tergolong memiliki prestasi rendah. Alat ukur berbentuk pilihan ganda juga harus memperhatikan pengecoh yang terdapat pada setiap butir soal. Arikunto (2012: 233) mengemukakan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila


(25)

pengecoh tersebut memiliki daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami materi.

Peneliti telah melakukan wawancara kepada dua guru kelas V SD. Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2016 memperoleh informasi bahwa guru mengalami kesulitan dalam membuat tes hasil belajar matematika yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Guru belum menerapkan keseluruhan tingkatan kognitif dalam taksonomi Bloom, hanya sampai pada tahap mengingatkan (C3). Sebagian besar soal yang dibuat oleh guru belum berbentuk pemecahan masalah, sehingga tidak mendorong siswa untuk berfikir kritis dan menganalisis soal saat mengerjakan. Guru juga belum menerapkan langkah-langkah pembuatan soal yang benar, hanya mengambil soal yang sudah ada dalam buku pelajaran dengan mengganti angka dan pilihan jawaban. Guru membutuhkan contoh prototipe tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik, terutama materi KPK dan FPB karena guru masih mengalami kesulihan dalam membuat soal untuk materi tersebut.

Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan, dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan terutama tes evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika perlu dilakukan perbaikan dalam penyusunan tes dan kebutuhan akan adanya tes yang berkualitas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan


(26)

pengembangan (Reserch and Development) berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Kompetensi Dasar 1.2 Menggunakan Faktor Prima untuk Menentukan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” karena berdasarkan wawancara dua guru yang telah dilakukan, guru mengalami kesulitan dalam membuat soal mengenai materi tersebut dan guru membutuhkan prototipe soal materi KPK dan FPB yang sudah memiliki kriteria soal yang baik. Soal yang akan dibuat berbentuk tes objektif (pilihan ganda) karena sebagian besar tes yang digunakan pada sistem pendidikan di Indonesia adalah tes berbentuk pilihan ganda. Pengembangan ini diharapkan memberikan pedoman pembuatan tes yang baik, sehingga dapat menjadi pedoman bagi guru dalam pelaksanaan evaluasi di sekolah.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu:

1. Pengembangan alat ukur hanya untuk mengukur ranah kognitif siswa. 2. Alat ukur hanya untuk mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar

1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V semester 1.

3. Tes yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda sejumlah 60 butir soal dengan empat pilihan jawaban.


(27)

4. Pembuatan tes berpedoman dengan taksonomi Bloom yang sudah direvisi, memiliki tingkatan ranah kognitif mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, menilai, dan mencipta, serta menggunakan tingkat kesukaran tes, yakni mudah, sedang, dan sukar.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini ada dua yaitu:

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika yang baik untuk kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika untuk kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika yang baik untuk kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. 2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika untuk kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.


(28)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua hal, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis :

Adanya teori dalam penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan referensi dan pengetahuan mengenai pengembangan tes hasil belajar yang sesuai dengan langkah-langkah pengembangan tes yang benar tentang kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam proses pembuatan tes hasil belajar pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB yang berkualitas sesuai dengan langkah-langkah membuat soal yang benar dan kriteria tes hasil belajar yang baik. Selain itu peneliti dapat menganalisis soal yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan fungsi pengecoh setiap butir soalnya.


(29)

b. Bagi Guru

Mendapatkan referensi untuk membuat tes hasil belajar yang sesuai dengan langkah-langkah pembuatan soal yang benar dan soal yang memiliki kualitas baik untuk kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.

c. Bagi Siswa

Siswa dapat mengukur tingkat kemampuannya khususnya dalam mata pelajaran matematika kelas V kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB serta mendapatkan pengalaman dalam megerjakan soal dengan ranah kognitif mengingat sampai dengan mencipta.

d. Bagi Sekolah

Menambah referensi bagi sekolah dalam hal membuat soal dengan langkah-langkah yang benar dan sesuai dengan kriteria soal yang baik. F. Definisi Operasional

1. Tes hasil belajar adalah alat yang digunakan untuk menafsirkan dan membandingkan kemampuan individu melalui jawaban atau respon seseorang terhadap pertanyaan.

2. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.


(30)

3. Tes pilihan ganda adalah tes yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap, dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternative jawaban lebih dari satu, berkisar dua atau lima.

4. Validitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu tes sesuai penggunaan dan tujuan tes yang seharusnya diukur.

5. Reliabilitas adalah konsistensi suatu tes yang akan memberikan hasil yang sama bila diteskan kepada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

6. Daya pembeda adalah kemampuan suatu tes untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. 7. Tingkat kesukaran adalah bilangan-bilangan yang menunjukkan sukar dan

mudahnya soal.

8. Pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi sebagai penyesat jawaban.

G. Spesifikasi Produk

Produk tes hasil belajar disusun secara lengkap yang terdiri dari :

1. Instrumen tes hasil belajar untuk mengukur ranah kognitif mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB berbentuk soal pilihan ganda dengan empat


(31)

pilihan jawaban, dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif soal, dan tingkat kesukaran soal.

2. Instrumen pilihan ganda yang sudah divalidasi oleh 4 ahli.

3. Produk tes hasil belajar matematika yang memenuhi kriteria valid berdasarkan taraf signifikan 5%.

4. Produk tes hasil belajar matematika yang memiliki tingkat kesukaran 30% mudah, 50% sedang, dan 20% sukar.

5. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria daya pembeda minimal cukup membedakan yaitu pada rentan 0,21 – 0,40.

6. Produk tes hasil belajar matematika memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik yaitu paling sedikit dipilih 5% dipilih oleh peserta tes.

7. Tes hasil belajar matematika pilihan ganda menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dalam arti penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang benar dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).


(32)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian.

A.Kajian Pustaka

Kajian teori akan membahas tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes hasil belajar, kontruksi tes hasil belajar, matematika, kompetensi dasar, dan taksonomi tes hasil belajar.

1. Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Tes menurut Sudijono (dalam Ratnawulan , Elis 2015: 192) adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Djemari Mardapi (dalam Widoyoko, 2004: 2) mengemukakan kata tes (tes dalam Bahasa Inggris)

berasal dari Bahasa Prancis kuno: “testrum” yang berarti “piring” untuk menyisihkan logam-logam mulia, maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi.


(33)

satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Widoyoko (2004: 2) berpendapat bahwa tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respon benar atau salah. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat yang digunakan untuk menafsirkan dan membandingkan kemampuan individu melalui jawaban atau respon seseorang terhadap pertanyaan.

b. Definisi Belajar

Sudjana (dalam Jihad, Asep 2012: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. W. S. Winkel (dalam Sulistyorini, 2009: 7) mengemukakan belajar sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Syah (dalam Jihad 2012 : 1) mengemukakan belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam


(34)

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan bersifat relatif konstan dan berkesan. Perubahan sebagai hasil proses belajar yang meliputi pemahaman, keterampilan, dan sikap.

c. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Jihad & Haris (2012: 14) merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktur tertentu. Menurut Purwanto (2009:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang dapat berupa domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian yang


(35)

berupa perubahan perilaku siswa setalah menerima pengamalan belajar yang cenderung menetap, perubahan berupa ranah kognitif, afektif dan psikomotor. d. Definisi Tes Hail Belajar

Menurut Purwanto (2009: 66) tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Haris (2012: 15) menjelaskan bahwa tes hasil belajar merupakan cara mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sudijono (2011: 99) mengemukakan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Berdasarkan tiga pengertian tes hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian peserta didik terhadap materi yang dijabarkan guru atau dipelajari sendiri oleh siswa.

e. Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik

Arikunto (2013: 72) mengemukakan sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu a) Validitas; b) Reliabilitas; c) Objektivitas; d) Praktikabilitas; e) Ekonomis yang dijabarkan sebagai berikut: a) Validitas


(36)

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.

b) Reliabilitas

Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan variabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

c) Objektivitas

Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.

d) Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudak dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas.

e) Ekonomis

Dalam tes, yang dimaksud ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.


(37)

Rahmad dan Suherdi (1999 : 66) mengatakan tingkat kebaikan suatu tes dapat dilihat dari empat ciri berikut : a) Validitas; b) Reliabilitas; c) Tingkat Kesukaran; d) Kepraktisan yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Validitas

Tes yang baik akan memiliki tingkat validitas yang tinggi. Istilah validitas pada dasarnya menunjukkan pada tingkat ketepatan dalam mengungkapkan data yang semestinya diungkapkan. Tes hasil belajar yang valid akan mengungkapkan aspek-aspek hasil belajar secara tepat.

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada tingkat ketetapan, keajegan, atau kemantapan. Suatu tes yang reliabel akan mampu mengkasilkan data yang relative ajeg dan konsisten, sehingga hasilnya dapat dipercaya.

c) Tingkat Kesukaran

Suatu tes yang baik akan memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Pengertian seimbang dalam kaitan ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama berkaitan dengan proporsi pengebaran soal –sulit, sedang, mudah-. Kedua, berkaitan dengan kemampuan siswa yang dimaksud oleh tes tersebut. Mengenai proporsi penyebaran soal, memang tidak ada kriteria yang pasti, namun lazimnya soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran lebih banyak daripada yang sulit atau yang mudah. Sebagai contoh, sebuah tes sebaiknya


(38)

memiliki proporsi penyebaran sebagai berikut: 25% sulit, 50% sedang, dan 25% mudah.

d) Kepraktisan

Kepraktisan juga merupakan salah satu ciri yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebaikan tes. Pengertian kepraktisan menyangkut segi kemudahan dalam mengadministrasikan tes.

f. Tes Pilihan Ganda

Menurut Widoyoko (2009:59) tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 (lima). Sukardi (2009: 125) mengemukakan bahwa tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan oleh guru, tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi. Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal atau bodoh.

Suwarto (2013: 37) mengungkapkan bahwa butir pilihan ganda adalah suatu butir yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Untuk melengkapi statement tersebut disediakan statement sambungan. Satu diantaranya merupakan sambungan yang benar, sedangkan yang lain adalah sambungan yang salah. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang


(39)

terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu, berkisar 2 atau 5, tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi.

g. Kelebihan dan Kekurangan tes Pilihan Ganda

Masidjo (1995: 84) mengemukakan tiga kekuatan dari tipe pilihan ganda, yaitu : 1. Item-itemnya dapat mencakup bahan yang luas.

2. Item-item tipe pilihan ganda lebih fleksibel dan efektif untuk dapat mengukur kemampuan menafsirkan, mengadakan pilihan, membedakan, menentukan pendapat, menarik kesimpulan dan sebagainya.

3. Sangat mudah memeriksanya atau mudah diberi skor.

Masidjo (1995: 84) juga mengemukakan kelemahan dari tipe tes obyektif pilihan ganda yaitu, menyusun item-itemnya dan banyak membutuhkan waktu terutama dalam menyusun alternatif-alternatif yang homogen.

Menurut Sukardi (2009: 125) mengemukakan kelebihan item tes pilihan ganda adalah sebagai berikut :

1. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa.

2. Item tes pilihan ganda yang dikontruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru dikelas.


(40)

3. Item pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi

4. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

5. Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.

6. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun oleh siswa dengan situasi yang lebih kondusif. 7. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar

jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

Sukardi (2009: 125) juga mengemukakan kelemahan item tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:

1. Konstruksi item tes pilihan ganda lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya. 2. Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil

pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester. 3. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran. Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.


(41)

h. Program TAP (Test Analysis Program)

TAP (Test Analysis Program) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. Program TAP digunakan untuk menganalisis (Lewis, dalam Wirastri, 2014: 43):

a. Total nilai yang didapat siswa untuk mengetahui rata-rata (mean), maksimum nilai yang didapatkan, minimal nilai yang didapatkan, dan standar deviasi. b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

c. Daya pembeda soal untuk membedakan siswa pintar dan siswa kurang pintar dilihat dari skor yang didapatkan siswa.

d. Tingkat validitas soal yang digunakan untuk melihat valid atau tidaknya soal. e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui berfungsi atau

tidaknya pengecoh.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa program TAP digunakan untuk menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan kualitas pengecoh.

2. Kontruksi Tes Hasil Belajar

Kontruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan yaitu validitas, reabilitas, dan karakteristik butir soal. Ketiganya memiliki peran penting dalam pembuatan tes hasil belajar. Pembahasan ketiga pokok bahasan dalam kontruksi tes hasil belajar tersebut yaitu:


(42)

a. Validitas

Sugiyono (2015: 172) mengungkapkan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas menurut Standard (dalam Mardapi, 2008: 16) merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes penafsiran skor tes tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran atau pemaknaan harus divalidasi. Gronlund (dalam Sukardi, 2009: 30) mengatakan bahwa validitas adalah ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu tes sesuai dengan penggunaan dan tujuan tes yang seharusnya diukur.

Menurut Arikunto (2012: 80), secara garis besar validitas dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris.

1. Validitas Logis

Validitas logis adalah kondisi sebuah instrumen evaluasi yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi (content validity) dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi bagi sebuah instrumen


(43)

menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.

2. Validitas Empiris

Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris

apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.

Validitas empiris dibagai menjadi empat yaitu: (1) validitas isi, (2) validitas konstrak, (3) validitas “ada sekarang”, dan (4) validitas prediksi. Validitas isi dan validitas konstrak dicapai melalui penyusunan berdasarkan ketentuan atau teori,

sedangkan validitas “ada sekarang” dan validitas prediksi dicapai atau diketahui

sesudah dibuktikan melalui pengalaman. a. Validitas isi

Validitas isi adalah validitas yang mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kulikuler.


(44)

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum.

b. Validitas konstrak

Validitas konstrak adalah kemampuan butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Intruksional Khusus (TIK) atau yang lebih dikenal dengan indikator.

Kontruksi dalam pengertian ini adalah rekaan psikologis, yaitu suatu rekaan

yang dibuat oleh para ahli ilmu jiwa yang dengan suatu cara tertentu “merinci”

isi jiwa atau beberapa aspek yang tertuang dalam taksonomi Bloom yaitu, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Validitas konstrak dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam Tujuan Intruksional Khusus (TIK).

c. Validitas “ada sekarang”(concurrent validity)

Validitas “ada sekarang” lebih dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.

Istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan yaitu hasil tes dipasangkan dengan pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent). Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu


(45)

kriterium atau alat banding. Maka, hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.

d. Validitas prediksi (predictive validity)

Validitas prediksi adalah kemampuan sebuah instrumen untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah, maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi. b. Reliabilitas

Menurut Arifin, Zaenal (2009: 254) mengemukakan bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetepkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Menurut Purwanto (2009: 153) keandalan (reliability) berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Tes Hasil Belajar dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten. Masidjo (1995: 209) menjelaskan bahwa reliabilitas


(46)

adalah taraf kemampuan tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah konsistensi suatu tes yang akan memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

Sukardi (2009: 160) mengemukakan berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen, ada dua reliabilitas, yaitu (1) reliabilitas eksternal atau external reliability dan (2) reliabilitas internal atau internal realibility

1. Reliabilitas Eksternal (Eksternal Reliability) a. Metode bentuk paralel (equivalent method)

Metode parallel dilakukan dengan cara menyusun dua instrumen yang hampir sama (equivalent). Kemudian diujicobakan kepada dua kelompok responden yang sama (responden mengerjakan dua kali). Misalnya tes Bahasa Inggris Seri A yang akan dicari reliabilitasnya dan tes Seri B diujikan kepada sekelompok siswa yang sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisien dari dua hasil tes inilah yang menunjukkan koefisien reliabilitas tes Seri A. Apabila rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel dikatakan ada korelasi yang signifikan, instrument dianggap reliabel. Sebaliknya apabila rhitung lebih kecil dari rtabel dikatakan tidak ada korelasi yang signifikan, instrumen dianggap tidak reliabel. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan biaya


(47)

yang lebih karena harus menyusun dua instrumen dan harus mencoba dua kali tes.

b. Metode tes berulang (test-retest method)

Metode tes berulang dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dengan menggunakan metode ini kita hanya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut diberikan kepada responden untuk diujicobakan, kemudian hasilnya dicatat. Pada kesempatan yang lain instrumen tersebut diberikan pada kelompok responden yang sama untuk dikerjakan lagi dan hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan.

2. Reliabilitas Internal (Internal Reability) a. Instrumen skor diskrit

Instrumen skor diskrit, nominal atau pilah adalah instrumen atau skor jawaban hanya dua, yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Hal yang perlu ditegaskan untuk menghindari kesalahan karena yang dibagi dua kelompok adalah jumlah responden. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam membagi menjadi dua kelompok jumlah butir instrumen harus genap, jangan ganjil karena akan menyulitkan dalam pengelompokan. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus menyusun dua instrumen dan harus tersedia waktu yang lama untuk mencoba dua kali tes.


(48)

b. Instrumen skor non diskrit

Instrumen skor non diskrit adalah instrumen pengukuran yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan 0 (satu dan nol), tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah. Hal ini biasanya terdapat pada instrumen tes bentuk uraian dan pilihan ganda, dan instrumen non tes bentuk angket dengan skala likert dan skala lanjutan (rating scale).

c. Karakteristik Butir Soal 1. Daya Pembeda

Menurut Masidjo (1995: 196) daya beda adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah untuk suatu item. Suwarto (2013: 108) mengemukakan bahwa daya pembeda suatu butir tes berfungsi untuk menentukan dapat atau tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok itu. Tujuan dari pengujian daya pembeda untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Daya pembeda menurut Sudjana (2009: 141) dapat mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi tinggi dengan siswa yang tergolong memiliki prestasi


(49)

rendah. Soal tes yang diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, apabila diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah, hasilnya lebih tinggi. Tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Berdasarkan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan suatu tes untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti dalam analisis tingkat kesukaran soal. Butir soal yang tidak memiliki daya pembeda diduga terlalu mudah atau terlalu sukar sehingga perlu diperbaiki atau diganti dengan pertanyaan lain (Sudjana, 2009: 144).

2. Tingkat kesukaran

Arikunto (2009: 207) berpendapat bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya soal. Semakin tinggi tingkat kesukaran butir soal maka soal semakin mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal hendaknya memiliki


(50)

keseimbangan yang yang proporsional yaitu soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar (Sulistyorini, 2009: 173).

Sudjana (2009: 135) memaparkan bahwa tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3. Artinya, 30% soal kategori mudah, 40% soal kategori sedang, dan 30% soal kategori sukar. Perbandingan lain yang sejenis dengan proporsi diatas misalnya 3-5-3. Artinya, 30% soal kategori mudah, 50% kategori sedang, dan 20% soal kategori sukar.

Berdasarkan pendapat tiga ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah bilangan-bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya soal. Soal yang baik harus memenuhi kriteria mudah, sedang dan sukar, bukan dilihat dari guru yang membuatnya tetapi dilihat saat melakukan analisis tingkat kesukaran siswa.

3. Analisis pengecoh

Pengecoh adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Misalnya, pada soal objektif pilihan ganda dengan empat pilihan a, b, c, d dan kunci jawabannya adalah c maka a, b, d merupakan pengecoh (Purwanto, 2009: 75).


(51)

Arikunto (2012: 233) mengemukakan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami materi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi sebagai penyesat jawaban.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Ada Sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar (Mardapi, 2009: 88-97). Kesembilan langkah tersebut adalah (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyusun Spesifikasi Tes

Menyusun spesifikasi tes adalah langkah awal dalam mengembangkan tes. Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan berikut ini: (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.


(52)

a. Menentukan Tujuan Tes

Tujuan tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu: tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pembelajaran, hasil tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu.

b. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Kisi-kisi merupakan tabel matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuhan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan kompetensi dasar (KD), pokok dan subpokok bahasan, uraian materi dan indikator. Sedangkan baris menyatakan tujuan yang akan diukur atau diujikan. Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:


(53)

1. Menulis tujuan umum pembelajaran

2. Membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan diujikan

3. Menentukan indikator dan jumlah soal tiap pokok bahasan

Sumber utama tujuan pembelajaran, pokok bahasan, dan subpokok bahasan adalah silabus mata pelajaran. Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan materi yang akan diujiakan. Pemilihan materi tes pada umumnya dilakukan dengan melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan kompleks dipilih lebih banyak dibandingkan dengan materi yang mudah dan sederhana.

c. Memilih Bentuk Tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawab tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar-salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.

d. Menentukan Panjang Tes

Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90


(54)

sampai 150 menit, untuk tes praktek bisa lebih dari itu. Tes pilihan ganda membutuhkan waktu pengerjaan 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan soal.

2) Menulis Soal Tes

Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Kualitas tes secara keseluruhan sangat terpengaruh dengan tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal yang menyusunnya. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas dan bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan membingungkan. Setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian sehingga jelas yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diharapkan. Pedoman utama pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah :

1) Pokok soal harus jelas.

2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi. 3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama. 4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

5) Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah. 6) Pilihan jawaban angka diurutkan.


(55)

8) Jangan menggunakan negatif ganda.

9) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes. 10) Bahasa yang digunakan baku.

11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak. 3) Menelaah Soal Tes.

Setelah soal dibuat perlu dilakukan telaah. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan di pembuat soal. Akan lebih baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama dalam tim menelaah dan atau mengoreksi soal.

4) Melakukan Uji Coba Tes

Uji coba perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empiric tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang: reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain.

5) Menganalisis Butir Soal

Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda, dan juga evektivitas pengecoh.


(56)

6) Memperbaiki Tes

Langkah ini dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik.

7) Merakit Tes

Merakit butir-butir soal dilakukan setelah butir soal dianalisis dan diperbaiki. Keseluruhan butir soal perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan tes yang terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagian harus diperhatikan.

8) Melaksanakan Tes

Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh teste dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan. Pengawasan yang dilakukan harus tidak mengganggu pelaksana tes itu sendiri. Peserta didik yang sedang mengerjakan tes tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran pengawas.

9) Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya


(57)

nilai ini selalu dikaitkan dengan acuhan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu acuhan norma dan kriteria. Tinggi rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompoknya atau dengan kriteria yang harus dicapai.

3. Matematika

Matematika menurut Ruseffendi adalah bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang keteraturan dan struktur yang terorganisasi (Heruman, 2007:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 888) matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

4. Kompetensi Dasar Menggunakan Faktor Prima untuk Menentukan KPK dan FPB

a. Kompetensi Dasar

Kusaeri (2014: 30) mengemukakan kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan luas. Kompetensi dasar merupakan tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan luas pada mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar juga menjadi sebuah acuan dalam


(58)

pembuatan indikator pada suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar yang diambil peneliti adalah menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.

b. Faktor Prima

Gunanto (2010: 66) menyatakan bahwa faktor prima dari suatu bilangan adalah faktor-faktor dari bilangan itu yang merupakan bilangan prima. Menurut Soenarjo (2008: 33) faktor prima suatu bilangan adalah faktor-faktor bilangan prima yang terkandung dalam faktor bilangan itu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor prima dari suatu bilangan adalah faktor-faktor dari suatu bilangan yang merupakan bilangan prima.

c. KPK dan FPB

Gunanto (2010: 80) menjelaskan bahwa FPB adalah faktor persekutuan yang paling besar. Menurut Aksin (200: 16) FPB adalah bilangan terbesar yang habis membagi bilangan tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa FPB adalah faktor persekutuan terbesar yang habis membagi dua bilangan atau lebih.

Gunanto (2010: 80) menjelaskan bahwa KPK adalah bilangan terkecil yang habis dibagi kedua bilangan tersebut. Soenarjo (2008: 15) mengemukakan bahwa Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah bilangan


(59)

terkecil yang habis dibagi kedua bilangan tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa KPK adalah kelipatan persekutuan paling kecil yang habis dibagi dua bilangan atau lebih.

5. Taksonomi Tes Hasil Belajar

Taksonomi tes hasil belajar ini akan membahas mengenai dimensi taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Andreson & Krathwohl (2016: 6) mengatakan bahwa taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi itu yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Berikut tingkat taksonomi Bloom yang sudah direvisi :

a. Mengingat

Mengingat merupakan proses pengambilan pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang diperlukan selama proses mengingat dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali.

b. Memahami

Memahami adalah proses mengontruksi makna dan pesan pembelajaran baik yang bersifat lisan, tulisan, maupun grafis yang


(60)

disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses memahami didasari oleh pengetahuan konseptual. Proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasi

Mengaplikasi merupakan proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan soal latihan. Pengetahuan yang berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Terdapat dua kategori mengaplikasikan, yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. Proses kognitif mengeksekusi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan, sedangkan mengimplementasikan berkaitan dengan menyelesaikan masalah.

d. Menganalisis

Menganalisis merupakan kegiatan memecah materi menjadi irisan kecil. Irisan kecil tersebut menentukan hubungan antara bagian dengan bagian lain yang membentuk materi tersebut. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mendistribusi.


(61)

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar ketentuan. Kategori proses kognitif mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik. Proses kognitif memeriksa berarti memeriksa keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal, sedangkan mengkritik berarti mengkritik keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal.

f. Mencipta

Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan proses penyusunan elemen-elemen menjadi suatu yang utuh dan koheren atau fungsional. Kegiatan ini menuntut siswa dapat membuat produk baru dengan merakit kembali sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur. Proses mencipta dapat dibagi menjadi tiga tahap kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan yang berkaitan dengan pengembangan perangkat pembelajaran :

Pertama, penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menggunakan Faktor Prima untuk


(62)

Menentukan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh Triastuti, Fransisca (2016). Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dengan mengembangkan tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang dikembangkan berjumlah 60 butir soal berbentuk pilihan ganda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mengetahui kualitas tes hasil belajar yang dikembangkan pada kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk. (2) hasil analisis butir soal pada 50 butir tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 36%, (b) hasil analisis realibilitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa soal reliabel, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil 88,8 % dengan kategori baik, 11,2% dengan kategori baik sekali, (d) analisi tingkat kesukaran diperoleh hasil 16,66% dengan kategori mudah, 83,33% dengan kategori sedang, 20% dengan kategori sulit, (e) analisis pengecoh diperoleh 7 option yang tidak berfungsi dan dilakukan revisi.

Kedua, penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Matematika dengan Teknik Part-Whole pada Siswa SD IV Se-Kecamatan Gianyar” oleh Koyan, dkk (2013). Penelitian bertujuan untuk mengetahui


(63)

langkah-langkah pengembangan tes matematika, kisi-kisi tes matematika, validitas isi, validitas butir dengan teknik part-whole, reliabilitas butir, taraf kesukaran butir, daya beda, dan efiktifitas pengecoh butir tes matematika berdasarkan SK-KD kelas IV. Tes yang dikembangkan berbentuk tes pilihan ganda. Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut (1) tes matematika yang dikembangkan berdasarkan SD-KD sudah mengacu pada langkah-langkah pengembangan tes, (2) kisi-kisi tes matematika yang dikembangkan sudah berdasarkan SD-KD, (3) hasil validitas termasuk kategori sangat tinggi dengan nilai 0,925, (4) hasil validitas butir pada 40 butir tes penelitian ini diperoleh hasil 99% valid (hanya 1 butir soal yang tidak valid yaitu soal nomor 23), (5) hasil analisis reliabilitas menurut kriteria Guilford termasuk derajat realibilitas tinggi (dihitung dengan rumus KR-20 diperoleh hasil sebesar 0.64), (6) taraf kesukaran butir tes diperoleh hasil yaitu kategori sedang 62,5%, kategori sukar 7,5%, dan kategori mudah 30%, (7) daya beda butir tes matematika penelitian ini yaitu kategori sedang 42,5%, kategori jelek 45%, kategori baik 12,5%, dan (8) efektifitas pengecoh penelitian ini memperoleh hasil kategori semua pengecoh baik sebanyak 7,5%.

Ketiga, penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Matematika Berbasis SK/KD dengan Teknik Concurent pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Se-Kecamatan Gianyar”oleh Putu, dkk (2013). Tes yang


(64)

dikembangkan berbentuk tes pilihan ganda. Penelitian bertujuan untuk pengembangan tes matematika berbasis SK/KD dengan teknik concurrent. Hasil penelitiannya adalah (1) kisi-kisi (blue print) tes prestasi belajar matematika kelas VI dengan koefisien relevansi sebesar 0,95 dan termasuk soal sangat baik, (2) kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari validitas butir terdapat tiga butir soal, (3) kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari reliabilitas sebesar 0,68 termasuk soal derajat realibilitas tinggi sepantasnya untuk disimpan di bank soal, (4) Kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari tingkat kesukaran, butir-butir soal ulangan bersama semester genap yang ditemukan 35% butir soal termasuk kategori sedang dan 65% soal termasuk kategori mudah, (5) kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dari tingkat daya pembedanya yaitu 3 butir soal atau 1% butir soal daya beda sangat baik dan 37 butir soal atau 99% memiliki daya beda cukup dan perlu diperbaiki, (6) kualitas tes prestasi belajar matematika ditinjau dariefektifitas pengecoh dengan 23 butir atau 57,5% termasuk soal memiliki efektifitas pengecoh sangat baik dan 17 butir atau 43% soal dengan efektifitas pengecohnya kurang baik.

Penelitian relevan yang terakir berjudul “Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran 2013/2014” oleh Wirastri (2014). Penelitian ini merupakan jenis


(65)

penelitian deskriptif non eksperimental. Hasil pekerjaan siswa dalam bentuk dokumen menjadi data penelitian yang diambil pada tanggal 31 Maret 2014 menggunakan bantuan software TAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23 yang dipetakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal. Bentuk tes yang dikembangkan adalah tes pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas soal ulangan tengah semester II kelas I mata pelajaran matematika cenderung belum baik, masalah-masalah yang ditemukan dalam soal tersebut adalah tidak menggunakan struktur kata dan kalimat yang baik, tidak terdapat kisi-kisi soal, soal banyak yang tidak valid dilihat dari kadar validitas, tingkat kesukaran soal tidak seimbang proporsinya, dan daya pembeda soal rendah.

Keempat penelitian tersebut masing-masing memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang relevan diatas membahas mengenai pengembangan tes hasil belajar, sehingga peneliti menjadikan penelitian yang relevan tersebut sebagai referensi bagi peneliti untuk menyusun penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 1.2 Menggunakan Faktor Prima untuk

Menentukan KPK dan FPB untuk Kelas V Sekolah Dasar”. Penelitian yang dilakukan peneliti masih relevan untuk dilakukan, karena penelitian-penelitian sebelumnya tersebut, belum pernah dilakukan penelitian mengenai kompetensi


(66)

dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD. Keterkaitan ketiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan dapat dilihat di literature map pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relefan Penelitian yang akan dilakukan

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi untuk kelas

V Sekolah Dasar 2017 Koyan, dkk (2013)

Pengembangan Tes Matematika dengan Teknik Part-Whole pada Siswa SD

Kelas IV Se-Kecamatan Gianyar

Fransisca (2016) Pengembangan Tes

Hasil Belajar Kompetensi Dasar

Menggunakan Faktor Prima untuk

Menentukan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar Wirastri (2013)

Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I

Tahun Ajaran 2013/2014 Pengembangan Tes Pengembangan Tes Pengembangan Tes

Putu, dkk (2013) Pengembangan Tes Matematika Berbasis SK/KD dengan Teknik

Concurent pada Siswa Kelas VI di SD Negeri


(67)

C. Kerangka Berfikir

Tes adalah alat yang digunakan untuk menafsirkan dan membandingkan kemampuan individu melalui jawaban atau respon seseorang terhadap pertanyaan. Tes yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan adalah tes pilihan ganda. Tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai pembelajaran yang telah diterima. Tes hasil belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu jenis objektif dan uraian. Guru membuat sendiri tes hasil belajar yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Berdasarkan hasil wawancara, guru membuat tes hasil belajar tanpa memperhatikan prosedur pembuatan tes dan masih banyak pula guru yang mengutip dari buku paket.

Tes yang baik dibuat menurut prosedur yang telah ditentukan, yakni dengan melihat kompetensi dasar kemudian dibuat indikator yang akan dicapai, dan melalui indikator tersebut dibuat soal. Tes hasil belajar dibuat dengan memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, ekonomis, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh berfungsi dengan baik. Validitas adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur, sedangkan realibilitas menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur yang seharusnya diukur. Tes yang diujikan harus memiliki tingkat kesukaran yang baik antara soal yang


(68)

mudah, sedang, dan sukar. Tes ketika diujikan akan mengukur kemampuan siswa yang pandai dan yang kurang pandai disebut dengan daya pembeda. Soal bentuk pilihan ganda perlu dianalisis kerfektifan pengecohnya. Pembuatan tes handaknya juga memperhatikan dimensi kognitif siswa agar menjadi alat ukur yang efektif dan dapat mengukur kemampuan siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan tes hasil belajar bentuk pilihan ganda sesuai dengan prosedur pembuatan tes yang baik. Peneliti mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB. Pengembangan tes ini didasarkan pada ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan mencipta. Peneliti mengembangkan tes hasil belajar dengan mengikuti langkah-langkah mengembangan tes hasil belajar yaitu menyusun spesifikasi tes, menelaah soal tes, melakukan ujicoba tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes. D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijabarkan di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :


(69)

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk mencari KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana validitas tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk mencari KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil uji coba empiris?

3. Bagaimana realibilitas tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk mencari KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil uji coba empiris?

4. Bagaimana tingkat kesukaran tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk mencari KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil ujicoba empiris?

5. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk mencari KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil uji coba empiris?

6. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk mencari KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD berdasarkan hasil ujicoba empiris?


(1)

c. dicari FPB dari 3, 5 dan 6

3 = 3, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36

maka, mereka berenang bersama setiap 30 hari sekali d. dicari KPK dari 3, 5 dan 6

3 = 3, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36

maka, mereka berenang bersama setiap 30 hari sekali

25. Ayam A divaksin setiap 36 hari, ayam B divaksin setiap 54 hari, dana yam C divaksin setiap 72 hari. Cara menghitung ketiga ayam divaksin bersama-sama dengan menentukan faktornya adalah …

a. 36 = 23 x 32 54 = 2 x 33 72 = 23 x 32

maka, ketiga ayam itu divaksin bersamaan setiap 27 hari sekali b. 36 = 23 x 32

54 = 2 x 33 72 = 23 x 32

maka, ketiga ayam itu divaksin bersamaan setiap 36 hari sekali c. 36 = 22 x 32

54 = 2 x 33 72 = 23 x 32


(2)

d. 36 = 22 x 32 54 = 2 x 33 72 = 23 x 32

maka, ketiga ayam itu divaksin bersamaan setiap 462 hari sekali

26. Nindi akan memasukkan 16 baju, 28 celana, dan 44 sepatu ke dalam kantong plastik. Setiap kantong plastik memuat baju, celana dan sepatu dalam jumlah yang sama. Kantong plastik yang dibutuhkan Nindi adalah …

a. 16 = 2 4 28 = 2 2 x 7 44 = 2 2 x 11

Kantong plastik yang dibutuhkan Nindi adalah 2 buah b. 16 = 2 4

28 = 2 2 x 7 44 = 2 2 x 11

Kantong plastik yang dibutuhkan Nindi adalah 4 buah c. 16 = 2 4

28 = 2 2 x 7 44 = 2 2 x 11

Kantong plastik yang dibutuhkan Nindi adalah 14 buah

d. 16 = 2 4 28 = 2 2 x 7 44 = 2 2 x 11

Kantong plastik yang dibutuhkan Nindi adalah 22 buah

27. Pak Yoyok memiliki 66 ikan lohan, 42 ikan koi, dan 36 ikan cucut. Pak Yoyok akan memasukkan ikan-ikan tersebut ke dalam beberapa akuarium dengan jumlah


(3)

dan jenis ikan yang sama di setiap akuarium. Jumlah akuarium yang dibutuhkan Pak Yoyok dan jumlah ikan pada masing-masing akuarium adalah …

a. Pak Yoyok membutuhkan 4 akuarium

Setiap akuarium berisi 14 ikan lohan, 11 ikan koi dan 9 ikan cucut

b. Pak Yoyok membutuhkan 6 akuarium

Setiap akuarium berisi 11 ikan lohan, 7 ikan koi dan 6 ikan cucut

c. Pak Yoyok membutuhka 462 akuarium

Setiap akuarium berisi 11 ikan lohan, 11 ikan koi dan 6 ikan cucut

d. Pak Yoyok membutuhkan 924 akuarium.

Setiap akuarium berisi 14 ikan lohan, 7 ikan koi dan 9 ikan cucut

28. Rini dan Toni adalah seorang pegawai di suatu toko yang sama. Rini mendapatkan libur setelah masuk 6 hari dan Toni mendapatkan libur setelah masuk 10 hari. Rini dan Toni akan mendapatkan libur yang sama setelah masuk …

a. 30 hari b. 33 hari c. 40 hari d. 48 hari

29. Bantulah Sita untuk menentukan jumlah pensil, buku dan penghapus yang diperlukan untuk dimasukkan ke dalam 9 bingkisan dengan jenis dan jumlah yang sama!


(4)

b. 81 buku, 54 pensil, dan 29 penghapus c. 92 buku, 72 pensil, dan 36 penghapus d. 81 buku, 63 pensil dan 36 penghapus

30. Bu Dini membeli Sabun, pasta gigi dan shampo dengan jumlah harga Rp86.000, 00 untuk dijual kembali menjadi paket belanja di tokonya dengan harga Rp11.000, 00 setiap paket belanja. Bantulah Bu Dini untuk menentukan jumlah sabun, pasta gigi dan shampoo yang akan dimasukkan ke dalam 10 paket belanja dan tentukan laba yang diperoleh Bu Dini untuk setiap paket belanja yang terjual!

a. 30 sabun, 40 pasta gigi, dan 50 shampo

a. Laba untuk setiap paket belanja adalah Rp1.400,00. b. 30 sabun, 45 pasta gigi, dan 50 shampo

a. Laba untuk setiap paket belanja adalah Rp3.400,00. c. 30 sabun, 40 pasta gigi, dan 50 shampo

a. Laba untuk setiap paket belanja adalah Rp3.400,00. d. 30 sabun, 40 pasta gigi, dan 50 shampo


(5)

(6)

Lampiran 12

BIODATA PENELITI

Bernadheta Etapurnami lahir di Bantul, 31 Mei 1995. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius Kanutan pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 3 Bantul pada tahun 2007 hingga 2010. Kemudian melanjutkan studi di tingkat menengah atas di SMA Negeri 3 Bantul pada tahun 2010 dan dinyatakan lulus pada tahun 2010.

Peneliti mulai tercatat menjadi mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma sejak tahun 2013, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti beberapa macam kegiatan. Beberapa kegiatan yang diikuti seperti: Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, English Club, dan Program Kreatifitas Mahasiswa.

Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menggunakan Faktor Prima untuk Menentukan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.


Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 1 283

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016/2017.

0 1 276

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

0 7 269

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 4 279

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 2 277

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 1 281

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.2 menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016 2017

0 10 273

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267

Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB

0 11 22