22
2.2.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak
Pemahaman akan teori pemungutan Pajak berikut ini diharapkan memberikan suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi
menjadi beban semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang menyenangkan dalam hidup masyarakat, Waluyo dan IIyas 2002:14, menjelaskan bahwa teori-teori
pemungutan pajak yang dimaksud yaitu: 1. Teori Asuransi
Perjanjian Asuransi diperluhkan pembayaran premi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha untuk melindungi orang dan segala
kepentingan, misalnya kesalamatan atau keamanan harta bendanya. Teori Asuransi ini menyamahakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak,
walaupun kenyataannya menyatahkan hal hal tersebut dengan premi tidaklah tepat.
2. Teori Kepentingan Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari
masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya, oleh karena
itu, pengeluaran Negara untuk melindunginya dibebankan pada masyarakat. 3. Teori Daya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberihkan oleh Negara kepada masyarakat berupa
perlindungan jiwa dan harta bendanya, oleh karena itu, untuk kepentingan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
perlindungan, maka masyarakat akan membayar pajak menurut daya pikul seseorang.
4. Teori Bakti Teori Bhakti disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini berdasarkan
pada pendapat bahwa Negara mempunyai hak mutlak untuk memngut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu
kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya kepada Negara, dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan Negara.
5. Teori Asas Daya Beli Teori berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat
dianggapa sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan individual atau Negara sehingga lebih menitiberatkan pada fungsi mengatur.
Pencapaian tujuan pemungutan pajak perlu dipegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih aternatif pemungutannya, dengan demikian, terdapat
keserasian pemungutan pajak dengantujuan dan asas yang masih diperluhkan lagi, yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu.Asas-asas pemungutan pajak
sebagai mana dikemuhkakan oleh Adem Smith dalam buku “ An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of Nations
” menyatahkan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan sebagai berikut Waluyo danIIyas, 2002:12:
1. Azaz Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenahkan kepada orang
pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan seuai dengan manfaat yang diterima.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbang uang untuk pengeluaran Pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang
diterima. 2. Azaz Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentuhkan sewenag-wenag. Oleh karena itu, Wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus
dibayar, serta batas waktu pembayaran. 3. Azaz Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak
memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn. 4.Azaz Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiaban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin demikian pula beban yang dipikul
wajib pajak. Menurut Richard A.Musgrave dan Peggy B.Musgrave dalam buku Public
Finance isn Theory and Practice terdapat dua macam asas keadilan dalam
keadilan pemungutan pajak , yaitu: Waluyo dan IIyas, 2002: 12 1.
Benefit Principle Dalam sistem perpajakan yang adil, setiap wajib pajak harus membayar sejalan
dengan manfaat yang dinikmati pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Ex-penditure Approach.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini disarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas kemampuan membayar.
Masalah Keadilan dalam pemungutan pajak, dibebankan secara lain dalam: Waluyo dan IIyas, 2002:13
1. Keadilan Horizontal Pemungutan pajak adil secara horizontal apabila beban pajaknya sama tas semua
wajib pajak yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan yang sama, tanpa membedahkan jenis penghasilan atau sumber penghasilan.
2. Keadilan Vertikal Keadilan dapat dirumuskan Horizontal dan Vertikal bahwa pemungutan pajak
adil apabila orang dalam kondisi ekonomi yang sama dikenahkan pajak yang sama, demikian sebaliknya.
Sebagai perwujudan dari adanya reformasi Rusjdi, 2007 di bidang perpajakan diantaranya kebijakan perpajakan yang baru dikeluarkan oleh
pemerintah, antara lain: 1. UU Nomor 12 tahun `1994 tentang perubahan atas UU Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 200 tentang Penetapan Besarnya Nilai
Jual Kena Pajak untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan. 3. Kepitusan Menteri Keuangan Nomor 1007KMK.041985 tentang pelimpahan
wewenang penagihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 danatau Bupati Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
4. Keputusan Mnteri Keuangan Nomor 523KMK.041998 tentang penentuan klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan pajak
Bumi dan Bangunan. 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006KMK.041985 tentang tata cara
penagihan PBB dan penunjukan pejabat yang berwenang mengeluarkan surat paksa.
2.2.4. Pajak Bumi dan Bangunan 2.2.4.1. Definisi PBB