Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo).
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN
PENERIMAAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
FURRY RETNO INDAH S. 0513010243 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN
PENERIMAAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(Stu
di Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo)Disusun Oleh :
FURRY RETNO INDAH S. 0513010243 / FE / EA Telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 April 2010
Pembimbing : Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Drs.Ec.H. Tamadoy Thamrin,MM Drs.Ec.H. Tamadoy Thamrin,MM Sekretaris
Dra.Ec. Endah Susilowati,Msi Anggota
Rina Mustika, SE,MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” JawaTimur Dekan Fakultas Ekonomi
Prof.Dr.H.Dhani Ichasanuddin Nur,SE.MM NIP. 030 202 389
(3)
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN
PENERIMAAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh:
FURRY RETNO INDAH S. 0513010243 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(4)
KATA PENGANTAR
Assalammu Alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Peneriman Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo”, dapat diselesaikan dengan kesungguhan hati.
Penulisan tugas ahir ini yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(5)
ii
3. Dr. Sri Trisnaningsih, MSi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi
mahasiswa.
6. Keluargaku, Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan
baik moral maupun materiil dengan tulus iklas, terimakasih……
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harpkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.
Surabaya, April 2010
(6)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... x
Daftar Lampiran ... xi
Abstraksi ... xii
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
Bab II Kajian Teori Dan Pengembangan Model 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 18
2.3. Kajian Teori ... 20
2.3.1. Keuangan Daerah ... 20
2.3.2. Pajak ... 23
2.3.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak ... 28
2.3.4. Pajak Bumi dan Bangunan ... 33
2.3.4.1.Tarif Pajak (BAB IV) ... 33
(7)
2.3.4.2.Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
(BAB V) ... 33
2.3.4.3.Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang (BAB VI) ... 34
2.3.5. Pemahaman akan Undang-Undang Perpajakan ... 34
2.3.6. Kesadaran Wajib Pajak Membayar Pajak ... 36
2.3.7. Kepatuhan Wajib Pajak ... 37
2.3.8. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan Terhadap Keberrhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan .. 39
2.3.9. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 40
2.3.10.Pengaruh Kepatuha Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 42
2.4. Kerangka Pikir ... 43
2.4.1. Diagram Kerangka Pikir ... 44
2.5. Hipotesis ... 45
Bab III Metode Penelitian 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46
3.1.1. Definisi Operasional ... 46
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 48
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 52
3.2.1. Populasi ... 52
(8)
3.2.2. Sampel ... 52
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.3.1. Jenis dan Sumber Data ... 53
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 53
3.4. Uji Kualitas Data ... 54
3.4.1. Uji Validitas ... 55
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 56
3.4.3. Uji Normlitas ... 56
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 56
3.6. Teknik Analisis ... 58
3.7. Uji Hipotesis ... 59
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 62
4.1.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Kelurahan Klurak ... 62
4.1.2. Sejarah Singkat Objek Penelitian ... 62
4.1.3. Kondisi Geografis Kelurahan Klurak ... 62
4.1.4. Struktur Organisasi ... 63
4.1.5. Job Description ... 63
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.2.1. Gambaran Umum Penelitian ... 66
4.2.2. Deskripsi Variabel Pemahaman Atas Wajib Pajak (X1) 68
(9)
4.2.3. Deskripsi Variabel Kesadaran Perpajakan Wajib
Pajak (X2) ... 70
4.2.4. Deskripsi Variabel Kepatuahan Wajib Pajak (X3) ... 71
4.2.5. Deskripsi Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) . 72 4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 74
4.3.1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 74
4.3.1.1.Pengujian Validitas ... 74
4.3.1.2.Hasil Pengujian Reliabilitas ... 77
4.3.1.3.Hasil Pengujian Normalitas ... 78
4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 79
4.3.2.1.Multikolinieritas ... 79
4.3.2.2.Autokorelasi ... 80
4.3.2.3.Heterokedastisitas ... 80
4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 81
4.3.4. Uji Hipotesis ... 83
4.3.4.1 Uji Kecocokan Model ... 83
4.3.4.2 Pengujian Hipotesis Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Atas PBB (X1), Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) dan Kepatuhan Wajib Pajak (X3) Terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 84
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 91
4.4.2. Keterbatasan Penelitian ... 91
(10)
Bab V Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan ... 92
5.2. Saran ... 92
Daftar Pustaka Lampiran
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Penerimaan PBB di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi
Sidoarjo ... 4
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 64
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 65
Tabel 6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kesadaran Perpajakan (X1) ... 66
Tabel 7. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2) ... 67
Tabel 8. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X3) ... 68
Tabel 9. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 69
Tabel 10. Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1) ... 71
Tabel 11. Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) ... 72
Tabel 12. Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3)... 72
Tabel 13. Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 73
(12)
Tabel 14. Hasil Uji Reliabilitas ... 74
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas ... 75
Tabel 16. Hasil Uji Multikolinieritas ... 76
Tabel 17. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 77
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Klurak Sidoarjo ... 60
(14)
(15)
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2.1 : Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner Variabel Pemahaman atas Wajib Pajak (X1)
Lampiran 2.2 : Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Lampiran 2.3 : Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Lampiran 2.4 : Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y)
Lampiran 3.1 : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Pemahaman atas Wajib Pajak (X1)
Lampiran 3.2 : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Lampiran 3.3 : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Lampiran 3.4 : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y)
Lampiran 4 : Hasil Pengujian Normalitas Lampiran 5 : Input Data
Lampiran 6 : Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Lampiran 7 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Lampiran 8 : Tabel Durbin Watson
(17)
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kepatuhan Wajib Pajak
Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan
(Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo)
Furry Retno Indah Sari
Abstraksi
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan Negara, saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang paling asing bagi masyarakat Indonesia, sebagian kalangan telah menempatkan pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang ditangani oleh pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak, demikian juga keikutsertaan masyarakat dari berbagai kalangan apabila ada penyelenggaraan kegiatan mengenai perpajakan. Pemerintah telah melakukan reformasi terhadap perpajakan, baik atas pajak pusat/nasional maupun pajak daerah. Reformasi pajak diupayakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, disamping itu juga sebagai reposisi pajak sebagai sumber penerimaan, baik itu penerimaan pusat (APBN) maupun untuk daerah (APBD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan Pemerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Rumahan (Wajib Pajak Orang Pribadi) di Wilayah Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo yang berjumlah 3880 wajib pajak. Teknik penentuan ukuran sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Simple Random Sampling ditemukan sampel sebanyak 100 responden Wajib Pajak PBB. Teknik analsis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan uji hipotesis uji kecocokan model dan Uji t.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa variabel Pemahaman Wajib Pajak atas PBB diketahui memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dan variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB, serta variabel kepatuhan wajib pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB.
Keywords: pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, keberhasilan penerimaan PBB.
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
Peranan Pemerintah dalam menjalankan Pemerintahan dan
Pembangunan Indonesia yang mempunyai tujuan akhir yaitu menciptakan
suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spiritual,
pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut
dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki oleh suatu
Negara, baik berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat.
(Google, www.jurnalskripsi.com).
Selama ini berlaku anggaran bahwa keberadaan sesuatu Negara
ditopang oleh tiga pilar utama, yakni adanya penduduk, wilayah teritorial
yang jelas dan adanya pemerintahan yang mendapat pengakuan internasional,
namun masih ada pilar yang keempat yang tak kalah penting, yakni topangan
system perpajakan yang berjalan dengan baik, adil dan bersih.
(Google ,www.jurnalskripsi.com).
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan
masyarakat dan Negara, saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang
paling asing bagi masyarakat Indonesia, sebagian kalangan telah
menempatkan pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu
merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan
tugas bernegara yang ditangani oleh pemerintah. Indikasi ini terlihat dari
(19)
2
masyarakat dari berbagai kalangan apabila ada penyelenggaraan kegiatan
mengenai perpajakan.
Sejarah Pemungutan pajak telah ada sejak jaman nenek moyang yang
dikenal dengan upeti, yaitu pemberian hasil bumi kepada raja sebagai tanda
bakti rakyat kepada Raja, hal inilah yang kemudian melatarbelakangi adanya
pemungutan pajak. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan,
tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam
memelihara kepentingan Negara, seperti menjaga keamanan Negara,
menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai, dan lain
sebagainya.(Gardina dan Haryanto, 2006 : 10).
Pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam membayar pajak, apalagi dalam kondisi politik Indonesia pada saat ini
terutama pada saat terjadinya kenaikan BBM akan sangat berdampak besar
pada Perekonomian Indonesia, tidak stabilnya situasi dan kondisi
perekonomian Indonesia menyebabkan pendapatan pemerintah berkurang,
oleh karena itu pemerintah berusaha meningkatkan peranan Sumber
Penerimaan Negara terutama berasal dari Non Migas dan penerimaan ini
sebagian akan ditingkatkan melalui penerimaan dari Sektor Pajak. Pajak
sebagai iuran wajib pajak yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintahnya,
selain Pajak Pendapatan dan Pajak Penghasilan maka Pajak Bumi dan
Bangunan atau PBB juga memberikan peranan penting dalam Sumber
(20)
3
Pajak telah mengalami masa-masa sulit dan gemilang di Negara kita,
yang indikasinya terlihat dari presentase penerimaan pajak dalam APBN
maupun APBD, untuk menyesuaikan pajak dengan iklim dan perkembangan
yang dialami oleh Negara kita, pemerintah telah melakukan reformasi
terhadap perpajakan, baik atas pajak pusat/ nasional maupun pajak daerah.
Reformasi pajak diupayakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak, disamping itu juga sebagai reposisi pajak
sebagai sumber penerimaan, baik itu penerimaan pusat (APBN) maupun
untuk daerah (APBD) (Pandiangan, 2002 : 11).
Pada Official Assesment System, petugas pajak berkewajiban
menetapkan berapa besar sesungguhnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak (WP), sedangkan pada Self Assesment System, WP berkewajiban
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah
pajak yang terutang, walaupun berbeda, kedua system penetapan pajak
tersebut dalam praktiknya tetap memerlukan pengawasan dari pihak
pemerintah dalam bentuk pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya (Sofyan, 2003 : 30).
Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu
fungsi budgetair (sumber penerimaan Negara) dan fungsi regulerend
(mengatur). Fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan, sedangkan fungsi regulerend, artinya pajak sebagai alat untuk
(21)
4
ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Kedua fungsi ini, pada dasarnya pemerintah ingin kembali menegaskan
peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan Negara seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk melaksanakan berbagai
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. (Siti Resmi, 2007 :3).
Tujuan Pemerintah dalam melakukan perubahan kebijakan di bidang
perpajakan tentunya guna meningkatkan pemasukan pajak kas Negara dan
menunjang peningkatkan pertumbuhan perekonomian. Kebijakan tersebut
(peraturan perundang-undangan perpajakan) seharusnya mengatur system
perpajakan secara menyeluruh yang sejalan dengan perkembangan
perekonomian saat ini dan di masa yang akan datang. Pemerintah dalam
menjalankan fungsi pajak (budgetair dan regulerend) salah satunya tentu saja
membutuhkan system penetapan pajak yang efisien, fleksibel, dan terintegrasi
dengan system subsistem secara internal dan system yang lain secara
eksternal (dengan peradilan pajak) dalam menunjang kebijakan pendapatan
Negara (fiscal policy) (Sofyan, 2003 : 29).
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak property di Indonesia
sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994. Pajak
Bumi dan Bangunan sebagai pajak obyektif, yaitu pajak Negara yang
sebagian besar penerimanya merupakan pendapatan daerah yang antara lain
dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah
(22)
5
juga ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak
Bumi dan Pembangunan. (Suhardito dan Sudibyo, 1999 : 3).
Pajak Bumi dan Bangunan memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan
dengan pajak pusat lainnya, tetapi memiliki dampak luas hasil penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan dikembalikan untuk pembangunan daerah yang
bersangkutan. Pada dasarnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Wajib
Pajak (WP) terbesar dibanding pajak-pajak lainnya dan merupakan
satu-satunya pajak property di Indonesia yang mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun, namun kenyataannya, tidak menutup kemungkinan dapat mengalami
penurunan terbesar yaitu di tahun 2007 dan tahun 2009 pada Kelurahan
Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo
Tabel 1
Data Penerimaan PBB di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo No Tahun Pokok Ketetapan
PBB (Rp)
Realisasi Penerimaan
PBB (Rp) Prosentase (%)
Objek Pajak 1 2005 59.612.974 52.310.278 87,75% 2501 2 2006 68.249.667 60.922.591 89,26% 2505 3 2007 94.002.709 70.623.661 75,11% 2506 4 2008 94.225.183 76.707.050 81,41% 2745 5 2009 105.449.663 82.105.954 77,86 % 3089 Sumber : Kantor Kecamatan Candi Sidoarjo
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa prosentase realisasi
penerimaan PBB tahun 2005 dan tahun 2006 mengalami peningkatan, tetapi
pada tahun 2007 prosentase realisasi mengalami penurunan. Kenaikan
prosentase dari perbandingan antara rencana dengan realisasi pada tahun
2005 dan tahun 2006 mencapai nilai sebesar 1,51%, selain itu, pada tahun
(23)
6
antara rencana dengan realisasi pada tahun 2006 ke tahun 2007 mencapai
nilai sebesar 14,15%.
Sejak tahun 2004 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo mengalami penurunan yang
begitu drastis. Penurunan tersebut ditimbulkan akibat adanya Pembangunan
Perumahan Taman Puspa Sari karena penghuni Perumahan tersebut tidak
memenuhi Kewajiban dan Haknya sebagai Wajib Pajak, hanya
menggunakannya sebagai Investasi harta saja, selain itu juga banyak rumah
yang kosong tanpa ada penghuni dan sulit untuk dihubungi, apalagi developer
perumahan sudah tidak bertanggung jawab atas Pajak Bumi dan Bangunan
tersebut, mereka telah melimpahkan seluruhnya bagi pemilik rumah, oleh
karena itu, nilai penerimaan tidak pernah mencapai 90% keatas.
Pemahaman Wajib Pajak atas ketentuan maupun peraturan perpajakan
yang berlaku, maka Wajib Pajak akan lebih sadar dalam memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak yaitu PBB, selain pemahaman dan
kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak mengenai perpajakan, kepatuhan Wajib
Pajak juga harus diperhatikan oleh segenap pihak instansi yaitu Kantor
Pelayan Pajak Pratama dalam proses pembayaran atau pelunasan pajak.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka perlu diperhatikan
pemahaman Wajib Pajak, kesadaran Wajib Pajak, serta kepatuhan Wajib
Pajak yang berpengaruh terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan
(24)
7
pemahaman Wajib pajak , kesadaran perpajakan Wajib Pajak, serta kepatuhan
Wajib Pajak terhadap keberhasilan penerimaan PBB.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas , maka akan
dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo)“
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak,
Tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan Pemerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk menguji secara empiris pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib
Pajak, Tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan Pemerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian antara lain dapat memberikan masukan bagi beberapa pihak, antara lain sebagai berikut :
(25)
8
a. Bagi Kantor Penyuluhan Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan
Dapat memeberikan tambahan informasi tentang indikator-indikator yang mempengaruhi keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan. Khususnya adalah bagaimana pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, serta kepatuhan Wajib Pajak.
b. Bagi Wajib Pajak
Memberikan dasar yang kuat bahwa pemahaman yang diberikan oleh pemerintah pada Wajib Pajak mutlak diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui peningkatan pamahaman, kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak.
c. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama masa studi dan untuk memperoleh pengalaman dalam pengamatan dilapangan.
(26)
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1.Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Suhardito dan Sudibyo (1999)
a. Judul
Pengaruh Faktor-faktor yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah faktor-faktor yang melekat pada WP berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB di Surabaya?
2) Apakah faktor-faktor yang melekat pada WP Wiraswasta
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Surabaya?
3) Apakah faktor-faktor yang melekat pada WP Nir-wiraswasta
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Surabaya?
c. Hipotesis
1) Diduga faktor-faktor yang melekat pada WP berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB di Surabaya?
2) Diduga faktor-faktor yang melekat pada WP Wiraswasta
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Surabaya?
3) Diduga faktor-faktor yang melekat pada WP Nir-wiraswasta
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Surabaya?
(27)
10
d. Kesimpulan
1) Faktor-faktor yang telah terbukti berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB di kota Surabaya adalah faktor –
faktor kesadaran perpajakan WP, rasio beban PBB dibandingkan
pendapatan WP, sikap WP terhadap prioritas pembangunan
pemerintah, dan tax avoidance WP.
2) Untuk WP PBB Wiraswasta, faktor-faktor yang telah terbukti
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di kota
Surabaya adalah faktor-faktor kesadaran perpajakan WP, rasio
beda hitung permanent difference, sikap WP terhadap prioritas
pembangunan pemerintah, dan tax avoidance WP.
3) Untuk WP PBB Nir-Wiraswasta, faktor – faktor yang telah terbukti
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di kota
Surabaya adalah faktor-faktor kesadaran perpajakan WP, rasio
beban PBB dibandingkan pendapatan WP, sikap WP terhadap
prioritas pembangunan pemerintah, persepsi WP tentang
pelaksanaan sanksi denda PBB, tax avoidance WP, pendidikan
WP, dan lama tinggal WP di lokasi objek pajak PBB.
2. Kiryanto (1999)
a. Judul
Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak
(28)
11
b. Rumusan Masalah
1) Apakah terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian
intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi
kewajiban pajak pengahasilannya ?
2) Apakah penerapan struktur pengendalian intern berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban
pajak penghasilannya?
c. Hipotesis
1) Diduga terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian
intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi
kewajiban pajak pengahasilannya ?
2) Diduga penerapan struktur pengendalian intern berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban
pajak penghasilannya?
d. Kesimpulan
1) Terdapat hubungan secara signifikan dan positif antara penerapan
struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib badan dalam
memenuhi kewajiban pajak penghasilan.
2) Terdapat pengaruh signifikan dan positif antara penerapan struktur
pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam
(29)
12
3. Theresia Woro Damayanti (2004) a. Judul
Pelaksanaan Self Assesment System menurut persepsi Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Badan Salatiga)
b. Rumusan Masalah
Apakah Pelaksanaan Self Assesment System sudah berjalan dengan baik yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (Fiskus) terhadap Wajib Pajak ?
c. Hipotesis
Diduga adanya pelanggaran dalam pelaksanaan Self Assesment System yang dilakukan oleh fiskus terhadap Wajib Pajak.
d. Kesimpulan
1) Dari sisi Fiskus sendiri ternyata ketiga fungsinya, yaitu penyuluhan (penjelasan), pelayanan, dan pengawasan belum terlaksana dengan baik.
2) Sebagian Wajib Pajak memiliki persepsi yang kurang baik terhadap Fiskus, sehingga kesadaran dan tanggung jawab Wajib Pajak yang merupakan salah satu tujuan dari Self Assesment System sukar untuk dicapai.,
4. Adhitia Hanjayamitra (2005)
a. Judul
Pengaruh Faktor-faktor yang melekat pada Wajib Pajak terhadap
keberhsilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Surabaya
(30)
13
b. Rumusan Masalah
1) Apakah tingkat kesadaran Wajib Pajak, tingkat pemahaman Wajib
Pajak, Kemampuan Wajib Pajak, dan system pemungutan secara
simultan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di
Kecamatan Gayungan Surabaya Selatan?
2) Apakah tingkat kesadaran Wajib Pajak, tingkat pemahaman Wajib
Pajak, Kemampuan Wajib Pajak, dan system pemungutan secara
parsial berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di
Kecamatan Gayungan Surabaya Selatan ?
c. Hipotesis
1) Diduga Tingkat Pemahaman Wajib Pajak atas Pajak Bumi dan
Bangunan, beban pajak terhadap penghasilan Wajib Pajak, dan
Sistem Pemungutan secara simultan berpengaruh terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Diduga Tingkat Pemahaman Wajib Pajak atas Pajak Bumi dan
Bangunan, beban pajak terhadap penghasilan Wajib Pajak, dan
Sistem Pemungutan secara parsial berpengaruh terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
d. Kesimpulan
1) Pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala
pelanggaran asumsi klasik dalam model yang dihasilkan sehingga
(31)
14
2) Hipotesis pertama yang menduga bahwa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak atas Pajak Bumi dan Bangunan, beban pajak terhadap penghasilan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan secara simultan berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, setelah dilakukan pengujian dan teruji kebenarannya. 3). Hipotesis kedua yang menduga bahwa Tingkat Pemahaman Wajib
Pajak atas Pajak Bumi dan Bangunan, beban pajak terhadap penghasilan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan secara parsial berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, setelah dilakukan pengujian dan teruji kebenarannya. 5. Vitriana Budi Kurniawati (2006)
a. Judul
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo)
b. Rumusan Masalah
1) Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan system pemungutan secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo ? 2) Apakah diantara pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan
Wajib Pajak dan system pemungutan tersebut salah satu berpengaruh dominan terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan ?
(32)
15
c. Hipotesis
1) Diduga Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib
Pajak, dan Sistem Pemungutan secara simultan maupun parsial
berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo?
2) Diduga diantara Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan
Wajib Pajak , dan Sistem pemungutan tersebut salah satu
berpengaruh dominan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan di kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan
Wonokromo ?
d. Kesimpulan
Pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan
system pemungutan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel system
pemungutan (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan
dengan variabel pemahaman Wajib Pajak (X1) dan kesadaran
perpajakan (X2).
6. Retti Nor Alfi Syahra (2008)
a. Judul
Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan
Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
(33)
16
b. Rumusan Masalah
1) Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib
Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak secara simultan maupun parsial
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Sumenep ?
2) Apakah diantara pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan
Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak tersebut salah satu
berpengaruh dominan terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan
Bangunan ?
c. Hipotesis
Diduga Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Sumenep.
d. Kesimpulan
1) Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat pemahaman
Wajib Pajak, tingkat kesadaran perpajakan Wajib Pajak, serta
tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap keberhasilan
Pajak Bumi dan Bangunan dapat terbukti kebenarannya.
2) Variabel tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran
perpajakan Wajib Pajak yang dapat terbukti berpengaruhnya secara
nyata, sedangkan untuk kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh
(34)
17
7. Imania Hestri Medhani (2009)
a. Judul
Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,dan
Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan.(Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Kutisari
Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya)
b. Rumusan Masalah
Apakah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Keberhasilan Pemerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo
Surabaya.
c. Hipotesis
Diduga Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo
Surabaya.
d. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil
(35)
18
Bahwa tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran perpajakan
Wajib Pajak serta tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya.
2.2.Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu
NO NAMA PENELITI
JUDUL VARIABEL HASIL ANALISIS
1 Bambang Suhardito dan Bambang Sudibyo (1999) Pengaruh Faktor-faktor yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap
Keberhasilan penerimaan PBB
Faktor-faktor yang melekat pada WP Wiraswasta, faktor-faktor yang melekat pada WP Nir-Wiraswasta dan Keberhasilan Penerimaan PBB
Faktor-faktor yang melekat pada WP Wiraswasta, faktor-faktor yang melekat pada WP
Nir-Wiraswasta berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB 2. Kiryanto (1999) Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya. Penerapan Struktur Pengendalian Intern, Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dan Kewajiban Pajak Penghasilannya.
Terdapat hubungan secara signifikan dan positif antara penerapan struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan dan berpengaruhnya penerapan struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilannya. 3. Theresia Woro Damayanti (2004) Pelaksanaan Self Assesment System Menurut Persepsi Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Salatiga)
Faktor kesesuaian tugas teknologi, pemanfaatan
teknologi informasi.
Fungsi membayar dan fungsi melaporkan sudah dilaksanakan oleh wajib pajak, fungsi menghitung ternyata belum dijalankan secara maksimal oleh wajib pajak dan ternyata ketiga
fungsinya yaitu penyuluhan,
pengawasan dan pelayanan belum terlaksana dengan baik
(36)
19 4. Vitriana Budi Kurniawati (2006) Pengaruh Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP,dan Sistem Pemungutan yang Melekat Pada WP Terhadap
Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo Pemahaman WP, kesadaran perpajakan WP, sistem pemungutan dan keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak,
dan Sistem pemungutan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun
variabel sistem pemungutan (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan variabel pemahaman Wajib Pajak (X1) dan kesadaran
perpajakan(X2) 5. Furry Retno
Indah Sari. (2010) Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB (Studi kasus di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo) Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Masih dilakukan Penelitian
Sumber : Peneliti
Berdasarkan Tabel di atas, Penelitian yang terdahulu memiliki
Persamaan dengan Penelitian sekarang yaitu pada penggunaan Independent
Variabel (Variabel Bebas) yaitu Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1),
Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) karena itu merupakan salah satu
pengaruh dalam Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Sedangkan Perbedaan dalam Penelitian ini adalah Pada Objek
Penelitian(wilayah) yang dilakukan sesuai kondisi lingkungan setempat dan
Perbedaan pada Variabel (X3) yaitu Sistem Pemungutan yang Melekat pada
(37)
20
2.3.Kajian Teori
2.3.1. Keuangan Daerah
Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi dibiayai tas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang
dilaksanakan oleh perangkat Daerah dibiayai atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(Bratakusumah, 2001 : 172).
Sumber-sumber penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi
(Bratakusumah, 2001 : 172-174 ) adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu :
Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah dalah penerimaan yang diperoleh dari sumber – sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
a. Hasil Pajak Daerah
b. Hasil Restribusi Daerah
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Lainnya yang Dipisahkan dan
(38)
21
2. Dana Perimbangan terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil
Adalah bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) dan penerimaan Sumber Daya Alam (SDA).
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
3. Pinjaman Daerah
4. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan Daerah
lainnya yang dipisahkan
5. Lain-lain Penerimaan yang sah.
Lain –lain Penerimaan yang sah antara lain Hibah, Dana Darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal
dari bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, serta
dana alokasi umum dan dan alokasi khusus. Dana perimbangan tersebut
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, mengingat tujuan masing-masing
jenis sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi. (Bratakusumah,
2001 : 169).
Penerimaan Negara yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan
(39)
22
untuk daerah. Penerimaan Negara dari Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80%
untuk daerah. Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor
kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi
dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.
(Bratakusumah, 2001 : 176-178).
Pinjaman Daerah dari dalam Negeri bersumber dari Pemerintah
Pusat, Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Masyarakat, dan Sumber lainnya diberitahukan kepada Pemerintah dan
mengikuti ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Bratakusumah, 2001 : 191).
Pinjaman Daerah dari luar negeri dapat berupa pinjaman Bilateral
atau pinjaman Multilateral. Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar
negeri harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah
Pusat. (Bratakusumah, 2001 : 192).
Dana Alokasi umum dimaksudkan untuk menjaga pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah dan untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Sedangkan
Dana Alokasi Khusus dialokasikan untuk membantu pembiayaan tertentu.
(Bratakusumah, 2001 : 175).
Pajak dan Restribusi Daerah ditetapkan dengan undang-undang
penentuan tariff dan tata cara pemungutan Pajak dan Restribusi Daerah
(40)
perundang-
23
undangan Nomor 34 tahun 2000. Jenis pungutan seperti Restribusi
mempunyai pengertian lain dibandingkan dengan Pajak. Restribusi pada
umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi
karena pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan
prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran uang kuliah, karcis masuk
terminal, dan kartu langganan. (Waluyo dan Ilyas, 2002 : 09).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditetapkan
dengan peraturan daerah paling lambat satu bulan setelah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan. Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah
selambat-lambatnya tiga bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan
peraturan daerah paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan. (Bratakusumah, 2001 : 205)
2.3.2. Pajak
Ditinjau dari sejarahnya, masalah pajak sudah ada sejak zaman
dahulu, walaupun pada saat itu belum dinamakan “pajak”, namun masih
merupakan pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada rajanya.
Perkembangan selanjutnya pemberian tersebut menjadi upeti yang sifat
pemberiannya dipaksakan dalam artian bahwa pemberian itu bersifat
“wajib” dan ditetapkan secara sepihak oleh Negara. Pajak yang semula
merupakan pemberian sukarela berubah menjadi pungutan yang sifatnya
(41)
24
besar dalam rangka untuk memelihara kepentingan Negara yaitu untuk
mempertahankan Negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh
maupun untuk melaksanakan pembangunan, dengan demikian sejarah
pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan Negara, baik di bidang ekonomi, social, dan kenegaraan.
(Munawir 1997 : 3).
Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar
menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada
Negara, tetapi coraknya terlihat bermacam-macam bergantung pada
pendekatannya. Dalam hal inilah pajak dapat didekati atau ditinjau dari
berbagai aspek, yaitu : (Waluyo dan Ilyas, 2002 : 6)
1. Aspek Ekonomi
Dari sudut ekonomi, pajak merupakan penerimaan Negara yang
digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju
kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi
masyarakat.
2. Aspek Hukum
Hukum Pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan
urutan yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini
dijalankan secara ketat. Peraturan yang tingkatannya lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih
(42)
25
3. Aspek Keuangan
Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek ekonomi,
hanya lebih menitik beratkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang
bagian yang sangat penting dalam penerimaan Negara. Jika dilihat dari
penerimaan Negara, kondisi keuangan Negara tidak lagi semata-mata
berasal dari penerimaan Negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi
lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona
penerimaan Negara. Alat ukur yang digunakan sebagai indicator
efektif dan produktif pemungutan pajak dalam fungsinya pengumpulan
penerimaan berupa pajak.
4. Aspek Sosiologi
Pada aspek sosiologi ini, ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang
menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan
dan hasil apakah yang disampaikan kepada masyarakat.
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan
pengertian definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian
berbagai definisi tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama, demikian
halnya definisi yang diutarakan oleh Muda Markus (2005 : 01) pengertian
pajak “Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang
berdasarkan undang-undang, wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara
tanpa mendapat kontraprestasi secara individual dan langsung dari Negara,
(43)
26
I. Sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara , dan sisanya, jika ada,
digunakan untuk pembangunan, serta
II. Sebagai instrument/alat untuk mengatur kehidu
Dalam definisi di atas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter
dari pada pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu
fungsi mengatur. Apabila memperhatikan coraknya, dlam memberikan
batasan pengertian pajak dapat dibedakan dari berbagai macam ragamnya
yaitu dari segi ekonomi, segi hukum, segi sosiologi dan lain sebagainya.
Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya,
adalah sebagai berikut : (Waluyo dan Ilyas, 2002 : 5)
1. Pengertian pajak menurut Prof. Edwin R.A Seligman dalam buku Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan : “Tax is Compulsary Contribution , from the person, to the goverment to depray the expense in the common interest of all, without reference to special benefit Conperred “. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang.
2. Pengertian Pajak Menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economics of public Finance memberikan batasan pajak seperti di atas hanya menggantikan without reference dengan with little reference.
3. Pengertian Pajak menurut Mr. Dr. N.J. Feldmann dalam buku De over heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra
(44)
27
prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
4. Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam buku De Economische betekenis belastingen (terjemahan) : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditujukankan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
5. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari disertainya yang berjudul Pajak Berdasarkan Azas Gotong Royong menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi diatas tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan kontra prestasi menekankan pada mewujudkan kontra prestasi itu diperlukan pajak.
6. Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum
Pajak dan Pajak Pendapatan (1990 :5) menyatakan “Pajak adalah iuran
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
(45)
28
Dari definisi-definisi tersebut diatas , maka dapat ditarik suatu
kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat dari pengertian pajak yaitu :
(Waluyo dan Ilyas, 2002 : 5-6)
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.3.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak
Pemahaman akan teori pemungutan pajak berikut ini diharapkan
membawa suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi
menjadi beban semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang menyenangkan
dalam hidup bermasyarakat, Waluyo dan Ilyas (2002 : 14), menjelaskan
bahwa teori-teori pemungutan pajak yang dimaksud yaitu :
1. Teori Asuransi
Perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari
(46)
29
bendanya. Teori Asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan
pembayaran pajak, walaupun kenyataannya menyatakan hal tersebut
dengan premi tidaklah tepat.
2. Teori Kepentingan
Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut
dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan
setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan
hartanya, oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk melindunginya
dibebankan pada masyarakat.
3. Teori Daya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak
terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat
berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya, oleh karena itu, untuk
kepentingan perlindungan, maka masyarakat akan membayar pajak
menurut daya pikul seseorang.
4. Teori Bakti
Teori bakti ini disebut juga teori kawajiban pajak mutlak. Teori ini
berdasarkan pada pendapat bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda
baktinya terhadap Negara, dengan demikian dasar hukum pajak terletak
(47)
30
5. Teori Asas Daya Beli
Teori berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan
masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang
bukan kepentingan individu atau Negara sehingga lebih
menitikberatkan pada fungsi mengatur.
Pencapaian tujuan pemungutan pajak perlu dipegang teguh
asas-asas pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya, dengan
demikian, terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas
yang masih diperlukan lagi, yaitu pemahaman atar perlakuan pajak
tertentu. Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh
Adam Smith dalam buku “An Inquiri into the Nature and Cause of the
Wealth of Nations” menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya
didasarkan sebagai berikut (Waluyo dan Ilyas ,2002 : 12) :
1. Azas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima.
Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang
untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan
(48)
31
2. Azas Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena
itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Azas Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai contoh pada saat
Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut
Pay as You Earn. 4. Azas Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian
pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
Menurut Richard A.Musgrave dan Peggy B.Musgrave dalam buku
Public Finance in Theory and Practice terdapat dua macam asas keadilan
dalam keadilan pemungutan pajak, yaitu : (Waluyo dan Ilyas, 2002 : 12)
1. Benefit Principle
Dalam system perpajakan yang adil, setiap Wajib Pajak harus
membayar sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari Pemerintah.
Pendekatan ini disebut Revenue and Ex-penditure Approach.
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini disarankan agar pajak dibebankan kepada Wajib
(49)
32
Masalah keadilan dalam pemungutan pajak, dibedakan secara lain
dalam : (Waluyo dan Ilyas, 2002 : 13)
1. Keadilan Horizontal
Pemungutan pajak adil secara horizontal apabila beban pajaknya sama
atas semua Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan yang sama
dengan jumlah tanggungan yang sama, tanpa membedakan jenis
pengahasilan atau sumber pengahasilan.
2. Keadilan Vertikal
Keadilan dapat dirumuskan (Horisontal dan Vertikal) bahwa
pemungutan pajak adil apabila orang dalam kondisi ekonomi yang
sama dikenakan pajak yang sama, demikian sebaliknya.
Sebagai perwujudan dari adanya Reformasi ( Muhammad Rusjdi,
2007) dibidang perpajakan diantaranya kebijakan perpajakan yang baru
dikeluarkan oleh Pemerintah, antara lain :
1. UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas UU Nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2000 tentang Penetapan
Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Perhitungan Pajak Bumi dan
Bangunan.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1007/KMK.04/1985 tentang
Pelimpahan Wewenang Penagihan PBB kepada Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I dan/atau Bupati / Walikota Madya Kepala Daerah
(50)
33
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998 tentang
penentuan klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai
dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006/KMK.04/1985 tentang
Tata Cara Penagihan PBB dan Penunjukkan Pejabat yang Berwenang
Mengeluarkan Surat Paksa.
2.3.4. Pajak Bumi dan Bangunan 2.3.4.1.Tarif Pajak (BAB IV)
Pasal 5 : (Undang-undang Perpajakan, 2005 : 257)
Tarif Pajak yang dikenakan atas Objek Pajak adalah sebesar 0,5 %
(lima per sepuluh persen).
2.3.4.2.Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak (BAB V) Pasal 6 :(Undang-undang Perpajakan, 2005 : 257)
1. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak.
2. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk
daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan
daerahnya.
3. Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya
(51)
34
4. Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional
Pasal 7
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tariff pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak.
2.3.4.3.Tahun Pajak, Saat, dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang (BAB VI)
Pasal 8 : (Undang-undang Perpajakan, 2005 : 259)
1. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwin. Jangka waktu
satu tahun takwin adalah dari 1 Januari sampai 31 Desember.
2. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan
objek pajak pada tanggal 1 Januari.
3. Tempat pajak yang terutang :
a. Untuk daerah Jakarta, di Wilayah Daerah Khusus IbuKota Jakarta.
b. Untuk daerah lainnya, di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
atau Kotamadya Daerah Tingkat II.
2.3.5. Pemahaman akan Undang-Undang Perpajakan
Pemahaman WP terhadap Undang-Undang dan peraturan
perpajakan PBB berfungsi penting, karena ini merupakan elemen kognitif
dari sikap Wajib Pajak terhdapa Undang-Undang dan peraturan perpajakan
(52)
35
akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan
perpajakan.(Suhardito, Sudibyo, 1999 : 5).
Perlawanan terhadap Pajak adalah hambatan-hambatan yang ada
atau terjadi dalam upaya pemungutan Pajak. Hambatan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi : (Suandy, 2005 : 16-17)
a. Perlawanan Pasif
Perlawanan secara pasif ini berkaitan erat dengan keadaan social
ekonomi masyarakat di Negara yang bersangkutan.
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian usaha yang
dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau
mengurangi jumlah pajak yang seharusnya di bayar.
Perlawanan secara aktif dapat di bagi menjadi :
a. Penghindaran Pajak (tax avoidance)
Merupakan usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan ketentuan-ketentuan dibidang perpajakan secara optimal.
b. Penggelapan Pajak (tax evasion)
Merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar
peraturan perpajakan seperti memberikan data-data palsu atau
menyembunyikan data.
Upaya masyarakat untuk menghindarkan pajak merupakan suatu
hal yang alami mengingat pajak merupakan suatu pungutan paksaan dan
(53)
36
berupa perlawanan terhadap pembayaran pajak. Perlawanan pajak akan
sangat merugikan bagi Negara oleh karena itu dalam rangka untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali kondisi yang
membuat masyarakat sebagaian Wajib Pajak sadar, mau dan mampu
membayar Pajak.
2.3.6. Kesadaran Wajib Pajak Membayar Pajak
Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak,
berupa konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif, yang berinteraksi
dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi
pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak
agar mereka rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu
dan tepat jumlah. (Suhardito,Sudibyo, 1999 : 5)
Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, terutama tergantung
pada tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Semakin tinggi
pengetahuan masyarakat, akan semakin mudah bagi pemerintah untuk
menyadarkan mereka, bahwa didunia ini tak satupun yang dapat diperoleh
tanpa membayar, atau tanpa mengorbankan sesuatu, oleh karena itu,
pemerintah harus menyadarkan masyarakat mengenai hubungan antara
manfaat dan biaya dari setiap aktivitas.
Guna menumbuhkan toleransi masyarakat dalam menggugah
kesadaran tentang arti penting pajak bagi pemerintah untuk pembiayaan
(54)
37
masyarakat. Upaya ini dapat ditempuh antara lain dengan memberikan
bimbingan dan penyuluhan secara intensif sehingga dapat menumbuhkan
kesadaran masyarkat untuk membayar pajak. Kesadaran untuk membayar
pajak baru akan timbul apabila masyarakat dapat merasakan hubungan
langsung antara pembayaran pajak dengan manfaat yang diterima, sehingga
merekapun akan terdorong untuk patuh membayar pajak.
(www.Google.com)
2.3.7.Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kiryanto (1999 : 7) kepatuhan memiliki kata dasar patuh,
patuh berarti suka menurut perintah ; taat kepada perintah dan aturan
berdisiplin, setia dan bersedia melakukan sesuatu yang sudah disepakati
dan ditentukan, kepatuhan menurut arti katanya berarti sifat patuh, keadaan
patuh. Jadi, kepatuhan dalam hal perpajakan berarti merupakan suatu
ketaatan melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan
yang diwajibkan, diharuskan, menurut peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pemberian sanksi akan dikenakan kepada pelanggar ketentuan
perpajakan, yang dimaksudkan untuk mencegah tingkah laku yang tidak
dikehendaki, sehingga akan tercipta kepatuhan yang lebih baik.
Para praktisi pajak mengatakan bahwa minimnya tingkat kepatuhan
Wajib Pajak ini dapat dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan pajak yang
dimiliki oleh Wajib Pajak, cara petugas pajak memberikan pelayanan, dan
(55)
38
dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pemikiran bahwa mereka dapat
melakukan negoisasi dengan aparat untuk mengecilkan pajak mereka.
(Gardina dan Haryanto, 2006 : 18).
Untuk memotivasi para Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajibannya serta meningkatkan jumlah Wajib Pajak patuh, pemerintah
memberikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi
Wajib Pajak patuh. Dasar hukum penetapan kriteria Wajib Pajak patuh ini
adalah UU No. 16 Tahun 2000 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, dan KMK No. 944/KMK.04/2000 j.o KMK No. 235/
KMK.03/2003 tentang penentuan Wajib Pajak Patuh. (Gardina dan
Haryanto, 2006 : 12)
Kriteria-kriteria Wajib Pajak patuh yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut : (Gardina dan Haryanto, 2006 : 12 - 13)
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT-tahunan) dalam dua(2) tahun terakhir.
2. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan masa
(SPT-masa) untuk pajaka penghasilan dan pajak pertambahan nilai dalam
tahun terakhir.
3. Tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali mendapat izin untuk
diangsur termasuk surat tagihan pajak (SPT) untuk dua tahun terakhir.
4. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana
(56)
39
2.3.8. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Landasan pengaruh pemahaman Wajib Pajak terhadap penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan mengacu pada Teori
Kepentingan. Teori ini dalam ajarannya yang semula hanya memperhatikan
pembagian beban Pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk.
Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang
masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa
orang-orang itu beserta harta bendanya. Oleh karena itu, sudah
sewajarnyalah jika biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Negara dibebankan
kepada mereka. (Siti Resmi, 2007 : 6)
Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak
mengakibatkan sikap masyarakat cenderung apatis terhadap pajak yang
akhirnya berpengaruh terhadap perilaku atau praktek masyarakat dalam hal
kedisplinan membayar pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak bisa
diperoleh melalui pendidikan formal maupun penyuluhan dari parat
perpajakan yang terkait. Pendidikan formal dalam jangka panjang sangat
diperlukan, karena beberapa jenis pajak memerlukan pemahaman tertentu
agar formulir pajak dapat diisi dengan baik.
Pemerintah telah melakukan sosialisasi perpajakan baik melalui
spanduk-spanduk, seminar, penyuluhan, media massa dan elektronik.
(57)
40
perpajakan, lebih cepat mendapat informasi perpajakan. (Gardina dan
Haryanto, 2006 :19)
Palaksanaan sosialisasi perpajakan juga dimaksudkan untuk lebih
memberdayakan Wajib Pajak supaya lebih memahami Undang-Undang
dan Peraturan Perpajakan yang berlaku dan mudah dimengerti oleh Wajib
Pajak akan mempengaruhi Keberhasilan Penerimaan Pajak (PBB).
2.3.9. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Mengacu pada teori kewajiban pajak mutlak atau teori bakti, maka
teori ini berlawanan dengan teori asuransi, teori kepentingan dan teori gaya
pikul yang tidak mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan
warganya. Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer,
artinya tingkat kesadaran Wajib Pajak terhadap keberhasilan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak berdiri sendiri sebagai individu
tetapi juga dipengaruhi karena adanya faktor persekutuan. (Siti Resmi,
2007 : 6)
Paham Organische Staatsleer mengajarkan bahwa karena sifat suatu
Negara maka timbullah hak mutlak untuk memungut pajak. Orang-orang
tidaklah berdiri sendiri, dengan tidak adanya persekutuan tidaklah aka ada
individu, oleh karenanya maka persekutuan (yang menjelma Negara berhak
(58)
41
suatu kewajiban asli untuk membuktikan tanda baktinya terhadap Negara
dalam bentuk pembayaran Pajak (Siti Resmi, 2007 : 6)
Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak,
berupa konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif dalam
memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap makna dan fungsi pajak.
Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk para Wajib Pajak agar
mereka rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan dengan cara membayar kewajiban pajak secara tepat waktu dan
tepat jumlah. (Suhardito,Sudibyo, 1999 : 4-5)
Menurut Saifuddin Azwar (1988 : 3-4) Komponen Kognitif berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar
bagi objek sikap. Komponen Afektif menyangkut emosional subyektif
seseorang terhadap suatu objek sikap. Sedangkan komponen Konatif
menunjukkan perilaku, kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Pajak Bumi dan Bangunan walaupun nilai rupiahnya kecil
dibandingkan dengan pajak pusat lain, tetapi mempunyai dampak yang
lebih luas sebab penerimaan PBB dikembalikan untu kegiatan-kegiatan
pembangunan derah yang bersangkutan, oleh karena itu Pemerintah
diharapkan dapat menciptakan pesepsi positif terhadap Wajib Pajak,
sehingga dapat meningkatkan Kesadaran dan Tanggung Jawab Wajib Pajak
(59)
42
2.3.10. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Sejak Reformasi perpajakan Tahun 1923 yang terakhir Tahun 1994
dengan diubahnya Undang-Undang perpajakan tersebut menjadi UU No.9
tahun 1994, UU No. 10 tahun 1994, UU No.11 tahun 1994 dan UU No. 12
tahun 1994, maka system pemungutan pajak di Indonesia adalah “Self
Assessment System”. Menurut Waluyo (2002 : 16), “Self Assesment
System“ adalah suatu system pemungutan pajak yang memberikan
wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam system ini
mengandung pengertian bahwa Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar.
Peran Self Assesment system fungsi dan peranan dari Wajib Pajak
ditingkatkan. Tanggung Jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan
pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada
Wajib Pajak sendiri. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. (Damayanti, 2004 : 110).
Wajib Pajak patuh berarti Wajib Pajak tersebut telah sadar pajak
yaitu, memahami akan hak dan kewajiban perpajakn serta melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakan dengan benar. (Gardina dan Haryanto,
(60)
43
Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan
memperhitungkan ketetapan menyetor, serta mengisi dan membayar
jumlah pajak yang terutang tepat pada waktunya, tanpa adanya tindakan
pemaksaan, maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam melaksanakan dan memnuhi kewajiban pajaknya(dalam hal ini
PBB). (Kiryanto, 1999 : 8)
2.4.Kerangka Pikir
Berdasarkan Teori penelitian terdahulu, maka dapat diambil
premis-premis dan akan dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis. Adapun
Premis-premis tersebut adalah sebagai berikut :
Premis 1 : Kesadaran perpajakan adalah kerelaan memenuhi
kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana
untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara
membayar kewajiban pajaknya (Suhardito,Sudibyo, 1999)
Premis 2 : Kepatuhan Wajib Pajak yaitu ketaatan untuk melakukan
ketentuan-ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau
diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu, Wajib pajak
paham terhadap UU perpajakan mengisi formulir pajak
dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah benar dan
membayar pajak tepat pada waktunya (Kiryanto,1999).
Premis 3 : Dalam Self Assesment system fungsi dan peranan dari
(61)
44
pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada Wajib Pajak
Sendiri. (Damayanti, 2004)
Premis 4 : Pemahaman Wajib Pajak atas pajak Bumi dan Bangunan
dan Sistem Pemungutan berpengaruh dengan keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. (Adhitia
Hanjayamitra, 2005)
Premis 5 : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan wajib
Pajak, dan system Pemungutan berpengaruh terhadap
keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
(Vitriana Budi Kurniawati, 2006)
2.4.1. Diagram Kerangka Pikir
Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya dapat dibuat suatu
kerangka jalur yang dijelaskan dalam bentuk skema, sebagai berikut :
PEMAHAMAN WP ATAS PBB (X1)
KESADARAN PERPAJAKAN WP (X2)
TINGKAT KEBERHASILAN PENERIMAAN PBB
( Y) KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(X3)
UJI STATISTIK REGRESI LINIER BERGANDA
(62)
45
2.5. Hipotesis
Diduga bahwa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak, serta Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bnagunan di Kelurahan Klurak
(63)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Menurut Nazir (1998 : 152) Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan pada BAB I dan hipotesis pada BAB II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Definisi operasional ini, hal-hal yang perlu didefinisikan dan diamati adalah keberhasilan penerimaan PBB di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo, dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas (X) adalah Pemahaman WP atas PBB (X1), Kesadaran Perpajakan
WP (X2) dan Kepatuhan WP (X3), sedangkan yang menjadi variabel
terikatnya (Y) adalah Keberhasilan Penerimaan PBB. A. Independent Variabel (Variabel Bebas) terdiri dari :
1. Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1)
Pemahaman Wajib Pajak adalah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Undang-Undang dan Peraturan Pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi dan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan Indikator untuk variabel ini adalah :
(64)
47
a. PBB merupakan sarana atau sumber pendapatan daerah.
b. PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang
dipentingkan objeknya.
c. Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau
memperoleh manfaat dari objek pajak.
d. Sumber dana pembangunan.
2. Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)
Kesadaran perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri Wajib Pajak atas kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Indikator untuk variabel ini adalah :
a. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan Negara.
b. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan
pembangunan.
c. PBB harus dibayar karena kewajiban warga Negara.
d. PBB sebagai sumber pendapatan daerah.
3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan- ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu, Wajib Pajak paham terhadap UU Perpajakan mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah benar dan membayar pajak tepat pada waktunya. Indikator untuk variabel ini adalah :
a. Wajib Pajak paham dan berusaha memahami Undang-Undang
Perpajakan.
(65)
48
b. Mengisi formulir pajak dengan benar.
c. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar, dan membayar
pajak tepat waktu.
B. Dependent Variabel (Variabel Terikat) Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) :
Keberhasilan Penerimaan PBB adalah peningkatan sikap proaktif Wajib Pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap Wajib Pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan Perpajakan. Komponen Konatif (tindakan) dari sikap (Suhardito,Sudibyo,1999:4-5), merupakan aspek kecenderungan bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang, dengan demikian, keberhasilan penerimaan diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh Wajib Pajak terhadap PBB dengan cara-cara tertenu yang dimiliki Wajib Pajak. Indikator untuk variabel ini adalah :
a. Penyuluhan Pajak dari Petugas Pajak.
b. Batas Pembayaran Pajak.
c. Pengawasan terhadap pajak terutang oleh petugas Pajak. d. Pelayanan petugas Pajak kepada Wajib Pajak.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Imania Hestri Medhani (2009). Pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan Kuesioner. Pengukuran yang digunakan dalam mengukur variabel bebas dan variabel
(66)
49
terikat dengan menggunakan skala interval yaitu skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, jarak construct yang diukur.
Metode pengukuran yang digunakan adalah skala Semantic
Diferensial yang dikembangkan oleh Osgood dan digunakan untuk mengukur objek-objek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik (Sumarsono, 2004 : 25).
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Pemahaman atas Wajib Pajak (X1).
Pemahaman Wajib Pajak adalah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Undang-Undang dan Peraturan Pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi dan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Variabel ini diukur dengan 4 item pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala satu sampai tujuh.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat Tidak setuju Sangat setuju
Skala dengan nilai 1 sampai 3 menunjukan bahwa pemahaman atas wajib pajak cenderung sangat tidak setuju mengenai informasi akan pajak dan pemahamannya terhadap Undang-Undang dan peraturan pajak yang berlaku. Skala dengan nilai 4 mempunyai nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan setuju yang berarti wajib pajak mempunyai pemahaman yang cukup. Skala 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju yang menunjukan tingkat pemahaman wajib pajak yang tinggi.
(1)
91
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan kepada Wilayah Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo bisa membayar pajak tepat waktu, karena memang pajak ini juga bermanfaat untuk masyarakat itu sendiri dengan tingkat pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap wajiba pajak sangat tinggi maka negara ini juga akan cepat berkembang, serta dengan adanya pajak yang yang tidak membebankan masyarakat, maka masyarakat juga akan selalu patuh untuk membayar pajak.
4.4.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini antara lain terletak pada:
1. Sampel yang diambil hanya berjumlah 100 orang responden. Dimana jumlah tersebut adalah kecil dibandingkan jumlah populasi, sehingga kurang dapat mengukur Keberhasilan Penerimaan PBB secara lebih tepat.
2. Dari hasil penelitian masih terdapat pengaruh dari variabel-variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini, diharapkan pada penelitian yang akan datang memperhatikan variabel-variabel lain yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan yakni :
1. “Diduga bahwa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya.
2. “Diduga bahwa Tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya. 3. “Diduga bahwa Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” tidak terbukti kebenarannya. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah tidak percaya dengan dirjen pajak terkait adanya mafia pajak yang sudah menghabiskan uang pajak rakyat.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, yang telah dilakukan pada bab terdahulu serta kesimpulan penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan saran diantaranya adalah :
(3)
93
a. Bagi masyarakat
Hendaknya masyarakat selalu patuh dalam membayar pajak yang dibabankan kepadanya karena memang dengan pajak tersebut dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lain, serta dengan adanya pajak negara akan semakin maju.
b. Bagi Pemerintah
a) Hendaknya lebih sering mengadakan sosialisasi tentang Perpajakan kepada masyarakat agar para wajib pajak memiliki pemahaman yang cukup untuk keberhasilan penerimaan pajak PBB pemerintah, serta lebih meningkatkan meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak sehingga para wajib pajak mengerti tentang artinya pajak buat negara dan sehingga wajib pajak tidak bosan dalam membayar pajak sehingga wajib pajak dapat membayar pajak tepat waktu.
b) Hendaknya bisa memberikan sanksi yang tegas kepada aparat pajak yang sudah menyalahgunakan pajak untuk kepentingan pribadi dan menyengsarakat rakyat serta mencederai kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam masalah pajak.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Agar dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan perbandingan dan tambahan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta mengembangkan hasil penelitian yang sekarang, dengan menambah variabel yang diteliti seperti proses belajar maupun penambahan jumlah sampel pengamatan atau banyaknya obyek yang akan diamati.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks
Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Azwar, saifuddin, 2007, Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran, Penerbit Pustaka Pelajar. Edisi 2.
Bratakusumah, 2001, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fitriandi, Birowo, 2005, Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivarrate dengan program SPSS, Edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
--- Google, www.jurnalskripsi.com --- www.Google.com
Mardiasmo, 2003, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Markus, Muda, 2005, Undang-Undang Pajak-Pajak Pusat Terbaru. Cetakan pertama, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Munawir, 1997, Perpajakan, Cetakan pertama, Edisi Kelima, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Feldmann, De over heidsmiddelen Van Indonesia. Tentang Pengertian Pajak. Nazir, Muhammad, 1998, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indo, Jakarta. Resmi, Siti, 2007, Perpajakan, Edisi ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
(5)
Rusdji, Muhammad, 2007, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan dan Bea Materai, Edisi Kedua, PT. Indexs, Jakarta. Santoso, Singgih, 2000, Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta. Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Kelima, Penerbit CV.
Alphabeta, Bandung.
Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Interpretasi hasil Pengolahan data, Edisi Revisi, Penerbit UPN “Veteran” Jawa Timur. Soemahamidjaja, Soeparman, Pajak berdasarkan Azas Gotong Royong. Tentang
Pengertian Pajak.
Smeets, De Economische betekenis belastingen. Tentang Pengertian Pajak.
Umar, Husein, 2004, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Baru, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
--- Undang - Undang Nomor 12 tahun 1994. Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
--- Undang – Undang Nomor 34 tahun 2000. Tentang Pajak dan Restribusi Daerah.
--- Undang – Undang Nomor 16 tahun 2000. Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.
Waluyo, Ilyas, 2002, Perpajakan Indonesia, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jurnal :
Suhardito, Bambang, dan Bambang Sudibyo, 1999, “ Pengaruh Faktor-Faktor yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”, Simposium Nasional Akuntansi II IAI. Kapd, Hal 1-13. Gardina, Trisia dan Haryanto, Dedi, 2006, “ Analisis Faktor-faktor yang
(6)
Kiryanto, 1999,” Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya”, Simposium Nasional Akuntansi II IAI-KApd, Hal 1-13, 24-25 September, Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya Malang.
Sofyan, Syofrin, 2003, “ Sistem Penetapan Pajak dalam rangka kerangka mencari Sistem (yang kondusif)”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol 3, No.4 November,Hal28-34.
Pandiangan, Liberty, 2002, “ Pajak Pusat dan Pajak Daerah dalam kerangka mencari Sistem (yang Kondusif)”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol.3, No.4 November, Hal 28 – 34.
Woro Damayanti, Theresia, 2004,”Pelaksanaan Self Assesment System menurut persepsi Wajib Pajak (studi Kasus Pajak Badan Salatiga)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.X, No.1 Maret, Hal 92-108.
Skripsi :
Hanjayamitra ,Adhitia, 2005,” Pengaruh Faktor-faktor yang melekat pada Wajib Pajak terhadap keberhsilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Surabaya Selatan”,Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Budi Kurniawati, Vitriana, 2006, “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo), Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Nor Alfi Syahra, Retti, 2008, Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak , dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB di Kabupaten Sumenep, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Hestri Medhani , Imania, 2009, “Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya)”, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.