penjahat wanita, dengan demikian secara tidak langsung, terjadi pembunuhan karakter terhadap sosok laki laki.
Definisi dari laki-laki yang dikategorikan sebagai “Mata Keranjang” adalah apabila lelaki tersebut dalam setiap kisah percintaannya cenderung tidak
setia pada satu pasangan dan senantiasa menyakiti hati pasangannya dengan selalu mengumbar janji-janji manisnya namun setelah mendapatkan apa yang diinginkan
dari pasangan, lelaki tersebut cenderung tidak peduli dan pergi meninggalkan pasangannya, lelaki “Mata Keranjang” juga dapat dikategorikan sama dengan
lelaki playboy. Karena sifatnya yang sama yaitu selalu mempermainkan pasangannya. Berdasarkan uraian diatas dapat diketehui bahwa wanita selalu
menjadi korban para lelaki, tidak hanya dalam percintaan namun dalam segala hal karena sifat wanita yang cenderung lemah tersebut baik dari sisi perasaan maupun
fisik.
2.1.10. Semiotika dan Semiologi Komunikasi
Kata ’semiotika’ itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti ’tanda’ atau ’seme’ yang berarti ’penafsir tanda’. Semiotika sendiri berakar
dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji suatu
tanda. Tanda adalah perangkat-perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah masyarakat dan hidup bersama manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things.
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal 19
nama objek itu hendak berkomunikasi , tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda Kurniawan dalam Sobur, 2004: 15
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna adalah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda Littlejohn, 1996: 64. Jika
diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf,kata dan kalimat,tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti dalam kaitannya
dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan.
Sebuah teks, baik itu lirik lagu, surat cinta, novel, cerpen, puisi, komik, semua itu mungkin menjadi ”tanda” yang dapat dilihat dalam aktivitas penanda: yakni
proses signifikasi ang menghubungkan objek dan interpretasi. Semiotika modern mempunyai dua bapak, yaitu Charles Sanders Pierce
1839-1914 dan Ferdinand De Saussure 1857-1913. Terdapat perbedaan antara Pierce dan Saussure, antara lain: Pierce adalah ahli filsafat dan logika, sedangkan
Saussure adalah tokoh cikal bakal linguistik umum Sobur, 2004:110. Sehingga perlu digaris bawahi dari berbagai definisi di atas adalah para
ahli melihat semiotika itu sebagi ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama yaitu yang pertama adalah
tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.
Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. Kedua, kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda.
Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan 20
suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi saluran komunkasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Ketiga, kebudayaan tempat kode dan tanda
bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda- tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri Fiske, 2006: 61
Kajian semiotika dibedakan menjadi dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi, yang pertama menitik beratkan pada teori tentang
produksi tanda, yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode sistem tanda pesan, sluran
komunikasi dan acuan hal yang dibicarakan. Sedangkan yang kedua menitik beratkan pada teori tandadan segi pemahamannya dalam konteks tertentu.
Pada jenis yang kedua semiotika signifikasi tidak dipersoalkan adanya tujuan komunikasi, sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu
tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikansinya Sobur, 2004: 15
Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai proses tanda yang dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah:
S s, i, e, r, c
S adalah semiotic relation hubungan semiotik, s untuk sign tanda, i untuk interpreter penafsir; e untuk effect atau pengaruh misalnya suatu disposisi
dalam I akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s; r untuk reference rujukan; dan c untuk context konteks
atau conditions kondisi. 21
Batasan semiotika komunikasi menurut Ferdinand De Saussure adalah linguistik hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang
disebutnya sebagai semiologi. Pada perkembangannya, kedua ilmu yaitu semiotika dan semiologi yang
mengacu pada tanda, secara prinsip tidak ada perbedaan. Kecuali dalam hal orientasi semiologi pada Saussure dan orientai pada Pierce. Satu perbedaan antara
keduanya, menurut Hawkes adalah bahwa semiologi dipilih orang-orang Eropa di luar perbedaan yang dimaksud Saussure, sedang semiotika dipilih oleh penutur
berbahasa Inggris di luar perbedaan yang dimaksud Pierce Amerika. Dengan kata lain sebenarnya dua ilmu itu sama-sama dipakai. Semiotika menurut Umberto Eco
dalam Sobur, pada prinsipnya adalah ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat digunaka untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh.
” Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang
mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu
waktu tertentu. Semiotika pada prinsipnya adalah suatu kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan untuk mengatakan sesuatu kebohongan,
sebaliknya, tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran”.Berger dalam Sobur, 2004:18
2.1.11. Makna dan Pemaknaan