bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat dan sama sekali bukan kodrat Tuhan Fakih, 1996: 10.
Dengan halnya tujuan yang ingin diangkat dalam penelitian ini yaitu ingin menggambarkan sosok laki-laki dalam lirik lagu “Mata Keranjang”. Dalam lagu
tersebut digambarkan bahwa laki-laki cenderung lebih kuat daripada wanita sehingga mampu mempermainkan perasaan dari pasangannya dan si wanita dalam
lirik lagu tersebut digambarkan sebagai seorang perempuan yang lemah dalam hal emosi dan perasaan sehingga dia mau memberikan segalanya demi pasangannya.
Dalam lagu ini tergambar jelas adanya ketimpangan posisi antara pria dan wanita seperti yang telah berkembang di masyarakat selama ini sehingga tepat kiranya
untuk dianalisis lebih lanjut tentang penggambaran sosok lak-laki dalam lirik lagu “Mata Keranjang” yang di populerkan oleh Aura Kasih.
2.1.2. Implementasi Ketidaksetaraan
Guna melihat analisis sosial secara lebih tajam, maka pertama kali yang harus dilakukan adalah memahami kata gender seks atau jenis kelamin. Pada
uraian sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep gender dan seks. Sejarah gender difference antara lelaki dan perempuan terjadi melalui proses sosialisasi,
penguatan dan konstruksi sosial kultural, keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara. Melalui proses yang cukup panjang sehingga gender lambat laun menjadi
seolah-olah ketentuan Tuhan atau kodrat dan ketentuan biologis, menyebutnya dengan kodrat. Misalnya: sifat lemah lembut, sifat memelihara dan sifat
emosional yang dimiliki oleh kaum perempuan dikatakan sebagai kodrat perempuan.
Akan tetapi sebaliknya sosialisasi konstruksi sosial tentang gender ini secara evaluasi akhirnya mempengaruhi perkembangan masing-masing jenis
kelamin. Misalnya: sifat gender laki-laki harus kuat dan agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih dan motivasi menuju dan
mempertahankan sifat yang ditentukan tersebut yang memang laki-laki lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya karena konstruksi sosial bahwa kaum perempuan
harus lebih lemah lembut, maka sejak kecil sosialisasi tersebut mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis mereka. Karena proses sosialnya yang berjalan
secara mapan akhirnya sulit dibedakan apalah sifat gender tersebut dikonstruksi atau kodrat biologis ketentuan Tuhan.
Persoalannya, jika konstruksi gender dianggap sebagai kodrat, akibatnya gender mempengaruhi keyakinan manusia serta budaya masyarakat tentang
bagaimana lelaki sosial tersebut. Perbedaan biologis itu dianggap sebagai ketentuan Tuhan. Masyarakat sebagai kelompoklah yang menciptakan perilaku
pembagian gender untuk menentukan berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai keharusan untuk membedakan antara laki laki dan perempuan. Keyakinan
pembagian itu selanjutnya diwariskan dari satu generasi selanjutnya penuh dengan proses, negosiasi, retensi maupun dominasi. Akhirnya alamiah, normal
dan kodrat sehingga bagi mereka yang mulai melanggar dianggap tidak normal dan kurun waktu yang berbeda, pembagian gender tersebut berbeda beda.
2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Ketidaksetaraan Gender