122 “...Orangtua mendukung sekali kalau saya masuk di boarding mbak,
awalnya saja saya merasa tidak nyaman, tetapi sekarang sudah kerasan. mama saya bilangnya kalau di asrama saya dilatih untuk
hidup mandiri, sholat tetap waktu, puasa senin kamis, pokonya
orangtua saya mendukung sekali mbak...” wawnacara 16 April 2015 Bentuk dukungan dari orang tua yang menginginkan anak-anaknya
tinggal di asrama ini merupakan suatu bentuk perhatian dari orang tua sehingga anak-anak mereka bisa hidup mandiri, disiplin, tanggung jawab
dan sebagainya yang terhindar dari hal-hal yang tidak dinginkan.
4. Faktor penghambat dalam menanamkan nilai kebangsaan pada siswa
boarding
Pelakanaan penanaman nilai-nilai kebangsaan pada siswa di asrama SMP IT Abu Bakar Yogyakarta menemui beberapa hambatan. Hambatan tersebut
diantaranya adalah siswa-siswa dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda sehingga dalam berperilakupun ada beberapa anak yang membutuhkan
perhatian khusus dari para pembina asrama dan guru. seperti yang disampaikan
oleh ibu T selaku pembina asrama putri kelas 8 berikut ini :
“...Anak-anak mempunyai karakter yang berbeda-beda. Kebanyakan anak-anak dari keluarga yang mungkin beraneka ragam waktu masa
kecil pola pembinaanya sehingga cukup berpengaruh, ada beberapa anak-anak tertentu yang muda dikondisikan dan ada beberapa yang
membutuhkan perhatian khusus.
...” wawancara 8 Mei 2015 Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa anak-anak
berasrama berasal dari berbagai daerah, mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda sehingga dalam menentukan nilai-nilai kebangsaan yang
sesuai dengan berbagai latar belakang tersebut sangat sulit, namun tidak semua siswa hanya beberapa yang membutuhkan perhatian khusus. Selain itu anak-
123 anak di asrama di ijinkan pulang dua minggu sekali sehingga ketika mereka
pulang balik asrama ada saja hal-hal baru yang mereka bawah, mulai dari pembicaraan tentang film-film korea, mulai malas sehingga para pembina pun
harus ekstra lagi mengingatkan mereka dari awal lagi. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah AF dalam wawancara sebagai berikut.
“…Faktor penghambatnya tidak begitu banyak ditemuai, tetapi secara khusus di Abu Bakar ini siswanya berasal dari berbagai provinsi,
dalam data kami yang ada 23 provinsi anak yang ada di SMP IT ini, sehingga untuk menghilangkan budaya local mereka ke budaya
nasional itu membutuhkan tenaga yang tidak begitu kecil sehinngga pandai-pandainya guru dalam memadukan anak-naka saja seperti
halnya ada anak Jawa dan Papua, keduanya saling berkomentar miring mengenai kejadian yang ada dilapangan pada orang tua
mereka masing-maisng. Tetapi semakin kesini mereka paham bahwa
kita hidup saling menghargai satu sama lain …”wawancara selasa 28 april 2015
Selain hal tersebut di atas, hambatan lain yaitu dalam kegiatan setiap hari di asrama seperti masalah piket, dimana kegiatan ini juga dapat
bertujuan untuk membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri, tangguh dan jiwa patriot juga dibutuhkan dukungan dari para Pembina asrama yang lebih
ekstra. Dengan dukungan dari para Pembina asrama tersebut kemungkinan ketercapaian suatu kegiatan dalam asrama sangat besar. Hal tersebut seperti
yang dituturkan oleh ibu F selaku Pembina asrama berikut ini : “…Anak-anak usia mereka sekarang ini menginjak masa-masa
pubertas jadi yang diperhatikan itu bukan dirinya tapi lawan jenisnya yang mereka utamakan, kemudian femes dirinya terkenal atau
tidaknya anak lebih fokus kesitu. Kemudian di asrama ada beberapa anak-anak yang masih saja tidak peduli dengan piket sehingga
membuat PA harus dikontrol terus, apalagi untuk penanaman karakter kami dari pembina asrama berusaha semaksimal mungkin tentang
masalah sampah, saling terbuka, menghargai dan lain-lain namun sampai saat
ini belum maksimal”…wawancara 18 April 2015
124 Sedangkan dari sisi siswa yang sering menjadi hambatan adalah rasa
kelelahan anak-anak ketika mereka pulang sekolah dan langsung melanjutkan kegiatan rutin seperti sholat ashar berjamaah dan dilanjutkan
dengan membaca almasurot. Setelah sholat jika ada kegiaatan ekstrakurikuler wajib siswa harus bersiap-siap untuk mengikutinya. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh F selaku siswa boarding kelas 8E sebagai berikut :
“…Capek kak, soalnya dari pagi sampe sore di sekolah. Habis itu kita di asrama kan harus sholatnya berjamaah, kalau tidak sholat
berjamaah nanti ada sanki. Sebenarnya itu baik buat kami, tapi ya kadang merasa cape juga. Apalagi kalau sorenya ada kegiatan seperti
pramuka, mau tidak mau harus ikut mbak. Selesai biasanya jam 5 kita sudah siap-siap untuk sholat, selesai sholat badah mahrib dan isya ada
kegiatan KBM malam sampe jam 9, jadi kalau ada PR kita tetap usahain untuk ngerjain, biasa kalau ngerjain PR begitu selesai sholat
tahajud”…wawancara 16 April 2015 Hal tersebut juga disampaikan oleh W siswa boarding kelas 7F dalam
wawancara sebagai berikut: “…Sebenarnya aku senang dengan kegiatan di asrama, soalanya
melatih kami untuk selalu disiplin dengan waktu,tanggung jawab dan sebagainya mbak. Tapi ya kadang cape sekali, soalnya banyak PR
pekerjaan rumah yang harus dikerjakan itu setiap hari pasti ada saja
mbak. Belum lagi kita tugas tambahan dari asrama”…wawancara 16 April 2015
Dengan demikian, hal tersebut di atas juga sering terbebani dengan tugas dari sekolah yang banyak, karena mereka mempunyai kegiatan yang
cukup padat terutama bagi siswa yang berasrama serta tanggungan tugas- tugas dari sekolah yang harus dikerjakan tepat waktu. Hal ini menyebabkan
rasa lelah pada saat mengikuti kegiatan-kegiatan ektrakurikuler wajib seperti
pramuka pada sore hari. Namun hanya beberapa anak saja.
125
5. Upaya mengatasi faktor penghambat dalam menanamkan nilai