136 Nilai-nilai kebangsaan yang ditanamkan melalui pembiasaan di asrama
dan di sekolah sangat efektif. Karena dengan pembiasaan tersebut akan langsung diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Dan dari proses
pembiasaan di asrama ini akan dapat menurunkan tata cara berbuat atau kebiasaan hidup kepada anak melalui perilaku anak atau pemberian contoh dan
teladan konkrit dalam kehidupan, agar anak terbiasa melakukan perbuatan dan kebiasaan hidup secara mandiri.
Pelaksanaan penanaman nilai-nilai kebangsaan pada siswa boarding ini melalui kegiatan pembiasaan siswa di asram melalui forum pembelajaran dan
kegiatan ekstrakurikuler ini diwujudkan melalui perilaku yang baik dan nilai- nilai luhur yang terwujud. Dan semangat berperilaku baik tidak hanya lahir dari
proses belajar saja, tetapi dari pembiasaan-pembiasaan.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menanamkan Nilai
Kebangsaan Pada Siswa.
Faktor sekolah, asrama, guru, pembina asrama dan keluarga sangat berperan dalam membentuk karakter anak, namun kematangan karakter anak
selanjutnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan asrama, dari usia pra sekolah sampai usia remaja usia sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas . Asrama atau boarding school adalah tempat yang sangat strategis untuk pembentukan karakter kebangsaan siswa karena sebagian besar
anak, dari lapisan mengeyam pendidikan di sokolah dan asrama. Selain itu siswa menghabiskan sebagian besar waktu aktif di lingkungn asrama, sehingga
yang didapat di asrama akan sangat mempengaruhi banyak pembentukan jiwa atau karakter kebangsaannya. Hal ini diperkuat dengan fungsi pendidikan
137 nasional yang disebutkan dalam pasal 3 UU Sisdiknas, bahwa pendidikan
bermuarah pada manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia.
Dalam UU Sisdiknas pasal 2 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negera yang
demokratis serta tanggung jawab.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam melakasanakan penananaman nilai-
nilai kebangsaan pada siswa boarding di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta. Faktor pendukung dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai kebangsaan
pada siswa boarding adalah melalui dengan kegiatan pembiasaan-pembiasaan siswa di asrama, melalui forum pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler lain
diantaranya keteladanan para pendidik dalam bekerjasama antar sesama warga sekolah yakni kepala sekolah dengan guru, pembina asrama dan siswa,
kesadaran diri semua warga sekolah, serta sarana dan prasarana dalam menunjuang proses pembelajaran di sekolah dan asrama sudah sesuai dengan
standar pendidikan nasional. Hal tersebut diperkuat dengan teori Djumar dan Moh. Surya 1989 : 14 pendidik merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar. Oleh karena itu, guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar atau dengan kata lain guru harus mampu
menciptakan suatu situasi dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya. Selain itu Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan
138 kualitas dan berlangsugnya usaha pendidikan. Disini dapat dilihat adanya
lingkungan yang bersifat fisik kebendaan, sosial dan budaya yang semuanya berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap usaha
pendidikan Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 59. Keteladanan merupakan segala sesuatu yang terkait dengan perkataan,
perbuatan, sikap, dan perilaku seseorang yang dapat ditiru atau diteladani oleh orang lain. Keteladanan para guru dan pembina asrama merupakan contoh
yang baik dari para pendidik yang berhubungan dengan sikap, perilaku, tutur kata, maupun yang terkait dengan akhlak dan moral yang patut dijadikan
contoh oleh peserta didik. Hal ini penting dimiliki oleh seorang pendidik untuk dijadikan dasar dalam membangun etika, moral dan akhlak yang baik.
Kesadaran diri seorang siswa juga mempunyai perananan penting dalam menunjang jiwa nasionalisme siswa. Kesadaran akan jiwa nasionalisme
itu tumbuh dari dalam diri seseorang. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan menunjukan bahwa ada sebagian dari siswa yang
mempunyai kesadaran diri yang cukup tinggi dibandingkan dengan teman yang lain. Kesadaran diri sendiri merupakan tonggak utama yang memberikan
kekuatan dan pembentukan jiwa nasionalisme. Dengan pembentukan jiwa nasionalisme yang dimulai dari diri sendiri, diharapkan nantinya dapat
memberikan contoh atau teladan kepada yang lain. Sedangkan faktor penghambat dalam menanamkan nilai-nilai
kebangsaan pada peserta didik adalah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi sikap, kepatuhan dan
139 kedisplinan siswa di asrama, dan siswa yang belum bisa membagi waktu untuk
kegiatan di sekolah dan asrama dengan baik sehingga terkadang mereka merasa lelah.
Dari hambatan-hambatan yang dipaparkan di atas, upaya pembina asrama guru, dan kepala sekolah untuk mengatasi hambatan tersebut dengan
mengevaluasi, memantau, memotivasi serta memberi nasehat atau masukan pada siswa dalam setiap kegiatan siswa di asrama maupun di sekolah. Karena
pada usia siswa SMP pembentukan karakter kebangsaan yang kuat sangatlah penting kerena dasar anak bisa belajar membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Dimulainya penanaman nilai kebangsaan pada siswa diharapkan dapat membentuk insan yang berkarakter kuat dan cerdas sehingga mampu
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka dari itu diharapkan pendidikan sekarang menekankan pada manusia yang berbudi pekerti luhur,
berakhlak mulia dan semuanya perlu dilakukan secara konkrit sejak dini.
140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN