29 2
Hasil rasa manusia, berwujud nilai-nilai dan macam-macam norma kemasyarakatan yang perlu diciptakan untuk mengatur
masalah-masalah sosial dalam arti luas, mencakup agama religi, bukan wahyu, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur
yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota msyarakat.
Sedangkan kultur atau budaya non material sendiri merupakan hasil cipta manusia yang hanya dapat kita rasakan manfaatnya namun tidak
berwujud kebendaan. Sehingga dari pengertian kedua jenis kebudayaan tersebut, dapat diketahui bahwa budaya merupakan berbagai macam hasil
cipta manusia baik yang berwujud benda maupun tidak.
2. Kultur Sekolah
Di dalam Kemdiknas 2011:68 kultur atau budayasekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana anggota masyarakat sekolah saling
berinteraksi. Interaksi yang terjadi meliputi antara peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru
dengan siswa, konselor dengan siswa dan sesamanya, pegawai administrasi dengan dengan siswa, guru dan sesamanya. Interaksi tersebut terikat oleh
berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras,
disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, tanggung jawab dan rasa memiliki merupakan sebagian dari nilai-nilai yang
dikembangkan dalam budaya sekolah. Kultur atau budaya sekolah merupakan konteks di belakang layar
sekolah yang menunjukkan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama
30 di sekolah. dari penjababaran kultur sekolah tersebut dapat diketahui bahwa
budaya sekolah merupakan suasana kehidupan seluruh warga sekolah yang diikat oleh nilai-nilai serta norma-norma yang ada di sekolah dan menjadi
ciri khas sekolah tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wren
dalam Doni Koesoema A 2012:125, bahwa: Kultur sekolah merupakan sebuah pola perilaku dan cara bertindak
yang telah terbentuk secara otomatis menjadi bagian yang hidup dalam sebuah komunitas pendidikan. Dasar pola perilaku dan cara
bertindak adalah norma sosial, peraturan sekolah, dan kebijakan pendidikan di tingkat lokal. Kultur sekolah dapat dikatakan seperti
kurikulum tersembunyi hidden curriculum, yang sesungguhnya lebihefektif mempengaruhi pola perilaku dan cara berpikir seluruh
anggota komunitas sekolah.
Di dalam pengertian ini, disebutkan bahwa kultur sekolah adalah kurikulum tersembunyi yang dimiliki oleh sekolah, dimana kurikulum
tersembunyi tersebut lebih pada mempengaruhi perilaku dan pola kehidupan seluruh warga di sekolah.
Kemudian Doni Koesoema A 2012: 125menyebutkan kultur sekolah terbentuk dari berbagai macam, pola perilaku, sikap, dan keyakinan-
keyakinan yang dimiliki oleh para anggota komunitas sebuah lembaga pendidikan. Budaya sekolah merupakan hasil dari berbagai bentuk pola
perilaku serta keyakinan yang ada di sekolah dan dimiliki oleh seluruh warga sekolah.
Budaya atau kultur sekolah adalah kumpulan nilai-nilai, norma-norma serta keyakinan seluruh warga sekolah yang mengikat seluruh warga
sekolah. hal tersebut sesuai dengan yang dijabarkan oleh Deal dan Kennedy.
31 “Dia memaparkan bahwa kultur sekolah adalah keyakinan dan nilai-
nilai milik bersama yang mengikat seluruh warga dalam sebuah masyarakat. Sejumlah keyakinan dan nilai disepakati secara luas di
sekolah, sejumlah kelompok memiliki kesepakatan terbatas di kalangan mereka tentang keyakinan dan nilai-nilai.Farida Hanum,
2
013: 195” Nasution 2011: 64-65 menyebutkan bahwa kehidupan di sekolah
serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut sebagai kultur sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “subculture”.
Sedangkan menurut Zamroni Buyung Surahman, 2010:11 kultur sekolah dapat diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah sekolah yang
tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai tertentu yang dianut sekolah. Misalnya, sekolah memiliki spirit dan nilai disiplin diri, tanggung
jawab, kebersamaan, kejujuran, dan semangat hidup. Spirit dan nilai tersebut mewarnai pembuatan struktur organisasi sekolah, penyusunan
deskripsi tugas, sistem dan prosedur kerja sekolah, dan tatatertib sekolah, hubungan vertikal dan horizontal antar warga sekolah, acara-acara ritual,
seremonial sekolah yang secara keseluruhan, dan cepat atau lambat akan membentuk kualitas kehidupan psikologis sekolah, yang selanjutnya akan
membentuk perilaku perorangan maupun kelompok warga sekolah. Dapat diketahui dari berbagai pengertian di atas bahwa, kultur sekolah
merupakan nilai-nilai, norma, aturan yang ada di sebuah sekolah dan berlaku bagi seluruh warga sekolah. Kultur sekolah yang ada di suatu
sekolah secara tidak langsung menjadi salah satu hal yang membedakan
32 sekolah tersebut dengan sekolah lainnya. Dengan kemampuan sekolah yang
dapat melahirkan kultur positif, maka sekolah tersebut dengan sendirinya akan mampu memberikan pengaruh positif pula terhadap karakter warga
sekolah. Kultur atau budaya sekolah yang ada di sekolah terdapat 3 macam
yaikni kultur atau budaya akademik, kultur atau budaya nasional dan lokal, dan kultur atau budaya demokratis. Menurut Darmiyati Zuchdi 2011:138-
139 ketiga kultur tersebut harusnya menjadi prioritas utama bagi sekolah untuk membangun kultur sekolah yang baik.
a. Kultur atau Budaya Akademik
Kultur akademik memiliki ciri pada setiap tindakan, keputusan, kebijakan, serta opini yang didukung oleh dasar akademik yang kuat.
Kultur akademik tercermin pada kedisiplinan dalam bertindak, kearifan dalam bersikap, serta kepiawaian dalam berpikir dan berargumentasi.
Artinya adalah budaya akademik merupakan sebuah budaya yang lebih mengacu pada berbagai bentuk sikap dan kegiatan yang berhubungan
dengan dunia
akademik. Hanifah
Nurhidayati 2011
juga mengungkapakan bahwa budaya akademik dapat dipahami sebagai
sebuah totalitas kehidupan serta kegiatan yang berhubungan dengan dunia akademik yang diamalkan dan dijalankan oleh seluruh warga
sekolah di dalam lembaga pendidikan atau sekolah. Ia juga berpendapat bahwa kultur akademik tercermin pada keilmuan, kedisiplinan dalam
33 bertindak, kearifan dalam bersikap serta kepiawaian dalam berfikir dan
dalam berargumentasi. Kultur akademik memiliki ciri-ciri, diantaranya adalah dimana
seluruh warga sekolah memiliki sifat kritis, objektif, analitis, kreatif, terbuka untuk menerima kritik, menghargai waktu, dan prestasi ilmiah,
memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, dinamis, dan berorientasi ke masa depan. Dari penjabaran mengenai kultur akademik
di atas, dapat diketahui bahwa kultur akademik lebih mengacu pada berbagai sikap dan tindakan seluruh warga sekolah yang berorientasi
pada pencapian dalam bidang akademik.Ciri —ciri lain dari kultur atau
budaya akademik dijabarkan oleh Kaelany 2010: 262 diantaranya adalah:
1 Kritis, yang berarti setiap insang akademik harus senantiasa
mengembangkan sikap senantiasa ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya,
2 Kreatif, yang berarti setiap insan akademik harus mengembangkan
sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi masyarakat,
3 Objektif, yang berarti kegiatan ilmiahyang dilakukan harus benar-
benar berdasarkan pada suatu kebenaran ilmiah, 4
Analitis, yang berarti suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan suatu prasarat untuk
tercapainyasuatu kebenaran ilmiah, 5
Konstruktif, merupakan suatu kegiatan ilmiah yang merupakan budaya akademik harus benar-benar mampu mewujudkan suatu
karya baru yang mampu memberi kebermanfaatan kepada masyarakat,
6 Dinamis, yang berarti ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus
senantiasa dikembangkan, 7
Dialogis menerima kritik, artinya dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus memberikan ruang
kepada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik dan mendiskusikannya,
34 8
Menerima kritik, ciri ini sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis, yaitu setiap insan akademik harus senantiasa bersifat
terbuka terhadap kritik, 9
Menghargai prestasi ilmiah akademik, masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dan
kegiatan ilmiah, 10
Bebas dari prasangka, yang memiliki arti bahwa budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu herus mendasarkan
kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah, 11
Menghargai waktu, yang berarti bahwa maasyarakat intelektual harus senantiasa memanfaatkan waktu seefektif mungkin dan
seefisien mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi, 12
Memilliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, artinya suatu masyarakat akademik harus benar-benar memiliki karakter ilmiah
sebagai inti pokok budaya akademik, 13
Berorientasi ke masa depan, suatu masyarakat akademik harus mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan
dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional, 14
Kesejawatan kemitraan, suatu masyarakat ilmiah harus memiliki rasa persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu kerja sama
yang baik.
b. Kultur atau budaya nasional dan lokal
Budaya nasional tercermin pada pengembangan sekolah yang memelihara, membangun, dan mengembangkan budaya bangsa yang
positif dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya. c.
Kultur atau Budaya demokratis Kultur demokratis menampilkan corak kehidupan
yang menakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun kemajuan.
Warga sekolah
selalu bertindak
objektif, transparan
serta bertanggungjawab.
3. Identifikasi Kultur Sekolah