Identifikasi Kultur Sekolah Kultur Sekolah

34 8 Menerima kritik, ciri ini sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis, yaitu setiap insan akademik harus senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik, 9 Menghargai prestasi ilmiah akademik, masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dan kegiatan ilmiah, 10 Bebas dari prasangka, yang memiliki arti bahwa budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu herus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah, 11 Menghargai waktu, yang berarti bahwa maasyarakat intelektual harus senantiasa memanfaatkan waktu seefektif mungkin dan seefisien mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi, 12 Memilliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, artinya suatu masyarakat akademik harus benar-benar memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik, 13 Berorientasi ke masa depan, suatu masyarakat akademik harus mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional, 14 Kesejawatan kemitraan, suatu masyarakat ilmiah harus memiliki rasa persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu kerja sama yang baik. b. Kultur atau budaya nasional dan lokal Budaya nasional tercermin pada pengembangan sekolah yang memelihara, membangun, dan mengembangkan budaya bangsa yang positif dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya. c. Kultur atau Budaya demokratis Kultur demokratis menampilkan corak kehidupan yang menakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun kemajuan. Warga sekolah selalu bertindak objektif, transparan serta bertanggungjawab.

3. Identifikasi Kultur Sekolah

Kultur sekolah terdiri dari beberapa lapisan yang memiliki fungsi masing-masing. Stolp dan Smith dalam Farida Hanum 2013: 204 membagi 35 tiga lapisan kultur yaitu, artifak di permukaan, nilai-nilai dan keyakinan di tengah, dan asumsi di dasar. Farida Hanum 2013 menyebutkan bahwa artifak adalah lapisan kultur sekolah yang segera dan paling diamati seperti aneka halritual sehari- hari di sekolah, berbagai upacara, benda-benda simbolik di sekolah, dan aneka ragam kebiasaan yang berlangsung di sekolah. Kultur ini cepat dirasakan ketika seseorang mengadakan kontak langsung dengan suatu sekolah. Artifak merupakan berbagai hal serta ritual dan kebiasaan yang ada di sekolah, dimana kultur ini dapat dirasakan ketika kita beada di sekolah tersebut. Pendapat tersebut didukung oleh Wirawan 2007: 41, ia memaparkan bahwa artifak adalah dimensi isi budaya organisasi yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Ketika kita masuk ke dalam lingkungan suatu organisasi, kita dapat melihat dan merasakan dengan jelas artifak budaya organisasinya. Dalam pengertian ini artifak adalah bagian dari budaya sekolah dimana budaya tersebut dapat terlihat dan dirasakan ketika kita berada di lingkungan sekolah tersebut. Lapisan kultur yang lebih dalam berupa nilai-nilai dan keyakinan- keyakinan yang ada di sekolah, yang merupakan ciri utama sekolah. sebagian berupa norma-norma perilaku yang diiinginkan sekolah seperti ungkapan rajin pangkal pandai, air beriak tanda tak dalam, dan berbagai penggambaran nilai dan keyakinan lainnya. 36 Lapisan paing dalam kultur sekolah adalah asumsi-asumsi yaitu simbol-simbol, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan yang tidak dapat dikenali tetapi terus menerus berdampak terhadap perilaku warga sekolah. Berikut adalah gamabar lapisan-lapisan kultur sekolah: Gamabar 2. Lapisan-Lapisan Kultur Sekolah Dari lapisan-lapisan kultur sekolah di atas, dapat diketahui bahwa kultur sekolah tidak hanya terdiri dari norma-norma dan aturan yang ada di sekolah saja namu, kultur sekolah mencakup segala hal yang berkaitan dengan sekolah tersebut. Untuk lebih jelasnya, Farida Hanum 2013: 206- 207 mengidentifikasikan kultur sekolah menjadi beberapa bagian, yaitu: 1 Kultur Positif, Negatif dan Netral Beberapa fenomena yang mudah dikenali dan diyakini mencerminkan berbagai aspek kultural, masing-masing dalam kaitannya dengan “kualitas, moralitas, dan multikulturalitas”. Artifak terkait kultur positif terdiri dari: a Ada ambisi untuk meraih prestasi, pemberian penghargaan pada yang berprestasi. b Hidup semangat menegakkan sportivitas, jujur, mengakui keunggulan pihak lain. c Saling menghargai perbedaan. d Trust saling percaya. Sedangkan artifak terkait kultur negatif antara lain: a Banyak jam kosong, dan absen dari tugas. b Terlalu permisif terhadap pelanggaran nilai-nilai moral. Nilai Keyakinan Artifak Asumsi 37 c Adanya friksi yang mengarah pada perpecahan, terbentuknya kelompok yang saling menjatuhkan. d Penekanan pada nilai pelajaran bukan pada kemampuan. e Artifak yang netral muatan kultural. f Kegiatan arisan sekolah, jumlah fasilitas sekolah, dan sebagainya. 2 Artifak, Nilai, Keyakinan dan Asumsi Dalam kaitannya dengan kebutuhan pengembangan kultur sekolah, yang perlu dipahami adalah bahwa kultur hanya dapat dikenali melalui pencerminannya pada berbagai hal yang dapat diamati yang disebut dengan artifak. Farida Hanum 2013: 206-207 menjabarkan bahwa artifak dapat berupa: a Perilaku verbal: ungkapan lisan tulis dalam bentuk kalimat dan kata-kata. b Perilaku Nonverbal: ungkapan dalam tindakan. c Benda hasil budaya: arsitek, interior, lambang, tata ruang, mebelair, dan sebagainya. Sedangkan, dibalik artifak tersembunyi kultur yang dapat berupa: a Nilai-nilai: mutu, disiplin, toleransi dan sebagainya. b Keyakinan: tidak kalah dengan sekolah lain bila mau kerja keras. c Asumsi: semua anak dapat menguasai bahan pelajaran, hanya waktu yang diperlakukan berbeda.

4. Unsur Kultur Sekolah