Budaya Menghargai Waktu Gambaran Kultur Budaya Akademik

102 bagaimana budaya berfikir posistif yang mereka lakukan. Semakin siswa memiliki budaya berbudaya positif, semakin maksimal pula ka rya yang mereka hasilkan” wawancara dengan SW, 23 April 2015 Dari petikan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa monitoring kegiatan yang berkaitan dengan budaya berfikir positif di SMK N 1 Kasihan dilakukan dengan melalui guru dan wali kelas. Hal tersebut dikarenakan guru dan wali kelas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan siswa dan hampir setiap hari mengetahui keseharian siswa. Monitoring dan evaluasi kegiatan yang berkaitan dengan budaya berfikir positif dilakukan dengan melihat karya yang dihasilkan oleh siswa untuk memenuhi tugas akhir.

e. Budaya Menghargai Waktu

Budaya menghargai waktu merupakan salah satu budaya yang sedang digalakkan di SMK N 1 Kasihan. Budaya menghargai waktu sendiri merupakan budaya akademik yang lebih mengacu kepada kedisiplinan dan pemanfaatan waktu. Sekolah tersebut merasa bahwa budaya menghargai waktu yang dimiliki oleh warga sekolah masih rendah, karena itu sekolah memiliki kebijakan agar seluruh warga sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya memiliki budaya menghargai waktu. Kebijakan sekolah yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan budaya menghargai waktu adalah dengan adanya peraturan sekolah dan kontrak belajar. Sekolah menggalakkan budaya menghargai waktu dikarenakan kesadaran warga sekolah yang masih rendah dan sekolah ingin merubah pandangan 103 masyarakat tentang seniman. Selama ini masyarakat berpandangan bahwa seniman tidak bisa menghargai waktu, oleh karena itu SMK N 1 Kasihan yang merupakan sekolah kesenian ingin merubah pandangan masyarakat tersebut. berikut adalah petikan wawancara dengan salah seorang guru mengenai kebijakan sekolah yang terkait dengan budaya menghargai waktu: “untuk waktu ini kami sedang berjuang, selama ini pandangan orang tentang seniman adalah selalu molor. Sekarang mengikuti perkembangan jaman yg menuntut selalu cepat maka kita harus dituntut agar selalu tepat. Upaya yang kita lakukan untuk menggalakkan disiplin waktu ini dengan adanya kontrak belajar” wawancara dengan EP, 22 April 2015 Kebijakan sekolah terkait dengan budaya menghargai waktu di SMK N 1 Kasihan tidak hanya tertuang dalam bentuk kontrak belajar antara guru dan siswa saja, namun juga tertuang di dalam peraturan sekolah, berikut petikan wawancara dengan guru terkait dengan kebijakan sekolah tersebut: “...budaya menghargai waktu sangat berpengaruh dalam kegiatan kami di sekolah maupun luar sekolah. untuk menumbuhkan budaya menghargai waktu kita ada peraturan sekolah...” wawancara dengan RB, 12 Mei 2015 Selain guru, terdapat siswa yang memiliki pendapat yang sama terkait dengan kebijakan sekolah guna menggalakkan budaya menghargai waktu yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah. Berikut adalah petikan wawancara salah seorang siswa terkait dengan kebijakan sekolah tersebut: “pasti ada mbak, dalam bentuk peraturan sekolah sama kontrak belajar...” wawancara dengan MY, 5 Mei 2015 104 Dari petikan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kebijakan SMK N 1 Kasihan terkait dengan budaya menghargai waktu sudah ada, bentuk dari kebijakan tersebut adalah berupa kontrak belajar dan peraturan sekolah. Sekolah memiliki kebijakan tersebut dikarenakan budaya menghargai waktu sedang digalakkan di sekolah tersebut, selain itu sekolah berkeinginan untuk merubah pandangan masyarakat mengenai seniman yang celelekan atau tidak bisa menghargai waktu. Selain itu, berbagai kegiatan di sekolah sangat dipengaruhi oleh bagaimana warga sekolah terutama siswa mengatur waktu mereka. Salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah agar kebijakan sekolah dapat dikenal, diakui dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah adalah dengan pengenalan atau sosialisasi. Sosialisasi terkait dengan kebijakan sekolah berupa kontrak belajar dan peraturan sekolah yang merupakan kebijakan sekolah untuk menumbuhkan budaya menghargai waktu di kalangan seluruh warga sekolah dilakukan dengan sosialisasi langsung kepada siswa. Sosialisasi yang dilakukan sekolah adalah dengan cara memberitahukan secara langsung dan memberikan himbauan langsungkepada siswa kebijakan dan peraturan sekolah tersebut. Berikut adalah kutipan wawancara dengan salah seorang guru terkait dengan kebijakan untuk menumbuhkan budaya menghargai waktu: 105 “untuk mensosialisasikan peraturan sekolah, biasanya setiap awal pembelajaran guru selalu memberitahukan peraturan sekolah. selain itu juga guru tidak henti-hentinya menghimbau siswa untuk selalu menghargai waktu” wawancara dengan RB, 12 Mei 2015 Selain melalui pemberitahuan langsung dari guru atau wali kelas, sosialisasi yang dilakukan juga dengan memberikan peraturan sekolah dalam bentuk selebaran kepada siswa. Hal tersebut sesuai dengan petikan wawancara dari salah seorang guru mengenai hal tersebut: “kalo peraturan biasanya guru-guru mebacakannyakepada anak-anak tapi ada juga yang diperbanyak dan dibagikan kepada anak- anak...” wawancara dengan PS, 7 Mei 2015 Dari petikan wawancara di atas, dapat di ketahui bahwa cara sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah untuk mengenalkan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan budaya menghargai waktu dilakukan dengan melaului sosialisasi langsung. Sosialisasi langsung yang dilakukan adalah dengan memberikan himbauan dan memberikan peraturan sekolah dalam bentuk selebaran kepada siswa. Hal tersebut dirasa sudah mampu membuat kebijakan sekolah tersebut dikenal, diakui dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah terutama siswa. Hal serupa mengenai cara sekolah mensosialisasikan kebijakan sekolah juga diungkapkan oleh salah sorang siswa, berikut adalah kutipan wawancara tersebut: “kalau peraturan dan kontrak belajar, guru sering mengingatkan kita juga. Karena kita juga sadar kalo yang kita lakukan sangat bergantung dari pinter-pinternya kita bagi waktu mbak” wawancara dengan AB, 6 Mei 2015 106 Setelah proses sosialisasi atau pengenalan, kebijakan sekolah yang terkait dengan budaya menghargai waktu dapat dikenal, diakui dan dilaksanakan oleh warga sekolah terutama siswa. Kebijakan sekolah yang tertuang dalam bentuk kontrak belajar dan peraturan sekolah tersebut dilaksanakan dalam berbagai kegiatan siswa di sekolah, namun untuk kontrak belajar memiliki lingkup yang lebih kecil karena hanya mencakup kegiatan selama pembelajaran. Sedangkan untuk peraturan sekolah mencakup berbagai aspek kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah. Salah seorang guru berpendapat bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah yang berupa peraturan sekolah dan kontrak belajar lebih kepada pelaksanaan ketika proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Berikut adalah petikan wawancara guru tersebut: “pelaksanaannya dlm kbm, dengan rambu-rambu berupa kontrak belajar, kaitan dengan silabi, tatib, tugas-tugas dan evaluasi wawancara dengan SW, 23 April 2015 Hal tersebut juga diungkapkan oleh guru lain yang menjadi responden dalam penelitian, guru tersebut mengungkapkan bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah tersebut lebih dalam pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran, berikut adalah kutipan wawancara tersebut: “untuk pelaksanaan budaya menghargai waktu dilakukan secara langsung oleh guru dan wali kelas saat kegiatan pembelajran atau di luar jam pelajaran wawancara dengan AS, 23 April 2015 107 Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan budaya menghargai waktu lebih kepada pelaksanaandalam kegiatan pembelajaran. Hal yang sama mengenai pelaksanaan kebiajakan yang berkaitan dengan budaya menghargai waktu juga diungkapkan oleh salah seorang siswa, berikut kutipan wawancara tersebut: “pelaksanaannya biasanya ketahuannya pas praktik atau pertunjukan mbak, siswa yang tidak bisa bagi waktu pasti keteteran pas pertunjukan ” wawancara dengan AB, 6 Mei 2015 Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan sekolah, perlu adanya pengawasan dan evaluasi memantau dan mengetahui berbagai macam kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Pengawasan atau monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah adalah melalui wali kelas dan guru BK, namun sebenarnya budaya menghargai waktu adalah tanggung jawab seluruh warga sekolah sehingga seluruh warga sekolah memiliki kewajiban untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan budaya menghargai waktu tersebut. Monitoring dan evaluasi untuk kebijakan tersebut dilakukan lebih pada pengawasan bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Berikut adalah kutipan wawancara salah seorang guru yang berkaitan dengan cara sekolah melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan terebut: 108 “pengawasan pemanfaatan waktu biasanya lebih pada guru piket dan guru BK, namun kami seluruh warga sekolah memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terkait peman faatan waktu atau kedisiplinan” wawancara dengan RB, 12 Mei 2015 Tanggung jawab seluruh warga sekolah dalam hal monitoring dan evalusi kebijakan sekolah terkait dengan budaya menghargai waktu juga diungkapkan oleh guru lain, berikut kutipan wawancara tersebut: “monitorig budaya menghargai waktu disini lebih dilihat pada kedisiplinan siswa. Jadi pengawasan dilakukan oleh seluruh warga sekolah” wawancara dengan AS, 23 April 2015 Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa pengawasan atau monitoring terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan budaya menghargai waktu dilakaukan lebih pada guru wali kelas, guru piket dan guru BK. Namun, seluruh warga sekolah juga memiliki tanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut karena budaya mengharga waktu adalah tanggung jawab seluruh warga sekolah. Budaya menghargai waktu di SMK N 1Kasihan lebih kepada kedisiplinan siswa dalam megnikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.

3. Pengembangan Kultur Akademik