132 tersebut memiliki peran cukup penting dalam pencapaian visi dan misi
sekolah. Karena apabila sekolah hanya memiliki tenaga pendidik yang hanya sekedar mengajar saja, hal tersebut akan menghambat dalam
pelaksanaan berbagai kebijakan, program dan kegiatan
yang dilaksanakan oleh sekolah.
Faktor lain yang menjadi pendukung adalah sekolah memiliki kepala sekolah yang berkompeten sesuai dengan bidang keahlian di SMK
N 1 Kasihan. Hal tersebut juga memiliki peran yang cukup besar dalam pencapaian visi dan misi sekolah. Dengan adanya kepala sekolah yang
sesuai dengan jurusan, maka sekolah akan lebih mempermudah kinerja kepala sekolah itu sendiri dan seluruh warga sekolah.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam menumbuhkan Budaya
atau Kultur Akademik
Dari hasil penelitian, dalam pelaksanaan kebijakan dan kegiatan untuk menumbuhkan dan meningkatakan budaya atau kultur akademik di
SMK N 1 Kasihan menghadapi beberapa kendala. Selain dihadapkan dengan berbagai kendala, pelaksanaan kebijakan dan kegiatan yang
berkaitan dengan budaya atau kultur akademik juga didukung oleh beberapa faktor. Faktor yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan
kebijakan dan kegiatan tersebut adalah sebagian besar berasal dari siswa, yang pertama adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu
besarnya minat siswa terhadap jurusan yang mereka pilih.
133 Faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam pelaksanaan
kebijakan program kegiatan untuk menumbuhkan dan meningkatkna budaya atau kultur akademik. Faktor lain yang menjadi pendukung
adalah SMKI memiliki sarana prasarana yang lengkap guna mendukung kegiatan belajar siswa. SMKI memiliki sarana prasarana sekolah yang
lengkap baik untuk kegiatan pembelajaran teori atau kejuruan. Berbagai sarana prasarana sekolah sudah sesuai dengan standar pendidikan.
Faktor pendukung lain dalam upaya membangun budaya atau kultur akademik adalah interaksi antara Kepala Sekolah, guru, karyawan
dengan siswa. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa interaksi yang terjalin di SMKI sangat baik. Interaksi yang terjadi adalah bentuk
interaksi yang tidak kaku, siswa sangat nyaman berinteraksi dengan seluruh warga sekolah. Hal tersebut mendukung dalam upaya
menumbuhkan budaya atau kultur akademik karena siswa menjadi lebih dekat dengan guru dan Kepala Sekolah. Sehingga guru akan lebih mudah
untuk melaksanakan
berbagai kebijakan
dan kegiatan
untuk menumbuhkan budaya akademik.
Selain itu, faktor pendukung lain yang berpengaruh dalam menumbuhkan budaya atau kultur akademik adalah dukungan dari orang
tua siswa. Sebagian besar siswa SMKI yang berasal dari keluarga seniman secara tidak langsung berpengaruh dalam menumbuhkan budaya
atau kultur akademik. Karena siswa yang memiliki latar belakang keluarga seniman akan mendapatkan dukungan dari kelurga dalam
134 berbagai bentuk. Seperti fasilitas, dukungan moral dan relasi seniman
dari keluarga. Sehingga siswa yang berasal dari kelurga seniman sebagian besar memiliki kultur atau budaya akademik khususnya yang
berkaitan dengan jurusan, yang lebih baik. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan kebijakan
program kegiatan untuk menumbuhkan budaya atau kultur akademik kepada siswa adalah rendahnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk mata pelajaran teori. Hal tersebut menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan program kegaitan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan budaya atau kultur akademik, karena sebagian besar kebijakan program kegiatan tersebut pelaksanaannya
terintegrasi dalam kegaitan belajar siswa dalam kelas. Oleh karena itu, pelaksanaan kebijakan program kegiatan akan
terganggu. Selain faktor rendahnya minat siswa, faktor lain yang menghambat pelaksanaan kebijakan program kegiatan tersebut adalah
rendahnya kesadaran siswa dalam hal kedisiplinan. Selain kedisiplinan, faktor penghambat lainnya adalah terbatasnya tempat industri untuk
melaksanakan kegiatan PI Praktik Industri. Hal tersebut dikarenakan saat ini masih jarang ditemui industri kesenian yang sesuai dengan
bidang keahlian di SMKI. Faktor lain yang menjadi penghambat adalah sekolah mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bacaan yang
berkaitan dengan mata pelajaran produktif atau kejuruan.
135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan