10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Anak Berkesulitan Belajar
1.
Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah kelompok gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan menggunakan kemampuan mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, berfikir atau kemampuan matematis J. David Smith, 1989:1. Kesulitan belajar khusus suatu kondisi
ketidakmampuan nyata pada orang yang memiliki intelegensi superior, memiliki system sensori yang cukup, dan kesempatan belajar yang cukup.
Kondisi tersebut berpengaruh pada harga diri, pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.
Kesulitan belajar atau disebut Learning Disability merupakan suatu hambatan yang sering dialami oleh siswa pada kelas dasar sehingga
memperoleh hasil belajar yang rendah Dikutip dari Mulyono Abdurahman 2003:6-8 definisi kesulitan belajar pertama kali diungkapkan oleh The
United Stated Office Education USOE tahun 1977 yang dikenal dengan public law PL 94-142, kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan
tersebut berupa kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Potensi kecerdasan yang dimiliki baik
tapi prestasi yang dimiliki rendah, yang bukan disebabkan oleh tunanetra,
11
tunarungu, terbelakang mental, gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau budaya.
Depdikbud 1996: 1-2 menjelaskan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-hambatan tersebut mungkin dirasakan atau mungkin
tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan proses
belajar mengajar. Pendapat lain menurut Hamiil, et al., kesulitan belajar adalah beragam
bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendegarkan, bercakap- cakap, membaca, menulis, menalar, danatau berhitung. Gangguan tersebut
berupa gangguan instrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Nini Subini, 2012:14.
Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian kesulitan belajar, sehingga
dapat disimpulkan
bahwa kesulitan
belajar adalah
ketidakmampuan dalam menghubungkan antara stimulus materi satu dengan yang lainnya, sehingga tidak dapat diproses dalam bentuk tertulis
maupun lisan, ketidakmampuan ini menyebabkan prestasi belajar siswa rendah.
Subjek dalam penelitian ini diduga sebagai anak berkesulitan belajar spesifik yang didasarkan pada bukti observasi dan wawancara yang
disesuaikan dengan asesmen yang mengacu pada National Joint
12
Committee on Learning Disabilities NJCLD, diketahui bahwa: a subjek mengalami kesulitan membaca permulaan terutama pada kata KV KV dan
KV KVK diketahui jenis kesalahan typical error yang dilakukan adalah mengganti konsonan pada kata subtitusi, b berdasarkan hasil observasi,
diketahui bahwa subjek memiliki kemampuan yang menonjol, kemampuan mendengar auditory comprehension, dan kemampuan kognitif yakni
problem solving. 2.
Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual dan emosi sosial. Sehingga dalam proses pembelajaran
pun mereka mengalami kesulitan belajar yang berbeda-beda pula. Menurut Gallagher 1986, kesulitan belajar dapat dikelompokan
menjadi dua kelompok besar yaitu developmental learning disabilities dan kesulitan belajar akademis. Komponen utama pada developmental learning
disabilities antara lain perhatian, memori, gangguan persepsi visual dan motorik, berpikir dan gangguan bahasa. Sedangkan kesulitan belajar
akademis termasuk ketidakmampuan pada membaca, mengeja, menulis, dan berhitung. Suparno, 2006:45.
Anak berkesulitan belajar umum secara nyata mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik
disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak
13
tersebut berisiko tinggi tinggal kelas. Suparno, 2006:46 menjelaskan Berdasarkan jenis kesulitannya dibagi menjadi dua:
a. Kesulitan belajar umum
Anak berkesulitan belajar berbeda dengan anak tunagrahita. Anak berkesulitan belajar umum biasanya ditandai dengan prestasi belajar yang
rendah untuk hampir semua mata pelajaran atau nilai rata-rata jauh di bawah rata-rata kelas sehingga mempunyai risiko cukup tinggi untuk
tinggal kelas. Kesulitan belajar tersebut disebabkan karena IQ yang rendah. Pada umumnya anak yang mengalami kesulitan belajar karena
mempunyai inteligensi di bawah rata-rata yakni dengan IQ antara 70-90. Mereka sulit untuk menangkap pelajarn dan umumnya bersekolah di
sekolah - sekolah umum. Anak berkesulitan belajar ada kemungkinan juga mengalami gangguan
fisik, sosial dan mental yang ringan sehingga cukup mengganggu mereka dalam menangkap pelajaran. Anak yang mengalami gangguan penglihatan
jauh akan merasa kesulitan jika ditempatkan di tempat duduk paling belakang, demikian juga dengan anak yang mengalami gangguan
pendengaran ringan. Anak yang memilki inteligensi di bawah rata-rata slow learner memerlukan penjelasan dengan menggunakan berbagai
metode dan dilakukan berulang-ualang agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik. Anak yang mengalami gangguan tingkah laku
memerlukan perhatian yang cukup terhadap persoalan sosial yang dihadapinya agar dapat mengonsentrasikan diri pada pelajaran.
14
b. Kesulitan belajar akademik
Kesulitan belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar akademik. Dikatakan
anak mengalami kesulitan akademik karena anak mengalami kesulitan pada bidang membaca, menulis dan berhitung. Kesulitan akademik dapat
diketahui guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Mulyono Abdurrahman 2003:13
Menurut Sugihartono, dkk 2007:165, langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
1 Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, dengan cara mengenali latar
belakang baik psikologis maupun nonpsikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui:
a Analisis perilaku, diketahui melalui observasi atau laporan proses
pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran dapat diketahui tentang:
1 Cepat lambatnya menyelesaikan tugas, guru menentukan batas
waktu pengerjaan ketika memberikan tugas kepada siswa. Hal ini bisa dipakai sebagai dasar menentukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Dalam prakteknya guru harus mencatat waktu yang diperlukan masing-masing siswa untuk
menyelesaikan tugas. Siswa yang diduga mengalami kesulitan
15
belajar apabila waktu yang dibutuhkan dan frekuensi keterlambatannya paling banyak dalam menyelesaikan tugas.
2 Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran.
Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara tertib merupakan indikator siswa yang dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Dan sebaliknya siswa yang sering absen, tidak tekun, membolos, malas, dapat diduga siswa
tersebut mengalami kesulitan belajar. 3
Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok. Pada beberapa pembelajaran siswa dituntut untuk bisa
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa lain atau dalam kelompoknya, misalnya kemampuan mengemukakan pendapat,
bertanya, menyanggah, menolak atau menerima pendapat. Dengan mengamati dan mencermati setiap tindakan siswa ketika
dalam kelompok, maka guru akan mendapatkan gambaran tentang siswa-siswa yang mengalami kesuliatan belajar.
4 Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial.
Pada mata pelajaran tertentu siswa dituntut untuk mampu bekerja dalam kelompok, siswa harus bisa bekerjasama, saling
menerima, saling percaya, dan menyenangi teman seanggota. Sehingga guru harus mengetahui hubungan sosial sehari-hari
siswa ketika di kelas.
16
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan belajar dibagi menjadi dua berdasarkan kesulitannya yakni kesulitan
belajar umum dan kesulitan belajar akademik. Untuk mengetahui bahwa seorang anak mengalami kesulitan belajar adalah dengan menganalisa
perilaku, kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran, peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok, dan kemampuan kerja sama dan
penyesuaian sosial. 3.
Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan
Menurut Stanovich, Nathan dan Vala-Rossi tanda paling jelas yang menunjukan seorang anak mengalami kesulitan membaca adalah ketika
seorang anak menunjukan telah terjadi kegagalan membaca menyamai teman-teman seusianya dan tertinggal jauh dari teman seusianya. Jessica
Grainger 2003:172 Menurut Nini Subini 2012:54-55, ciri-ciri anak yang mengalami
kesulitan belajar membaca antara lain: a.
Inakurasi dalam membaca, seperti membaca lambat kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi naik turun tidak
teratur; b.
Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proposional;
c. Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata;
d. Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya;
e. Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa;
17
f. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca, artinya anak tidak
mengerti isi ceritateks yang dibacanya; g.
Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata; h.
Sulit mengeja dengan benar; i.
Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya;
j. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata.
Data yang diberikan oleh Hangrove 1981:171 dalam Mulyono Abdurrahman 2003:206 tentang kesalahan yang banyak dilakukan
oleh anak berkesulitan belajar membaca permulaan adalah sebagai berikut:
a. Penghilangan kata atau huruf;
b. Penyelipan kata;
c. Penggantian kata;
d. Pengucapan kata salah dan makna berbeda;
e. Pengucapan kata salah tetapi makna sama;
f. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna;
g. Pengucapan kata dengan bantuan guru;
h. Pengulangan;
i. Pembalikan kata;
j. Pembalikan huruf;
k. Kurang memperhatikan tanda baca;
l. Pembetulan sendiri;
18
m. Ragu-ragu;
n. Tersendat-sendat.
Karakteristik yang sering terlihat pada anak – anak yang termasuk
berkesulitan membaca ini menurut Reid Hresko 1981 adalah 1 membacanya lamban, naik turun intonasinya, dan kata demi kata, 2 sering
membalik – balik huruf dan kata – kata, 3 pengubahan huruf pada kata, 4
terjadi kekacauan pada kata – kata yang hanya berbeda sedikit susunannya,
misal; bau, buah, bat u, buta, dan 5 sering menerka dan sering mengulangi kata
– kata atau frasa. M. Shodiq, 1995 dalam Suparno 2006:52. Tidak semua dari ciri-ciri tersebut terdapat pada setiap anak yang
memiliki kesulitan belajar membaca, ada beberapa ciri ciri menonjol yang terlihat dan menunjukkan spesifikasi kesulitan yang di alami. Sehingga pada
akhirnya yang terlihat adalah kemampuan membaca anak berada dibawah kemampuan membaca dari teman seusianya dan.
B. Kajian Tentang Membaca Permulaan