Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesulitan belajar merupakan suatu hambatan yang sering dialami oleh siswa pada kelas dasar sehingga memperoleh hasil belajar yang rendah. Kesulitan belajar yang sering ditemui adalah kesulitan membaca. Seorang anak yang mengalami kesulitan belajar terutama dikelas rendah sering dicap sebagai anak yang bodoh karena gagal mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Bender tahun 2004 yang menjelaskan bahwa kendala kesulitan belajar membaca paling banyak ditemui pada anak- anak, lebih dari 50 beresiko kesulitan belajar membaca, bahkan diperkirakaan siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca paling banyak jumlahnya mengalami masalah pelajaran sekolah sebesar 90. Kak Shanti 2012:29. Menurut penelitian Pierson tahun 2002 mengatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca menduduki peringkat tinggi diantara kesulitan belajar yang lain, persentasenya sebesar 80. Kak Shanti 2012:29. Gorman C dalam Majalah Time tertanggal 31 Agustus 2003 mengemukakan sekitar 10 - 20 anak usia sekolah dasar mengalami kesulitan membaca Pujaningsih, 2006: 85. Menurut data dari Kompas, 2008 di antara negara-negara yang memiliki problem kesulitan belajar membaca, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki problem kesulitan belajar membaca Kak Shanti 2012:29. Penelitian lain oleh National Institute of 2 Child and Health Development NICHD; Lyon, 1998 dalam Jessica Grainger 2003 : 4 diketahui bahwa 5 dari siswa yang akan masuk sekolah sudah siap membaca secara natural tanpa instruksi secara formal, yang lainnya 20 sampai 30 siswa belajar membaca dengan mudah dengan menggunakan instruksi, untuk 20 sampai 30 siswa belajar membaca lebih keras dan membutuhkan bimbingan yang lebih banyak, dan sisanya 30 siswa belajar membaca membutuhkan bimbingan intensif. Menurut National Reading Panel NRP, 2000 dan National Early Literacy Panel NELP, 2009 dalam William D. Bursuck 2003:5 diidentifikasi ada lima kunci kemampuan bagi anak yang beresiko antara lain, kesadaran fonemik, fonik, membaca bermakna, perbendaharaan benda, dan membaca pemahaman. Bryan dan Bryan dalam Mulyono Abdurahman 2003:204 mendefinisikan kesulitan membaca sebagai sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dalam waktu, arah, dan masa. Lerner dalam Mulyono Abdurrahman 2003:200 mengatakan jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi dalam kelas – kelas berikutnya. Mercer dalam Mulyono Abdurahman 2003:200 menyampaikan bahwa kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial – budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional. 3 Tingkatan membaca permulaan adalah pembaca yang belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sebenarnya tetapi masih dalam tahap belajar memperoleh keterampilan membaca. Kegiatan belajar membaca dalam tingkat ini adalah kegiatan mengenal bahasa tulisan yang mengharuskan pembacasiswa dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi tersebut. kemampuan menghubungkan bunyi dengan simbol juga akan menentukan kemampuan anak dalam menulis dan membaca, selanjutnya dibutuhkan kerjasama dengan faktor-faktor lain termasuk orang tua dan guru yang dapat membimbing bersama serta memberikan metode yang sesuai untuk memberi pengajaran keterampilan membaca pada anak. Menurut Stanovich 1986 dalam Jessica Grainger, 2003:184. “mengidentifikasikan bahwa kesadaran fonemis memberikan kontribusi tunggal kepada pembaca yang secara signifikan sumbangannya lebih besar daripada intelegensi atau faktor lain manapun yang telah diduga beperan dalam kelemahan membaca. Metode fonik ini merupakan suatu metode yang dapat diterapkan siswa berkesulitan belajar membaca yang menghabiskan sebagian besar waktunya dalam kelas regular, mereka memerlukan penanganan yang lebih dari siswa pada umumnya. Pernyataan ini didukung atas hasil kerja Marsh, Friedman, Welch dan Desberg 1980, Campbell 1985 dan Goswani 1988 : “menunjukan fakta bahwa bila diberikan latihan fonemis anak belajar menggenelralisasikan dengan analogi dari satu kelompok bunyi yang mirip dalam struktur bunyi awal persajakan. Jessica Grainger, 2003:214. 4 Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap seorang siswa kelas 2 ditemukan permasalahan. Masalah tersebut berkaitan tentang kemampuan membaca permulaan siswa yang rendah dibanding siswa yang lain. Siswa tersebut diduga mengalami kesulitan belajar spesifik suspect. Hal ini didukung dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa prestasi belajar anak dan potensi yang dimiliki mengalami kesenjangan, anak memiliki kemampuan berpartisipasi memecahkan permasalahan dalam kelompok dengan baik, dan memiliki prestasi belajar di bidang studi lain yakni kesenian. Panca indera yang dimiliki tidak bermasalah dan memiliki kemampuan auditori yang baik. Siswa sudah mampu menyebutkan huruf namun ketika mengidentifikasi huruf, diketahui siswa mengalami kesulitan pada beberapa huruf yakni, b d e f g j m n p q r v w y . Siswa mengalami kesulitan membaca dalam menggabungkan huruf yang sudah di ketahui menjadi suku kata, kata dan kalimat sehingga berdampak pada prestasi di setiap mata pelajaran. Sikap siswa sering menolak belajar membaca dan sering menghindari pelajaran membaca juga dapat berpengaruh terhadap cara belajar siswa menjadi kurang berlatih membaca dan akhirnya siswa tersebut tidak berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain kesulitan yang dihadapi siswa, ditemukan saat peneliti melakukan pengamatan adalah metode yang digunakan guru kelas dalam pembelajaran membaca di kelas menggunakan metode eja yang didukung dengan buku pelajaran saja. Selain metode eja, guru menggunakan metode drill untuk pembelajaran membaca. Materi yang diberikan disama ratakan belum 5 disesuaikan dengan kemampuan tiap siswa padahal kemampuan setiap anak tidak sama membuat prestasi siswa tertinggal dari teman-temannya. Hasil observasi menunjukkan belum adanya metode maupun media alternatif yang digunakan secara khusus dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaannya oleh guru. Mengingat pentingnya metode dan media dalam pembelajaran, khususnya bagi siswa yang memiliki kesulitan belajar membaca maka keduanya perlu diterapkan dalam setiap proses pembelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan belajar membutuhkan inovasi metode maupun media yang sesuai dengan kebutuhannya untuk dapat membantu mempermudah belajar siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran membaca adalah metode fonik. Metode fonik menurut Abudarrahman 2003:215 menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi. Anak diajak mengenal bunyi huruf, kemudian mensintesiskan huruf- huruf menjadi suku kata dan kata. Metode fonik adalah suatu metode belajar bahasa yang menggunakan pendekatan dengar, tulis dan baca. Huruf dibaca berdasarkan bunyi pelafalan bahasa indonesia. Sehingga melalui metode fonik anak bisa mengenal bentuk huruf dan bunyi huruf dengan baik dan benar Penelitian ini dilaksanakan karena memahami kemampuan membaca menjadi hal paling mendasar bagi siswa. serta melihat adanya sebuah permasalahan di sekolah menjadikan peneliti tertarik untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa berkesulitan belajar melalui metode fonik. 6 Metode ini memiliki kelebihan yang sesuai dengan kaidah linguistik dan perkembangan bahasa anak, metode ini lebih menyenangkan karena disesuaikan dengan kerja otak anak yang tidak memaksa, bermakna dan kontekstual. Metode ini sesuai dengan siswa yang memiliki kemampuan auditori yang baik. Diharapkan dengan penerapan metode fonik dapat mempermudah siswa dalam belajar membaca sehingga membantu anak memahami konsep membaca. Atas dasar inilah mendorong peneliti mengangkat judul penelitian Penggunaan Metode Fonik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Berkesulitan Belajar Kelas 2 Di SD N Jagamangsan 1 Berbah Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PRISKABER (PRISMA KATA BERGAMBAR) UNTUK ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN KELAS I SD

16 151 20

EFEKTIVITAS METODE FONETIKDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN Efektivitas Metode Fonetik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini.

0 2 14

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENGALAMAN BAHASA (LANGUAGE-EXPERIENCE APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA :Penelitian Eksperimen dengan Single Subject Research pada Anak Berkesulitan Belajar Membaca Kelas

4 12 33

PENGGUNAAN METODE AISMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA KELAS I SD NEGERI I BANGAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

1 4 17

PENGGUNAAN METODE AISMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA.

1 4 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI AKOMODASI PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA DI KELAS III SD N BANGUNREJO 2.

0 2 157

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE SAS (STRUKTUR ANALITIK SINTETIK) BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA DI SD N BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA.

0 0 207

KEEFEKTIFAN METODE LINGUISTIK PADA PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA KELAS II DI SD NEGERI MUSTOKOREJO.

0 0 218

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE FERNALD PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS II DALAM MODEL KELAS INKLUSI KLUSTER DI SD N BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA.

1 14 213

KONTRTBUSI KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN SERTA KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SD IMBAS GUGUS

1 1 81