Penyiapan Ampas Tahu Proses Isolasi Protein Kedelai dari Ampas Tahu

3.3 Prosedur Penelitian Ampas tahu diperoleh dari industri pembuatan tahu berupa butiran halus yang masih mengandung kadar air yang tinggi. Menurut Bian et al, 2003, ampas tahu basah sangat mudah rusak bila dibiarkan terlalu lama di udara terbuka. Oleh sebab itu ampas tahu yang digunakan pada penelitian ini adalah ampas tahu kering.

3.3.1 Penyiapan Ampas Tahu

Ampas tahu kemudian diperas, dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 C selama 24 jam, dan dihaluskan menggunakan ayakan 40 mesh agar tahan lebih lama dan juga terpisah dari kotoran dan kontaminan lainnya Bian et al, 2003. Isolasi protein ini dilakukan dengan menggunakan metode Koswara 1992. Ampas tahu yang telah disaring dengan ayakan 40 mesh dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian ditambahkan aquades dengan perbandingan ampas tahu dan aquades sebesar 1 : 2. Pada penelitian ini setiap percobaan isolasi protein sampel ampas tahu diambil sebanyak 500 gram. Setelah itu dilakukan ekstraksi protein dengan menggunakan larutan NaOH 2 N dan pH 10 selama satu jam. Kemudian hasil ekstraksi tersebut disaring dengan menggunakan penyaringan vakum sebanyak dua kali proses penyaringan. Penyaringan I dilakukan dengan menggunakan kain saring yang pori-porinya lebih besar. Kemudian penyaringan II dilakukan dengan menggunakan kertas saring.

3.3.2 Proses Isolasi Protein Kedelai dari Ampas Tahu

Universitas Sumatera Utara Dari hasil penyaringan, diperoleh residu dan protein terekstrak. Residu yang diperoleh berupa kotoran abu maupun senyawa-senyawa lain yang tidak diinginkan seperti lemak dan karbohidrat. Selanjutnya, protein yang terekstrak tersebut diendapkan dengan menggunakan larutan HCl 2 N sampai diperoleh larutan pH protein terekstrak sebesar pH 4,5 dan disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 10 C selama 15 jam. Selajutnya larutan protein terekstrak tersebut disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Dari proses entrifuse tersebut diperoleh endapan protein dan whey. Endapan protein tersebut kemudian dicuci dengan aquades. Setelah itu, endapan protein yang bercampur aquades disentrifuse lagi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Dari hasil sentrifusi yang kedua ini diperoleh endapan protein yang sudah tercuci dan selanjutnya endapan protein tersebut dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 C selama 24 jam. Hasil proses isolasi protein dari ampas tahu ini disebut dengan kosentrat protein. 3.3.3 Pembentukan Film Bioplastik 3.3.3.1. Pembentukan Film Bioplastik Protein Kedelai – Gliserol Sebastian, 2012 Pada dasarnya, ada dua teknologi pembuatan film bioplastik berbasis protein Cuq et al, 1998 yaitu: proses basah wet process dan proses kering dry process. Suatu proses basah wet process yang lebih dikenal dengan solution casting merupakan suatu teknologi pembuatan film bioplastik berdasarkan penyebaran atau pelarutan protein di dalam suatu pelarut. Sedangkan proses kering dry process Universitas Sumatera Utara merupakan teknologi pembuatan film bioplastik berdasarkan pada sifat-sifat termoplastik protein, yang sering lebih dikenal dengan teknik ekstrusi hot pressing atau compression moulding. Pada penelitian ini, film bioplastik dibuat dengan proses basah solution casting. Film bioplastik protein kedelai – gliserol dibuat dengan menambahkan 10 gram protein kedelai ke dalam 100 mL aquades dimana pH diatur sampai 10 dengan penambahan NaOH 2,0 N. Lalu secara perlahan dimasukkan 1,0 gram gliserol 10 dari bahan baku protein kedelai ke dalam larutan protein kedelai tersebut. Kemudian campuran dipanaskan sambil diaduk hingga suhu 80 Film protein kedelai – gliserol yang telah terbentuk disimpan di dalam desikator pada suhu kamar. Selanjutnya film protein kedelai - gliserol yang telah kering dilepas dari permukaan cetakan secara perlahan-lahan untuk dilakukan pengujian sifat dan karakterisasinya. Langkah-langkah percobaan di atas diulang untuk variasi berat gliserol sebanyak 1,5 g dan 3 g. C selama 30 menit hingga campuran merata dan mengental. Lalu hasilnya dicetak di atas plat kaca berukuran 30 x 30 cm yang telah dilapisi kertas aluminium foil, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 °C selama 24 jam. Pada penelitian ini, film bioplastik protein kedelai – gliserol yang dipakai sebagai kontrol untuk pembentukan film bioplastik – gliserol – poliester amida adalah film bioplastik protein – kedelai dengan variasi gliserol yang optimum dari perbandingan konsentrasi gliserol 10, 15, dan 30 dari protein kedelai. Universitas Sumatera Utara 3.3.3.2. Pembentukan Film Bioplastik Protein Kedelai - Gliserol - Poliester Amida Sebastian, 2012 Film bioplastik protein kedelai – gliserol – poliester amida PEA disiapkan dengan menambahkan 10 gram protein kedelai ke dalam 100 ml aquades dimana pH diatur sampai 10 dengan penambahan NaOH 2,0 N. Setelah itu, secara perlahan-lahan ditambahkan gliserol sebanyak 1 gram 10 dari bahan baku protein kedelai dan poliester amida sebanyak 1 gram 10 dari SPI. Lalu, campuran dipanaskan pada suhu 80 °C selama 30 menit sambil diaduk dengan magnetic styrer sampai campuran merata dan mengental. Setelah mengental, campuran tersebut dituang di atas kaca berukuran 30 x 30 cm yang dilapisi aluminum foil untuk membentuk film yang seragam. Dan selanjutnya, film bioplastik protein kedelai – gliserol – poliester amida PEA kemudian dikeringkan pada suhu 50 °C selama 24 jam di dalam oven. Film bioplastik protein kedelai – gliserol – poliester amida PEA yang telah terbentuk disimpan di dalam desikator pada suhu kamar. Selanjutnya film bioplastik protein kedelai – gliserol – poliester amida PEA yang telah kering dilepas dari permukaan cetakan secara perlahan-lahan untuk dilakukan pengujian sifat dan karakterisasinya. Langkah-langkah percobaan di atas diulang untuk variasi berat poliester amida sebanyak 3 g dan 5 g atau sebanyak 10, 30, dan 50 dari protein kedelai. Sehingga dari hasil pengujian dan karakterisasi film bioplastik protein kedelai dengan menggunakan perbandingan gliserol sebagai bahan pemlastis dan pengisi poliester amida yang optimum, diperoleh film bioplastik protein kedelai – gliserol – asam amino dengan karakter yang terbaik. Universitas Sumatera Utara

3.4.1 Diagram Alir Proses Isolasi Protein Kedelai dari Ampas Tahu 3.4