Pengujian Daya Tahan Panas dengan Thermogravimetric Analysis TGA Pengujian Biodegradasi Masa Urai

kadar protein = nitrogen × faktor konversi protein ………... 3.4 dimana : faktor konversi protein = 5,75

3.5.3 Pengujian Daya Tahan Panas dengan Thermogravimetric Analysis TGA

Analisis termal dapat didefinisikan sebagai pengukuran sifat - sifat fisik dan kimia material sebagai fungsi dari suhu. Misalnya entalpi, kapasitas panas, massa dan koefisien ekspansi termal. Analisis termal pada penelitian ini mencakup pembahasan tentang perubahan- perubahan morfologis film bioplastik, yaitu degradasi termalnya. Degradasi termal ini ditetapkan oleh Thermogravimetric Analysis TGA. Thermogravimetric Analysis dipakai terutama untuk menetapkan stabilitas panas polimer-polimer. Thermogravimetric Analysis yang digunakan adalah Thermogravimetric Analysis nonisotermal dimana dilakukan pengukuran berat yang kontinyu terhadap suatu neraca sensitif disebut neraca panas ketika suhu sampel dinaikkan di dalam udara atau dalam suatu atmosfer yang inert, kemudian data dicatat sebagai termogram berat versus temperatur Stevens, 2001.

3.5.4 Pengujian Biodegradasi Masa Urai

Proses uji biodegradasi ini diperlukan untuk mempelajari tingkat ketahanan film bioplastik yang dihasilkan kaitannya dengan pengaruh mikroba pengurai dan kelembaban tanah. Secara fisik, film bioplastik pada penelitian ini memiliki sifat biodegradasi yang baik karena bahan penyusunnya merupakan bahan yang bersifat Universitas Sumatera Utara organik sehingga dapat diuraikan oleh mikroba pengurai. Uji biodegradasi pada penelitian ini dilakukan dengan melihat lama penguburan terhadap persentase kehilangan berat sampel. Film bioplastik dikubur di dalam tanah dengan kedalaman 50 cm. Laju penguburan di dalam tanah diamati selama 15, 30, dan 45 hari. Kemudian pengukuran dilakukan berdasarkan berat yang hilang atau yang dianggap terurai di dalam tanah dengan menggunakan persamaan di bawah ini Asiah, 2013: Kehilangan berat = �� �� � 100 …………………… 3.5 dimana W i W = berat sampel awal f = berat sampel setelah proses biodegradasi 3.5.5 Analisis Permukaan dengan Mikroskop Pemindai Elektron SEM Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop pemindai elektron karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron yang dipantulkan atau seberkas elektron sekunder. SEM menggunakan prinsip scanning, prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik-titik pada permukaan spesimen. Gerakan elektron tersebut disebut scanning gerakan membaca. Jika seberkas elektron ditembakkan pada permukaan spesimen, maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi diteruskan jika Universitas Sumatera Utara permukaan spesimen tidak rata, banyak lekukan, lipatan, atau lubang-lubang maka tiap bagian permukaan itu memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan jika ditangkap detektor akan diteruskan ke sistem layar akan diperoleh gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Sampel yang dianalisis dengan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi sedang bahan polimer konduktivitasnya rendah sehingga harus dilapisi dengan bahan konduktor tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak tetapi untuk dianalisa pada jangka waktu yang lama. Penggunaan emas atau campuran emas dan palladium akan lebih baik. Analisis morfologi permukaan spesimen komposit dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy SEM type Inspect-S50. Spesimen untuk analisis SEM adalah dari patahan permukaan tank. Permukaan spesimen terlebih dahulu dilapisi tipis dengan palladium untuk menghindari pembebanan elektrostatik selama proses pengujian. Gambar 3.5 memperlihatkan alat Mikroskop Pemindai Elektron SEM type Inspect-S50 yang digunakan untuk analisis morfologi permukaan bahan komposit. Gambar 3.5 Mikroskop Pemindai Elektron SEM type Inspect-S50 Universitas Sumatera Utara

3.5.6 Analisis Spektroskopi Infra Merah FTIR