64
4.9 Complex Permeability
µ
Hasil pengukuran permeability µ dari bahan magnet BaFe
12- 2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol dan disinter pada suhu 1100
o
C 2 jam diperoleh dari data Vector Network Analyzer VNA. Dari data VNA didapat parameter scattering S
11
, S
12
, S
21
, S
22
dalam bentuk real dan imaginer. Berdasarkan algoritma Nicholson Ross Weir NRW maka besarnya
complex permeability µ dapat dihitung dan hasilnya diperlihatkan pada Gambar 4.12. Dari gambar 4.12 terlihat bahwa nilai complex permeability µ
sebagai fungsi frekuensi berkisar antara 2.4 – 7.3. Pada daerah frekuensi sekitar
4.3 – 4.33GHz, nilai µ tertinggi dicapai pada 0.6 mol Mn-Ti yaitu sebesar
7.22. Kondisi yang sama juga berlaku untuk 0.6 mol Mn-Ti diperoleh nilai tertinggi sebesar 7.00 yaitu pada frekuensi 8.85 GHz.
Gambar 4.13 Hubungan antara complex permeability µ sebagai fungsi frekuensi dari BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol yang disintering pada suhu 1100
o
C selama 2 jam.
Universitas Sumatera Utara
65
Sedangkan hasil pengamatan Praven Singh, dkk ,2004 menghasilkan real part permeability µ
r
berkisar 1.08 – 1.4 pada rentang frekuensi mulai dari 2 – 10
GHz untuk material komposit hexaferrite BaCoTi
x
Fe
12-2x
O
19
. Young Joon An, dkk., membuat material absober microwave berbasis material komposit Fe
3
O
4
sebagai material magnet dan TiO
2
sebagai material dielectric dengan fraksi FeTi =100 berat menghasilkan complex permeability µ sebesar 2.4 pada frekuensi
5.8 GHz. Hamid S.Al-Jumaili, dkk , telah mengukur barium ferrite powder via
Transmission – Reflection TR dan Cavity Resonator CR technique pada daerah
frekuensi 8 -12 GHz X-Band menghasilkan complex permeability µ sekitar 1 sampai 1.07.
4.10 Complex Permittivity
Hasil pengukuran complex permittivity dari bahan magnet BaFe
12- 2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol dan disinter pada suhu 1100
o
C 2 jam diperoleh dari analisis data Vector Network Analyzer VNA. Hubungan complex permittivity
dari bahan magnet BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol yang disinter pada suhu 1100
o
C 2 jam sebagai fungsi frekuensi diperlihatkan pada Gambar 4.13. Pada rentang frekuensi
5 – 5.05 GHz diperoleh besaran complex permittivity berkisar antara 5.45
– 7.05 dan nilai tertinggi pada 0.6 mol Mn-Ti. Disamping itu juga terjadi
pergeseran puncak untuk kosentrasi ion Mn-Ti sebesar 0.4 mol yang disinter pada suhu 1100
o
C, yaitu pada frekuensi 5.17 GHz dengan nilai complex permittivity
sebesar 7.56. Sedangkan untuk rentang frekuensi 5.92 – 5.95
GHz nilai complex permittivity berkisar antara 4.39
– 9.67 dan nilai tertinggi masih tetap pada 0.6 mol, yaitu sebesar 9.67. Pada frekuensi 8.71 GHz dan x =
0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol Mn-Ti memberikan nilai complex permittivity
adalah berkisar antara 8.63 – 9.42 dan kosentrasi 0.6 mol Mn-
Ti merupakan yang terbaik serta menghasilkan sebesar 9.42. Sedangkan
puncak lainnya pada frekuensi 9.94 GHz dan x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6
Universitas Sumatera Utara
66
mol Mn-Ti. menghasilkan complex permittivity berkisar antara 4.70
– 6.41 dan kosentrasi 0.4 mol Mn-Ti merupakan puncak tertinggi yaitu sebesar 6.41.
Gambar 4.14 Hubungan antara complex permittivity
sebagai fungsi frekuensi dari BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol yang disintering pada suhu 1100
o
C selama 2 jam
.
Apabila hasil ini dibandingkan dengan penelitian Hamid S.Al-Jumaili, dkk, 2007, telah mengukur barium ferrite powder via Transmission
– Reflection TR dan Cavity Resonator CR technique untuk daerah X-Band memperoleh
besaran complex permittivity berkisar antara 2.492
– 2.625. Sedangkan Praven Singh, dkk, menggunakan bahan Ba-CoTi hexaferrite - epoxy composite
menghasilkan konstanta dielektrik permittivity,
r
berkisar antara 2 – 5 untuk
rentang frekuensi 2 – 15 GHz.
Universitas Sumatera Utara
67
4.11 Reflection Loss RL