57
pada barium hexaferrite akan memberikan nilai remanensi, Br dan BH
max
terendah pada doping 0.6 mol ion Mn-Ti, yaitu sebesar 0.22 kGauss dan 0.12 MGOe, sedangkan nilai koersivitas H
CJ
dan H
CB
terendah yaitu pada 0.5 mol ion Mn-Ti yaitu sebesar 0.8 dan 0.04 kOe. Apabila dilihat dari tujuan semula agar
dapat digunakan sebagai material absober gelombang mikro maka efek doping ion Mn-Ti telah berhasil menurunkan nilai koersivitas material tersebut.
4.6 Analisa
X-Ray Diffraction XRD
Hasil analisa X-Ray Diffraction XRD dari campuran serbuk BaCO
3
dan Fe
2
O
3
dengan perbandingan mol 1 : 6, setelah dipreparasi dan dikalsinasi pada suhu 1000
o
C telah menghasilkan fasa tunggal BaFe
12
O
19
, perbandingan mol 1 : 6 dibuat mengacu pada percobaan sebelumnya Khattiya Chalpat, 2009. Dari tabel
hanawalt dengan file number 43-0002, diperoleh bahwa serbuk yang telah dikalsinasi tersebut mempunyai struktur kristal hexagonal, latticenya primitif
dengan space group P63mmc 194. Fasa BaFe
12
O
19
ini mempunyai parameter
kisi a = b ≠ c dengan nilai a = 5,892 Å, c = 23,183 Å dan volume sel 696,406 Å
3
. Tiga puncak tertinggi pada struktur BaFe
12
O
19,
masing-masing pada sudut 2θ
sebesar 34.1408, 32.1848 dan 56.5283. Terbentuknya fasa tunggal dari BaFe
12
O
19
sangat dipengaruhi komposisi dan suhu perlakuan, sesuai dengan teori. Pada Gambar 4.6, ditunjukkan hasil analisa XRD dari serbuk bahan BaCO
3
ditambah Fe
2
O
3
setelah dikalsinasi pada suhu 1000
o
C ditahan selama 2 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan terbentuknya fasa tunggal dengan struktur BaFe
12
O
19
.
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 4.6 Pola XRD dari serbuk BaCO
3
+ Fe
2
O
3
setelah dikalsinasi pada suhu 1000
o
C selama 2 jam.
Pada Gambar 4.7 ditunjukkan hasil analisa X-Ray Diffraction XRD dari bahan BaFe
12
O
19,
setelah ditambahkan dengan bahan MnO dan TiO
2
sebagai sumber ion Mn dan Ti untuk mensubsitusi sebagian ion Fe. Adapun kosentrasi ion
Mn-Ti masing-masing dibuat sebanyak 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol dan kemudian disintering pada suhu 1100
o
C 2 jam, dimana hasilnya hampir sama dengan fasa BaFe
12
O
19,
dan selanjutnya diformulakan sebagai BaFe
12- 2x
Mn
x
Ti
x
O
19
. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan adanya sebagian posisi atom Fe ditempati oleh atom Mn-Ti tersebut oleh karena jari-jari atom tersebut
hampir sama.
Universitas Sumatera Utara
59
Gambar 4.7 Pola XRD dari
BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x = 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6 mol yang disintering pada suhu 1100
o
C selama 2 jam. 4.7
Scanning Electron Microscope SEM
Pengujian selanjutnya adalah dengan menggunakan Scanning Electron Microscope SEM yang berfungsi untuk mengetahui ukuran butir, distribusinya,
unsur-unsur yang terkandung dalam sampel dan mendeteksi keberadaan aditif yang ditambahkan pada BaFe
12
O
19
. Pada Gambar 4.8 diperlihatkan hasil analisa morfologi dari magnet BaFe
12
O
19
dan BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
dengan menggunakan Scanning Electron Microscope SEM. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa
magnet BaFe
12
O
19
dan BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
yang disinter pada suhu 1100
o
C selama 2 jam mempunyai ukuran partikel 2µm. Bentuk partikel yang diperoleh
berupa batang dan masih terlihat adanya rongga-rongga pada material tersebut.
Universitas Sumatera Utara
60
a
b
Gambar 4.8. Foto morfologi dari bahan magnet a. BaFe
12
O
19
dan b.
BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
x =
0.6 mol
dengan menggunakan
Scanning Electron Microscope SEM yang disintering pada suhu 1100
o
C selama 2 jam.
Universitas Sumatera Utara
61
a b
c d
e f
Gambar 4.9 Foto morfologi dari bahan magnet BaFe
12-2x
Mn
x
Ti
x
O
19
a.x = 0.1 mol, b. x = 0.2 mol, c. x = 0.3 mol, d. x = 0.4 mol