64
Jathilan dalam upacara Saparan, Rebo Pungkasan di Desa Kayangan, Girimulyo, Kulon Progo
Foto : Kuswarsantyo, 2010 Dengan demikian seni tradisional ini memiliki nilai magis.
Seperti diperlihatkan penari yang mengalami keadaan ndadi dalam pertunjukan jathilan. Kondisi atau keadaan penari akan kembali
normal bila dibacakan mantra mantra yang menjadi syaratnya dan dibacakan oleh pawang atau dukunnya. Masyarakat pendukung
budaya seni jathilan ini dalam pandangan van Peursen merupakan kelompok masyarakat mitis, yaitu masyarakat yang dalam
kehidupannya masih dikuasai oleh kekuatan supranatural di sekitarnya.
97
Kelompok masyarakat ini mengingatkan pada kelompok masyarakat abangan di daerah pedesaan, seperti
diungkapkan Clifford Geertz dalam buku The Religion of Java, yang diterjemahkan menjadi Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat
Jawa.
98
3. Fungsi Hiburan
Perkembangan masa kini seiring terjadinya transformasi budaya, pola kehidupan masyarakat desa telah berubah, dari mitis
menuju masyarakat yang lebih maju, senyampang dengan masuknya arus budaya global. Dampak dari era global yang masuk ke pedesaan
tersebut membawa perubahan yang signifikan dalam perilaku dan kehidupan masyarakat desa. Arus budaya kota yang masuk ke desa
97
C. Van Peursen, Strategi Kebudayaan Yogyakarta : CV. Kanisius, 1976 41.
98
Clifford Geertz, Abangan , Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa - terjemahan dari buku The Religion of Jawa Jakarta : Pustaka Jaya, 1989
34.
65
itu berkaitan dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat. Sekat-sekat kearifan lokal saat ini sudah mulai
renggang, karena budaya kota yang individualistik sudah masuk merambah ke dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Hal ini berarti
dalam masyarakat desa telah terjadi masa transisi budaya, yang berpengaruh pada pola perilaku komunitas seni tradisional
kerakyatan secara umum dan seni jathilan khususnya.
Perkembangan saat ini, jathilan berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan variasi penyajian. Hal ini seiring dengan
perkembangan situasi dan zaman yang sudah makin maju. Jathilan berubah fungsi menjadi sebuah tontonan atau hiburan untuk
masyarakat. Oleh karenanya kesenian tidak pernah lepas dari pengaruh masyarakat pendukungnya.
99
Durasi penyajian dan tempat di mana dipentaskan, tidak terlalu
penting diperhatikan.
Jathilan barangan
lebih menitikberatkan pada konsep estetika pertunjukan dibanding aspek
ritualitas seperti yang dipersyaratkan jathilan untuk seremonial. Aspek estetika yang dimaksud dalam penampilan jathilan ini adalah
berorientasi pada kebutuhan pasar atau penanggap. Ini artinya kemasan jathilan akan sangat ditentukan dengan durasi waktu yang
diberikan, kemudian adegan ndadi perlu ada atau tidak. Karena pada penyajian jathilan untuk hiburan adegan ndadi bisa ditiadakan
atau direkayasa tidak ndadi sungguhan
99
Kayam, 1981, 36.
66
Gambar 10 Jathilan kini berfungsi sebagai hiburan
Foto : Kuswarsantyo, 2010
Gambar 11 Jathilan tontonan masyarakat menengah ke bawah
Foto : Kuswarsantyo, 2013
67
4. Fungsi Pendidikan