17 Salah satu bagian yang menjadi sumber pengeluaran yang tidak dapat
dihindari oleh perusahaan adalah dalam hal persediaan bahan baku. Dalam hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk mengupayakan pemenuhan
kebutuhan bahan baku agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, terjamin kontinuitasnya, serta efektif dan efisien.
Pentingnya pengendalian persediaan, mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan
oleh PT INALUM dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen, sehingga akan memberikan pemahaman lebih mengenai keunggulan dan
kelemahan dari sistem itu, melalui penulisan skripsi yang berjudul : ” Evaluasi Penyediaan Bahan Baku Dalam Kaitannya Dengan Sistem
Pengendalian Manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium INALUM ”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut : ”Bagaimana
penyediaan bahan baku yang dilakukan PT INALUM dalam kaitannya dengan
sistem pengendalian manajemen?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen pada PT Inalum.
Universitas Sumatera Utara
18
D. Manfaat Penelitian
Selain tujuan, penulisan skripsi ini juga memiliki manfaat penelitian, antara lain :
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan
peneliti tentang evaluasi penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen.
2. Bagi PT Inalum, memberikan sumbangan masukan bagi manajemen yang
berguna untuk memperbaiki kebijakan perusahaan atas pengendalian persediaan.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan acuan bagi penulis lainnya yang akan
melakukan ataupun yang akan melanjutkan penelitian sesuai dengan judul skripsi ini.
E. Kerangka Konseptual Penelitian
PT INALUM
PERENCANAAN STRATEGIS
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
PENYEDIAAN BAHAN BAKU
EVALUASI
Universitas Sumatera Utara
19 Beberapa buku acuan telah menjelaskan mengenai persediaan bahan
baku dan sistem pengendalian manajemen yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Selanjutnya data yang diperoleh dari PT
Indonesia Asahan Aluminium INALUM akan dianalisis, untuk meneliti apakah penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam
kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen telah dilaksanakan secara
efektif dan efisien atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGENDALIAN BAHAN BAKU
1. Pengertian Perencanaan dan pengendalian Produksi
Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barangjasa. Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan
barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaanmanfaat suatu barang. Pengertian produksi dapat pula diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan orang, badan usaha, atau
organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen. Dari
pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang meliputi:
1. Menghasilkan barang atau jasa.
2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
4. Meningkatkan keuntungan.
5. Memperluas lapangan usaha.
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan produksi tentunya manusia berusaha agar apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat
terpenuhi secara baik atau mendekati kemakmuran. Dalam kegiatan produksi tentunya membutuhkan unsur-unsur yang diperlukan dalam proses produksi
Universitas Sumatera Utara
21 yang disebut faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi itu antara lain
adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, sumberdaya pengusaha. Faktor-faktor produksi tersebut akan dimasukkan
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi atau jasa. Perusahaan harus melakukan perencanaan untuk mempersiapkan
ataupun menggunakan faktor-faktor produksi tersebut. Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas yang meliputi perkiraan
dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Perencanaan merupakan salah
satu sarana manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena itu, setiap tingkat manajemen dalam organisasi sangat membutuhkan aktivitas
perencanaan. Perencanaan juga merupakan fungsi memilih sasaran perusahaan secara kebijaksanaan, program dan pemilihan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan, siapa yang melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan. Dalam perencanaan produksi selalu menginginkan agar diperoleh perencanaan
produksi yang baik namun merencanakan proses produksi bukanlah hal yang mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya.
Perencanaan produksi Production Planning adalah salah satu dari berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas
proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ditinjau dari bentuk industri, perencanaan produksi
suatu perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya terdapat
Universitas Sumatera Utara
22 perbedaan. Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut, bahkan pada
perusahaan yang sejenis. Tujuan produksi
bagi perusahaan adalah barang dengan spesifikasi
tertentu memenuhi permintaan pelanggan. Untuk mencapai tujuan, khususnya dalam perencanaan produksi dan pengendalian persediaan perusahaan perlu
menyediakan fasilitas komunikasi dan sistem informasi yang mendukung sistem pengolahan data terdistribusi. Program aplikasi database management
system yang terintegrasi dengan sistem lainnya di lingkungan perusahaan sehingga bagian perencanaan produksi dan pengendalian persediaan memiliki
sarana yang cukup handal yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif singkat. Bagian perencanaan dengan mudah dapat
mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam menyusun perencanaan produksi.
Dalam usaha mencapai tujuan perencanaan produksi terdapat berbagai macam permasalahan sesuai dengan proses yang akan dilaksanakan, kemudian
dirumuskan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bagaimana cara pengendaliannya. Keberhasilan dalam membuat
perencanaan produksi dan pencapaiannya tidak hanya tergantung pada organisasi bagian perencanaan itu sendiri, melainkan sangat tergantung pada
struktur organisasi secara keseluruhan dan sistem yang diterapkan. Perencanaan produksi sangat tergantung pada kapasitas, jenis
perusahaan, sumberdaya dan jenis produksi yang dikerjakan. Pengukuran keberhasilan perencanaan tidak tepat untuk dibandingkan dengan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
23 lain karena perbedaan kelengkapan, kapasitas dan sumberdaya apalagi jika
dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak sejenis. Faktor penting dalam melakukan pengukuran adalah standar produksi meliputi waktu, mutu, jumlah
yang dapat dihasilkan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada jangka waktu tertentu di perusahaan. Pengukuran perlu dilakukan secara terus-
menerus sehingga keputusan yang diambil untuk pengembangan jangka panjang mempunyai dasar yang objektif.
2. Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan
Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu
banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Jika bahan baku yang
tersedia di gudang terlalu banyak, maka akan menyebabkan biaya atas persediaan yang semakin meningkat, sedangkan apabila persediaan bahan
baku terlalu sedikit, maka akan menghambat perusahaan memenuhi
permintaan dari pelanggan.
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun
perusahaan industri manufaktur. Pada perusahaan dagang hanya ada satu persediaan, yaitu persediaan barang dagangan Inventory, sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
24 perusahaan manufaktur ada tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku
Raw Material, persediaan barang dalam proses goods in processwork in
process, dan persediaan barang jadi finished goods.
Menurut Prasetyo 2006, “Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu
periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan proses
produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi”.
Menurut Warren Reeve 2005:452, “Persediaan juga didefenisikan sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam
proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa”.
Menurut Stice dan Skousen 2004:654, “Persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan
atau aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam
barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual”.
Dengan kata lain persediaan adalah suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan
untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena
adanya permintaan maupun ada masalah lain.
Menurut Stice dan Skousen 2004:654, “Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi”.
Persediaan bahan baku dapat juga diartikan sebagai barang yang dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
25 perusahaan yang akan dimasukkan dalam proses produksi sehingga pada
akhirnya akan menjadi barang jadi.
Persediaan berfungsi untuk menghubungkan operasi perusahaan dengan pembelian bahan baku untuk selanjutnya diolah menjadi barang atau jasa yang
kemudian diarahkan pada konsumen. Dengan demikian adanya persediaan
memungkinkan terlaksananya operasi produksi bagi perusahaan.
Menurut Hansen dan Mowen 2001:585 paling sedikit ada tiga alasan
perlunya bahan baku bagi perusahaan yaitu :
1. Adanya unsur ketidakpastian pesanan permintaan yang mendadak.
2. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier.
3. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan harus mampu untuk mengantisipasinya. Antisipasi tersebut berkaitan erat dengan tujuan
diadakannya persediaan bahan baku, yaitu : 1.
Untuk memberikan layanan yang baik pada pelanggan. 2.
Untuk memperlancar proses produksi.
3.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan
persediaan.
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu : 1.
Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.
2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
3.
Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena
membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon.
Universitas Sumatera Utara
26
4. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga.
5.
Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena
cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman. 6.
Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam
proses. 3.
Biaya-Biaya yang Terkait dengan Persediaan
Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan,
dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian,
pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai
barang siap untuk dijual.
Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi yang ditanamkan dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya
persediaan bahan baku dalam jumlah yang terlalu besar dibanding kebutuhan perusahaan akan meningkatkan beban bunga, biaya pemeliharaan dan
penyimpanan dalam gudang serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan
perusahaan. Begitu pula sebaliknya, jika persediaan terlalu kecil akan menghambat proses produksi, sehingga perusahaan akan mengalami
kerugiaan.
Universitas Sumatera Utara
27 Cara penyelengaraan bahan baku pada setiap perusahaan itu berbeda-
beda, baik dalam jumlah unit persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waktu penggunaannya, maupun jumlah biaya untuk membeli
bahan baku tersebut.
Menurut Hansen dan Mowen 2001:584, adapun biaya yang timbul
karena persediaan adalah: 1.
Biaya penyimpanan Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan
persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode
akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin banyak.
2. Biaya pemesanan
Setiap kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per
periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan.
3. Biaya penyiapan
Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode
adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per penyiapan.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan.
Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit
diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara
objektif.
4. Sistem Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap
jenis persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode
Universitas Sumatera Utara
28 dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan
dibuat jurnal penyesuaian. Terdapat beberapa perbedaan pencatatan ayat jurnal diantara kedua
metode tersebut. Pada sistem perpetual, diperlukan ayat jurnal tambahan untuk mencatat harga pokok penjualan dari persediaan yang terjual, sedangkan
dalam sistem periodik, harga pokok penjualan tidak dicatat pada saat terjadi penjualan. Perbedaan yang lain adalah dalam sistem perpetual pada saat terjadi
pembelian, maka debit untuk pembelian persediaan adalah ke akun persediaan, sedangkan pada sistem periodik yang harus didebit adalah akun pembelian.
Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Periodik dan Sistem Perpetual
Sistem Periodik Sistem Perpetual
Jurnal untuk pembelian
Pembelian 50000
Persediaan 50000
Utang usaha 50000
Utang usaha 50000
Jurnal untuk penjualan
Piutang usaha 60000
Piutang usaha 60000
Penjualan 60000
Penjualan 60000
Harga Pokok
Penjualan 40000
Persediaan 40000
Sumber: Stice dan Skousen, 2004
Pada akhir periode akuntansi, total biaya persediaan harus dialokasikan ke persediaan yang masih ada dan ke persediaan yang terjual selama periode
tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian terhadap persediaan. Ada beberapa alasan dilakukannya penilaian terhadap persediaan yaitu untuk
Universitas Sumatera Utara
29 membandingkan antara biaya dengan pendapatan sehingga dihasilkan laba dan
untuk menyajikan nilai persediaan didalam neraca dan juga untuk memberikan informasi kepada investor dalam memprediksi arus kas dimasa yang akan
datang karena persediaan merupakan sumber yang akan mendukung arus kas dan jumlah persediaan yang akan terjual pada masa yang akan datang dan juga
akan mempengaruhi kas keluar. Menurut Stice dan Skousen 2004:667, ada beberapa macam metode
penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu : a.
Identifikasi khusus. b.
Biaya Rata-Rata Average c.
Masuk Pertama, Keluar Pertama FIFO d.
Masuk Terakhir, Keluar Pertama LIFO
Setiap metode memiliki karakteristik khusus. Keempat metode tersebut memiliki fakta yang sama bahwa biaya persediaan dialokasikan ke laporan
laba-rugi dan neraca. Hanya metode identifikasi khusus yang menentukan alokasi biaya berdasarkan arus persediaan fisik. Apabila unsur persediaan
individual, seperti mobil, tidak dapat didefenisikan dengan jelas, maka unsur biaya persediaan dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, penekanan dalam
penilaian persediaan biasanya terletak pada alokasi biaya akuntansi, bukan pada arus fisiknya.
Universitas Sumatera Utara
30 a. Identifikasi Khusus
Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode
berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi
khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Metode identifikasi khusus bukan merupakan metode yang praktis
kecuali masing-masing persediaan dapat diidentifikasi secara akurat. Dari sudut pandang teoritis, metode ini sangat menarik, terutama apabila setiap unit
memiliki keunikan dan biaya yang tinggi. Tetapi untuk unit yang dibeli terdiri dari berbagai jenis yang identik dan dengan harga yang berbeda-beda maka
metode ini menjadi tidak praktis. Oleh karena itu metode ini paling jarang digunakan oleh perusahaan-perusahaan.
b. Metode Biaya Rata-Rata Average Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit
yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama
atau masuk terakhir. Metode biaya rata-rata dianggap sebagai yang realistis dan paralel
dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit
Universitas Sumatera Utara
31 persediaan yang identik. Pendekatan metode rata-rata memberikan nilai yang
sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama. Tetapi keterbatasan dari metode ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara
signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan yang cepat.
Jika metode ini digunakan pada sistem perpetual maka biaya rata-rata per unit dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian
digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan dan sampai pembelian berikutnya dilakukan baru dihitung rata-ratanya.
Apabila metode rata-rata digunakan pada sistem periodik maka biaya dibandingkan dengan pendapatan sesuai rata-rata per unit harga pokok
penjualan. Metode ini disebut juga metode rata-rata tertimbang. Rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan membagi total biaya dari setiap barang yang
tersedia untuk dijual selama satu periode. Dalam penggunaan metode rata-rata, pada umumnya memberikan nilai persediaan yang sama dengan FIFO, karena
nilai rata-rata sangat dipengaruhi oleh nilai sekarang. Contoh :
1 Jan Persediaan:
200 unit 9
1800 10 Jan
Pembelian: 300 unit
10 3000
21 Sep Pembelian:
400 unit 11
4400 18 Nov
Pembelian: 100 unit
12 1200
Tersedia untuk dijual 1000 unit
10400
Persediaan yang tersedia pada 31 Desember adalah 300 unit. Biaya rata-rata per unit : 104001000 unit = 10,4
Universitas Sumatera Utara
32 Harga pokok penjualan : 700 unit × 10,4 = 7280
Biaya untuk
persediaan akhir: 10400 - 7280 = 3120
c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama FIFO Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit
yang terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode
identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik
dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk
memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa pada persediaan
akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode.
Contoh : perpetual 1 Januari
Persediaan:10 unit 20
4 Januari Penjualan: 7 unit
10 Januari Pembelian: 8 unit
21 22 Januari
Penjualan: 4 unit 28 Januari
Penjualan: 2 unit 30 Januari
Pembelian:10 unit 22
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 2.2 Metode FIFO
Pembelian Harga
Pokok Penjulan
Persediaan Tanggal Jumlah
Biaya Per
unit Total
Biaya Jumlah
Biaya Per
Unit Total
Biaya Jumlah
Biaya Per
Unit Total
Biaya 1
Jan 10
20 200
4 7 20
140 3 20 60
10 8 21
168 3 20 60
8 21
168 22
3 20
60 1 21
21 7 21 147
28 2 21
42 5 21 105
30 10 22
220 5 21 105
10 22
220 Sumber: Warren Reeve Fess, 2005
Biaya persediaan akhir 31 Januari = 325 Harga pokok penjualan = 263
Jika dengan menggunakan sistem periodik : 1 Jan
Persediaan: 10 unit
20 200
10 Pembelian:
8 unit
21 168
30 Pembelian:
10 unit 22
220 Tersedia
untuk dijual
28 unit
588 Biaya paling awal, 1 Jan:
10 unit 20
200 Biaya paling awal, 10 Jan:
3 unit 21
63 Harga
pokok penjualan
13 unit
263
Penggunaan FIFO dalam periode dimana terjadi kenaikan harga mengaitkan persediaan paling lama yang berbiaya rendah dengan harga jual
yang meningkat, sehingga memperbesar margin kotor. Namun, tingginya laba kotor yang dihasilkan hanya bersifat sementara karena nilai persediaan harus
diganti dengan harga yang terus meningkat. Di periode dimana terjadi penurunan harga, persediaan lama yang berbiaya tinggi dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
34 harga jual yang menurun, sehingga memperkecil margin kotor. Dengan
menggunakan FIFO, persediaan yang dilaporkan di neraca, nilainya akan mendekati atau sama dengan biaya yang sekarang.
d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama LIFO Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah
yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan
pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah
laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil
terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan
harga jual yang meningkat, dengan menggunakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan menggunakan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO
digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.
Contoh : Dengan menggunakan data persediaan dan pembelian yang sama dengan contoh diatas maka dapat ditentukan harga pokok penjualan.
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 2.3 Metode LIFOSistem Perpetual
Pembelian Harga
Pokok Penjualan
Persediaan Tanggal Jumlah
Biaya per
Unit Total
biaya Jumlah
Biaya Per
Unit Total
Biaya Jumlah
Biaya Per
Unit Total
Biaya 1
Jan 10 20
200 4 7 20
140 3 20
60 10 8 21
168 3 20
60 8
21 168
22 4
21 84 3 20 60
4 21
84 28
2 21 42 3
20 60 2
21 42
30 10 22 220
3 20 60
2 21
42 10 22
220 Sumber: Warren Reeve fess, 2005
Sistem Periodik Biaya paling akhir, 30 Jan:
10 unit 22
220 Biaya paling akhir berikutnya, 3 Jan:
3 unit 21
63 Harga
pokok penjualan
13 unit
283
Biaya merupakan dasar utama untuk penilaian persediaan. Namun, dalam beberapa kasus, persediaan juga dapat dinilai selain berdasarkan biaya.
Hal ini dapat terjadi apabila 1 biaya penggantian persediaan lebih rendah daripada biaya yang tercatat, 2 persediaan tidak dapat dijual pada harga jual
normal karena cacat, usang, perubahan gaya atau karena penyebab lainnya. Ada 2 metode penilaian persediaan selain berdasarkan biaya, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
36 a. Penilaian mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar
LOCOM Metode ini memberikan arti bahwa aktiva dicatat pada nilai yang lebih
rendah antara biaya dengan harga pasarnya. Harga pasar yang digunakan dalam metode ini adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal
persediaan. Nilai ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. LOCOM memiliki pengaruh terhadap pengakuan atas
penurunan yang belum direalisasi dalam nilai aktiva, tetapi tidak atas peningkatan yang belum direalisasi. Dalam menerapkan aturan yang lebih
rendah antara biaya dan nilai pasar, harga persediaan akhir yang ditentukan dengan metode alokasi biaya yang sesuai, dibandingkan dengan nilai pasar di
akhir periode. Bila nilai pasar lebih kecil daripada biaya, akan dibuat ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat kerugian dan menyatakan kembali
persediaan pada nilai yang lebih rendah.
b. Penilaian pada nilai realisasi bersih Pada perusahaan sering sekali terdapat barang dagang yang sudah usang,
rusak ataupun catat, yang hanya bisa dijual dibawah harga pasar maka harus diturunkan nilainya. Hal ini dapat dilakukan dengan metode penilaian pada
nilai realisasi bersih, yaitu estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung.
Perusahaan mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila pencatatan persediaan perpetual tidak dilakukan dan tidak praktis untuk
Universitas Sumatera Utara
37 melakukan perhitungan fisik. Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan
sistem persediaan periodik mungkin perlu membuat laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan setiap bulan mungkin tidak
ekonomis terlalu mahal. Selain itu jika terjadi bencana seperti kebakaran yang menghancurkan persediaan, maka jumlah kerugian harus ditentukan.
Dalam kasus ini, perhitungan fisik akan sulit dilakukan, dan mungkin catatan secara perpetual sudah terbakar. Jika ini terjadi, maka biaya persediaan dapat
diestimasikan dengan menggunakan : 1. Metode Eceran
Metode persediaan eceran mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang tersedia untuk
dijual dengan harga eceran dari barang yang sama. Untuk dapat menggunakan metode ini, harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan
ditotalkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga barang eceran yang tersedia
untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya
terhadap harga jual eceran barang dagang yang tersedia untuk dijual, seperti contoh dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
38 Harga
Pokok Harga
Eceran Persediaan barang dagang, 1 Januari
19400 36000
Pembelian bulan Januari bersih 42600
64000 Barang yang tersedia untuk dijual
62000 100000
Rasio biaya terhadap harga eceran: 62000 : 100000 = 62 Penjualan bulan Januari bersih
70000 Persediaan barang dagang, 31 Januari pada eceran
30000 Persediaan barang dagang, 31 Januari pada estimasi
biaya 30000 × 62 18600
2. Metode laba kotor Metode laba kotor gross profit method menggunakan estimasi laba
kotor yang direalisasi selama periode yang dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tingkat
aktual dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan
menggunakan tingkat laba kotor, jumlah dolar penjualan untuk suatu periode dapat dibagi ke dalam dua komponen: 1 laba kotor dan 2 harga pokok
penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual untuk mendapatkan estimasi harga pokok
persediaan. Seperti contoh dibawah ini : Persediaan barang dagang, 1 Januari
57000 Pembelian selama Januari bersih
180000 Barang yang tersedia untuk dijual
237000 Penjualan selama Januari bersih
250000 Dikurangi estimasi laba kotor 30× 250000
75000 Estimasi harga pokok penjualan
175000 Estimasi persediaan barang dagang, 31 Januari
62000
Universitas Sumatera Utara
39
5. Akibat dari Kesalahan Mencatat Persediaan
Setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laba rugi. Dampak pada laba rugi biasanya sulit dievaluasi
karena terdapat beberapa nilai yang berbeda yang dapat dipengaruhi oleh satu kesalahan. Misalnya, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan
menyebabkan kesalahan penyajian saldo persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini terjadi karena perhitungan fisik atas
persediaan merupakan dasar dalam pembuatan jurnal penyesuaian untuk penyusutan persediaan. Kesalahan perhitungan fisik persediaan juga akan
menyebabkan kesalahan dalam menentukan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih dalam laporan laba rugi. Kemudian laba bersih akan
dimasukkan pada laporan ekuitas pemilik sebagai penambahan atas modal awal pemilik, sehingga akan menghasilkan penyajian yang salah atas modal
akhir pemilik. Kesalahan perhitungan fisik persediaan biasanya baru terdeteksi pada periode setelah kesalahan itu terjadi. Oleh karena itu harus dilakukan
koreksi untuk laporan keuangan tahun sebelumnya. Terkadang satu kesalahan dapat mempengaruhi dua nilai secara
sedemikian rupa sehingga keduanya dapat saling meniadakan. Misalnya, dalam pembelian persediaan dalam perjalanan tidak dicatat sebagai pembelian
dan juga tidak dicatat sebagai persediaan akhir. Maka dalam hal ini, pembelian akan dinyatakan terlalu rendah dan akan menyebabkan barang yang tersedia
untuk dijual dicatat terlalu rendah, namun persediaan akhir yang dicatat terlalu rendah akan menyebabkan kesalahan itu dapat saling meniadakan bila
Universitas Sumatera Utara
40 dikurangkan dengan barang yang tersedia untuk dijual, dan akan
menghasilkan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih yang benar. Namun, walaupun begitu, persediaan dan utang usaha akan dicatat terlalu
rendah di neraca. Persediaan akhir disatu periode akan menjadi persediaan awal pada
periode selanjutnya, maka kesalahan pencatatan persediaan akan mempengaruhi pencatatan dua periode akuntansi. Jika kesalahan itu tetap
tidak terdeteksi maka kesalahan itu dapat saling meniadakan dalam metode FIFO dan metode rata-rata, namun pada metode LIFO, kesalahan itu akan
terus berlanjut.
6. Pengendalian Persediaan
Persediaan bahan baku dianggap sebagai bagian yang sangat penting dalam perusahaan karena adanya ketidakpastian persediaan, yaitu
diperlukannya bahan baku untuk menjaga agar kegiatan produksi tetap berjalan lancar jika pengiriman datang terlambat atau jika tidak ada
pengiriman sama sekali. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan dapat juga menciptakan permintaan untuk memproduksi persediaan ekstra.
Misalnya, suatu perusahaan memutuskan untuk memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan karena proses produksi
sering sekali menghasilkan produk-produk yang tidak seragam dalam jumlah yang cukup besar. Fungsi dasar pengendalian persediaan baik bahan baku,
barang dalam proses maupun barang jadi banyak sekali. Fungsi tersebut
Universitas Sumatera Utara
41 meliputi proses berurutan mulai dari timbulnya kebutuhan, pembelian,
pengolahan, pengiriman. Permasalahan utama persediaan yang timbul yaitu bagaimana fungsi tersebut
dapat mengatur persediaan sehingga setiap permintaan dapat dilayani akan tetapi biaya persediaan harus minimum.
Bila persediaan cukup banyak, permintaan dapat segera dilayani akan tetapi menyebabkan biaya penyimpanan barang tersebut akan menjadi sangat mahal.
Dengan memperhatikan hal tersebut diambil keputusan untuk menentukan nilai persediaan.
Persediaan juga dibutuhkan untuk tetap dapat mensuplai kebutuhan barang bagi pelanggan dan proses produksi jika proses tersebut terhenti karena
kegagalan mesin. Akhirnya perusahaan juga mungkin akan membutuhkan persediaan dalam jumlah yang besar untuk mengambil keuntungan jika terjadi
pemotongan jumlah produksi atau untuk antisipasi jika terjadi kenaikan harga. Perusahaan harus dapat menentukan kebijakan yang tepat agar kegiatan yang
ada dalam perusahaan tidak akan terganggu. Perusahaan harus dapat menentukan berapa banyak jumlah bahan baku yang harus dipesan atau untuk
digunakan dalam proses produksi dan kapan seharusnya pemesanan itu dilakukan atau kapan perencanaan persediaan dilakukan. Beberapa kebijakan
dapat ditentukan oleh perusahaan dengan menentukan kuantitas pesanan ekonomis, titik pemesanan kembali, stock minimum yang harus dimiliki oleh
perusahan, termasuk jangka waktu untuk memesan persediaan.
Universitas Sumatera Utara
42
Kuantitas Pesanan Ekonomis Economic Order Quantity-EOQ
Model ini merupakan model pengendalian persediaan yang paling tua
dan paling terkenal. Didasarkan pada asumsi-asumsi:
1. Permintaan diketahui dan bersifat konstan.
2. Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan, diketahui
dan konstan. 3.
Permintaan diterima dengan segera. 4.
Tidak ada diskon. 5.
Biaya yang terjadi hanya biaya set up atau pemesanan diketahui dan bersifat konstan.
6. Tidak terjadi kehabisan stock.
Misalkan permintaan diketahui. Dalam memilih jumlah pesanan atau jumlah produksi, para manajer harus memfokuskan dirinya hanya pada biaya
pemesanan perencanaan persediaan dan biaya penyimpanan. Total biaya pemesanan perencanaan persediaan dan biaya penyimpanan dapat dijelaskan
melalui persamaan berikut ini : TC = PD : Q + CQ : 2
= Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan Dimana:
TC =Total biaya pemesanan atau perencanaan dan biaya penyimpanan P = Biaya penempatan dan penerimaan pesanan atau biaya mempersiapkan
produksi Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan atau jumlah
unit yang diproduksi D = Permintaan tahunan yang diketahui
C = Biaya pemyimpanan per unit bahan baku untuk satu tahun
Universitas Sumatera Utara
43 Biaya penyimpanan persediaan dapat dihitung oleh setiap perusahaan
yang menyimpan persediaan. Tentu saja, model biaya persediaan yang menggunakan biaya perencanaan persediaan dan ukuran jumlah produksi
sebagai input hanya berlaku bagi perusahaan yang memproduksi sendiri persediaannya barang jadi atau setengah jadi. Sebagai contoh, suatu
perusahaan jasa yang mengurus surat jaminan atau garansi bagi produser- produser bersar dan perusahaan rekaman. Diasumsikan bahwa nilai-nilai
berikut ini berlaku untuk memperbaiki alat perekam video sebagian dibeli dari suplier eksternal:
D = 25000 unit Q = 500 unit
P = 40 per pesanan C = 2 per unit
Untuk mengetahui jumlah pesanan per tahun dapat digunakan rumus : Jumlah pesanan per tahun = 25000 : 500
= 50 unit Total biaya pemesanan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah
pesanan pertahun dengan biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan. Total biaya pemesanan = D : Q × P
= 50 × 40 = 2000
Total biaya penyimpanan untuk tahun terkait didapat dengan CQ : 2, persamaan ini sama dengan mengalikan jumlah rata-rata persediaan di tangan
Q:2 dengan biaya penyimpanan per unit C. Untuk pesanan 500 unit dengan
Universitas Sumatera Utara
44 biaya penyimpanan 2 per unit, nilai persediaan rata-rata adalah 250 unit 500
: 2 dan biaya penyimpanan untuk tahun tersebut adalah 500 2 × 250. Asumsi nilai rata-rata persediaan Q : 2 ekuivalen dengan asumsi bahwa
persediaan dipakai seluruhnya. Berdasarkan contoh diatas total biaya adalah 2500 2000 + 500.
Suatu pesanan berjumlah 500 dengan total biaya 2500 bukan merupakan pilihan yang terbaik. Beberapa jumlah pesanan yang lain mungkin
menghasilkan biaya yang lebih rendah. Tujuannya adalah mencari total pemesanan yang meminimalkan total biaya. Jumlah atau kuantitas pesanan ini
disebut dengan Kuantitas Pesanan Ekonomis EOQ. Model EOQ
merupakan contoh dari sistem persediaan tekanan. Dalam sistem tekanan, akuisisi persediaan dimulai dengan tindakan antisipasi terhadap permintaan
dimasa yang akan datang, bukan karena reaksi terhadap permintaan saat ini. Persamaan yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah:
Q = EOQ =
C DP :
2
Dengan menggunakan data dari contoh diatas, EOQ dapat dihitung dengan persamaan diatas :
EOQ =
2 :
40 25000
2
= 1000000 =
1000
Mengganti 1000 sebagai nilai Q dalam persamaan untuk menghitung total biaya akan menghasilkan total biaya sebesar 2000. Jumlah pesanan
akan menjadi 25 25000 : 1000, oleh karena itu, total biaya pesanannya
Universitas Sumatera Utara
45 adalah 1000 25 × 40. Jumlah persediaan rata-rata adalah 500 unit 1000 :
2, dengan total biaya penyimpanan 1000 500 × 2. Pada contoh diatas biaya pemesanan ekuivalen dengan biaya penyimpanan. Pada contoh
perhitungan EOQ diatas, bahwa untuk kuantitas pesanan sejumlah 1000 biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada kuantitas pesanan sejumlah 500.
Titik Pemesanan Ulang Reorder Point
EOQ telah menjawab pertanyaan berapa banyak persediaan yang harus dipesan atau diproduksi. Mengetahui kapan melakukan pemesanan atau
menetapkan waktu produksi juga merupakan hal yang penting dalam setiap kebijakan persediaan. Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimana
pesanan baru atau produksi baru harus dilakukan. Titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana persediaan sudah habis.
Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi
dimulai. Menghindari biaya kekurangan persediaan dan meminimalkan biaya
penyimpanan sangat penting dilakukan dan suatu pesanan harus dilakukan sehingga pesanan itu tiba ketika unit terakhir dari persediaan digunakan.
Mengetahui tingkat pemakaian dan waktu tunggu membuat kita dapat menghitung titik pemesanan kembali yang dapat memenuhi tujuan-tujuan
tersebut. Titik pemesanan ulang = Tingkat pemakaian × Waktu tunggu
Universitas Sumatera Utara
46 Data pada contoh diatas dapat digunakan untuk menghitung titik
pemesanan ulang. Misalkan kegiatan memperbaiki menggunakan 100 suku cadang per hari dan bahwa waktu tunggunya adalah 4 hari. Jika demikian,
suatu pemesanan harus dilakukan ketika tingkat persediaan menurun hingga 400 unit 100 × 4.
Jika permintaan suku cadang atau produk tidak diketahui secara pasti, kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan muncul. Misalkan, jika suku
cadang digunakan pada tingkat 120 unit suku cadang per hari dan bukannya 100 unit, perusahaan akan menggunakan 400 unit suku cadang setelah tiga dan
satu pertiga hari. Jika pesanan baru tidak diterima hingga akhir hari keempat, maka kegiatan reparasi yang membutuhkan suku cadang ini akan terhenti
selama dua pertiga hari. Untuk menghindari masalah ini, perusahaan sering sekali memilih untuk menyimpan persediaan pengaman safety stock.
Persediaan Pengaman safety stock merupakan persediaan ekstra yang
disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berubah-ubah. Persediaan pengaman dihitung dengan mengalikan waktu tunggu dengan
selisih antara tingkat maksimum pemakaian dan tingkat rata-rata penggunaan. Misalkan, jika pemakaian maksimum rata-rata adalah 100 unit per hari, dan
waktu tunggunya adalah empat hari, persediaan pengaman dapat dihitung : Pemakaian maksimum
120 Pemakaian rata-rata
100 Selisih
20 Waktu tunggu
× 4 Persediaan pengaman
80
Universitas Sumatera Utara
47 Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang dapat
dihitung sebagai berikut : Titik pemesanan ulang = tingkat pemakaian rata-rata × waktu tunggu
+ persediaan pengaman = 100 × 4 + 80
= 480 unit Contoh untuk perusahaan manufaktur:
Sebuah perusahaan manufaktur pertanian yang besar yang memiliki pabrik-pabriknya diseluruh wilayah negara. Setiap pabrik memproduksi alat-
alat yang diperlukan untuk merakit peralatan pertanian tertentu. Salah satu pabrik yang besar memproduksi pembajak tanah. Manajer pabrik tersebut
sedang berusaha menentukan jumlah produksi yang harus dilakukan untuk bagian pembuatan mata pisau. Ia yakin bahwa jumlah produksi saat ini terlalu
besar dan ingin mengindentifikasi kuantitas yang harus diproduksi untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan perencanaan persediaan. Ia juga
ingin menghindari persediaan pengaman, karena persediaan pengaman akan menutup departemen perakitan. Data-data yang tersedia :
Permintaan rata-rata untuk mata pisau 320 per hari
Permintaan maksimum untuk mata pisau 340 per hari
Permintaan tahunan untuk mata pisau 80000
Biaya penyimpanan per unit 5
Biaya perencanaan per unit 12500
Waktu tunggu
20 hari
Berdasarkan data-data tersebut, kuantitas pemesanan ekonomis dan titik pemesanan ulang dengan menggunakan persamaan yang telah dijabarkan
sebelumnya. Seperti yang ditunjukkan oleh perhitungan tersebut, mata pisau harus diproduksi sejumlah 20000 unit dan perencanaan persediaan yang baru
Universitas Sumatera Utara
48 akan dimulai ketika persediaan mata pisau menurun hingga 6800 unit, sesuai
dengan perhitungan dibawah ini: EOQ =
: 2
C DP
=
5 :
12500 80000
2
= 400000000 = 20000 mata pisau
Persediaan pengaman: Pemakaian maksimun
340 Pemakaian rata-rata
320 Selisih
20 Waktu
tunggu ×20
Persediaan pengaman 400
B. TEORI PENGENDALIAN MANAJEMEN 1.
Defenisi dan Tujuan Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya merupakan suatu sistem yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan. Suatu
pengendalian manajemen yang baik sangat dibutuhkan dalam organisasi dan harus sesuai dengan strategi manajemen. Pengendalaian manajemen
dilaksanakan dalam suatu organisasi dengan tujuan tertentu, dan pelaksana yang memiliki tujuan pribadi. Dalam mengelola perusahaan yang relatif besar,
manajemen memerlukan suatu sistem yang disebut sistem pengendalian manajemen.
Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:7, ”Sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau sekelompok
aktivitas”, sedangkan menurut Suadi Arief 2001:3, ”Sistem adalah
Universitas Sumatera Utara
49 sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan”.
Suatu organisasi atau perusahaan harus ada yang dikendalikan untuk memastikan apakah tujuan perusahaan itu dapat tercapai atau tidak. Pada
setiap kegiatan harus ada yang dikendalikan, sebab jika terjadi penyimpangan maka penyimpangan itu dapat segera dikoreksi. Menurut Supriyono
1999:73, ”Pengendalian menunjukkan monitoring dan evaluasi prestasi untuk menentukan tingkat kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya”. Menurut Suadi Arief 2001:3, ”Pengendalian adalah proses untuk membuat organisasi mencapai tujuan”.
Pengendalian merupakan suatu proses untuk mengarahkan sumber daya ke arah tercapainya tujuan perusahaan. Pengendalian menjaga organisasi agar
tetap bergerak ke arah yang benar yaitu tujuan perusahaan. Adapun tujuan pengendalian yang dilakukan oleh manajemen adalah menjamin bahwa apa
yang ditetapkan pihak manajemen dapat dilaksanakan, menghindari terjadinya pemborosan dan sekaligus menjaga aset perusahaan. Pengendalian juga
merupakan suatu proses yang sistematis. Langkah-langkah dalam proses pengendalian adalah:
1. Menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi
2. Mengukur prestasi kerja
3. Menentukan apakah prestasi kerja memenuhi standar
4. Mengambil tindakan koreksi
Universitas Sumatera Utara
50 Pengendalian memiliki beberapa elemen, yaitu:
1. Detektor sensor yaitu suatu alat atau perangkat yang mengukur apa
yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan. 2.
Assesor penilai yaitu suatu perangkat yang menentukan signifikan dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan
standar. 3.
Efektor yaitu suatu perangkat yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan hal tersebut.
4. Jaringan komunikasi yaitu perangkat yang meneruskan informasi
antara detektor dan assesor dan antara assesor dan effektor.
Gambar 2.1 Elemen-Elemen Proses Pengendalian
Sumber : Anthony dan Govindarajan, 2005
Suatu organisasi atau perusahaan terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama menurut aturan-aturan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam suatu oraganisasi diperlukan seorang pemimpin untuk mengatur
1. Detektor
Perusahaan yang sedang dikendalikan
Perangkat Kendali
2. Assesor
3. Effektor
Universitas Sumatera Utara
51 kerjasama antar anggota organisasi dan bertanggungjawab atas pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dapat didefenisikan sebagai proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian pekerjaan. Namun dapat juga didefenisikan sebagai suatu proses untuk mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan. Demikian juga
dalam perusahaan, suatu perusahaan tentunya ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien, oleh karena itu perusahaan harus memiliki pengendalian
manajemen yang baik. Menurut Suadi Arief 2001:6, ”Pengendalian manajemen adalah semua
usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan”, sedangkan menurut
Anthony dan Govindarajan 2005:8, ”Pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana para manajer mempengaruhi anggota organisasi untuk
mengimplementasikan strategi organisasi”. Untuk dapat melakukan pengendalian manajemen yang baik maka dibutuhkan suatu sistem
pengendalian manajemen atau disebut juga sistem perencanaan dan pengendalian manajemen.
Menurut Suadi Arief 2001:8:
”Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa anak sistem yang saling berkaitan, yaitu:
pemrograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi
orang lain dalam sebuah perusahaan, agar dapat mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien.”
Universitas Sumatera Utara
52 Menurut Armila 2006:104 :
”Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan untuk mempengaruhi anggotanya serta untuk memastikan bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam perusahaan telah sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang
ditentukan perusahaan termasuk didalamnya adalah penggunaan sumber daya lain yang dimiliki perusahaan agar digunakan secara
efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Mulyadi dan Johny 2001:3, ”Sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan
perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan untuk mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan tersebut”.
Dari defenisi-defenisi diatas, terdapat tiga frasa penting, yaitu : 1.
Misi dan visi organisasi 2.
Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem perencanaan kegiatan
3. Sistem pengendalian manajemen merupakan implementasi dan
pemantauan pelaksanaan rencana kegiatan Tujuan utama dari sistem pengendalian manajemen adalah untuk
memastikan sejauh mana ditetapkan keselaran tujuan semaksimal mungkin. Dalam proses untuk meraih keselarasan tujuan perusahaan, maka orang-orang
dituntut untuk memadukan kepentingan-kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
Pengendalian manajemen ini meliputi baik tindakan-tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai tujuan perusahaan maupun
Universitas Sumatera Utara
53 tindakan untuk mengkoreksi hasil kerja yang tidak efektif dan tidak efisien.
Sistem pengendalian yang dibutuhkan pada tiap perusahaan berbeda-beda, namun semuanya memiliki karakteristik yang sama, yaitu:
1. Sistem pengendalian manajemen difokuskan pada program dan
pusat-pusat pertanggungjawaban 2.
Informasi yang diproses pada sistem pengendalian manajemen terdiri atas dua macam yaitu:
a Data yang terencana dalam bentuk program, anggaran, standar
b Data aktual mengenai apa yang telah atau sedang terjadi, baik
didalam maupun diluar organisasi. 3.
Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem organsisai total. Fungsinya adalah untuk membantu manajemen menjaga
keseimbangan semua bagian operasi dan mengoperasikan organisasi sebagai suatu kesatuan yang terkoordinasi.
4. Sistem pengendalian manajemen biasanya berkaitan erat dengan
struktur keuangan, dimana sumberdaya dan kegiatan-kegiatan organisasi dinyatakan dalam satuan moneter.
5. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen
cenderung meliputi pola dan jadwal tertentu. 6.
Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang terpadu dan terkoordinasi dimana data yang terkumpul untuk berbagai kegunaan
dipadukan untuk saling dibandingkan setiap saat pada setiap unit organisasi.
Universitas Sumatera Utara
54 Sistem pengendalian manajemen terdiri dari dua unsur, yaitu : struktur
pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen. Struktur pengendalian manajemen merupakan elemen-elemen yang membentuk sistem
pengendalian manajemen yang terdiri atas pusat pertanggungjawaban dan ukuran prestasinya, sedangkan proses pengendalian manajemen adalah cara
bekerjanya tiap pusat pertanggungjawaban dengan menggunakan informasi yang mengalir didalamnya. Maka, pemrograman dan penganggaran
merupakan proses dari sistem pengendalian manajemen, sedangkan pertanggungjawaban merupakan struktur dari sistem pengendalian
manajemen. Pengendalian manajemen dapat dibahas dari segi strukturnya atau dari
segi prosesnya. Dilihat dari segi strukturnya, pengendalian manajemen terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban. Misalnya, komponen perusahaan
seperti divisi, departemen, bagian, seksi, dan sebagainya, yang diberi tugas untuk mencapai sebagian atau beberapa tujuan perusahaan. Bentuk
pertanggungjawaban dari pusat pertanggungjawaban adalah dalam bentuk anggaran. Beberapa alasan pentingnya pembagian tugas kepada pusat
pertanggungjawaban, yaitu: 1.
Sasaran yang harus dicapai pusat pertanggungjawaban menjadi jelas. 2.
Jika tujuan perusahaan tidak tercapai, maka letak kegagalan dapat dengan mudah diketahui.
Universitas Sumatera Utara
55 Jika dilihat dari segi proses pengendalian manajemen merupakan
tahapan-tahapan dalam pembuatan anggaran tersebut. Tahapan-tahapan itu adalah :
1. Menetapkan tujuan
2. Menetapkan sasaran
3. Menetapkan strategi
4. Menetapkan program
5. Menetapkan anggaran
Pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu
pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu tujuan atau beberapa tujuan perusahaan. Tujuan pusat pertanggungjawaban secara
individual adalah agar dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan perusahaan sebagai tujuan keseluruhan. Tujuan menyeluruh suatu perusahaan diputuskan
dalam proses perencanaan strategis. Pusat pertanggungjawaban dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1. Pusat Biaya
Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang oleh sistem pengendalian manajemen prestasi manajernya dinilai atas dasar
biaya. Pada pusat biaya, masukannya dapat diukur dalam satuan moneter tetapi keluarannya tidak diukur dalam satuan moneter. Pusat
biaya dibedakan menjadi dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
56 a.
Pusat biaya teknis, yaitu pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan dengan pasti karena biaya tersebut
berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. b.
Pusat biaya kebijakan, yaitu pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat
biaya tersebut. 2.
Pusat Pendapatan Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam
suatu perusahaan dimana prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Pada pusat pendapatan, keluarannya diukur dalam satuan moneter, sedangkan masukannya tidak dihubungkan dengan keluarannya.
Pusat pendapatan berwenang menentukan harga jual, sedangkan masukannya tidak dihubungkan dengan keluarannya, sehingga tidak
dapat dihitung labanya. Suadi Arief, 2001:65 3.
Pusat Laba Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu
perusahaan dimana prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Pada pusat biaya ini masukan dan keluarannya dapat diukur dengan satuan moneter. Walaupun laba mampu menunjukkan
efisiensi dan efektivitas perusahaan maupun pusat laba, tetapi sebagai alat pengukur, laba juga menimbulkan masalah. Laba tidak
Universitas Sumatera Utara
57 mencerminkan seluruh hasil kerja manajemen. Suadi Arief,
2001:75 4.
Pusat Investasi Pusat Investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu
perusahaan dimana prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya, dan sekaligus modal atau investasi pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
2. Proses Pengendalian Manajemen
Proses pengendalian manajemen dimulai dari pemrograman, penganggaran, operasi, pelaporan dan kompensasi bagi manajemen.
Berdasarkan tujuan dan strategi yang telah ditetapkan perusahaan, pusat pertanggungjawaban menyusun program untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui strategi yang telah ditentukan. Selanjutnya dengan program yang sudah ditentukan maka manajer membuat anggaran. Anggaran juga
dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kelayakan program. Setelah anggaran dibuat, maka harus dilakukan pengendalian atas kegiatan operasi.
Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Agar dapat memantau hasil kerja pusat
pertanggungjawaban, diperlukan sebuah sistem pelaporan.
Strategi adalah suatu cara yang digunakan oleh manajemen puncak untuk mewujudkan suatu hasil yang sesuai dengan visi melalui misi
Universitas Sumatera Utara
58 organisasi. Perencanaan strategik ini dijadikan acuan dalam proses pemilihan
program, penganggaran, operasi dan pengukuran, pelaporan dan analisa.
Penentuan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dalam suatu proses yang disebut perencanaan strategis. Menurut
Anthony dan Govindarajan 2005:3, ”Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan
perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program
selama beberapa tahun ke depan”.
Perumusan strategi dan penjabaran strategi ke dalam langkah-langkah operasional dipenuhi dengan rangkaian pengambilan keputusan strategis.
Tahap ini merupakan tahap awal dalam penjabaran strategi ke dalam langkah- langkah operasional. Proses perencanaan strategi formal dapat memberi
organisasi :
a Kerangka untuk mengembangkan anggaran tahunan.
b Alat pengembangan manajemen.
c Mekanisme yang memaksa pasar untuk berfikir jangka panjang.
d Alat untuk menyatukan para manajer dalam strategi jangka panjang
perusahaan. a. Pemrograman
Menurut Suadi Arief 2001:111, ”Pemrograman adalah sebuah proses untuk memilih program demi mencapai tujuan perusahaan”, sedangkan
menurut Supriyono 1999:333, ”Pemrograman adalah proses pembuatan keputusan program-program organisasi yang akan dilaksanakan serta
Universitas Sumatera Utara
59 penaksiran jumlah sumber yang perlu dialokasikan untuk setiap program
utama”. Proses pemrograman dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan melalui strategi yang juga sudah
ditetapkan terlebih dahulu. Program dapat berupa keputusan untuk memproduksi barang, menciptakan jaringan distribusi baru, menurunkan biaya
produksi, meningkatkan kualitas produk, mengakuisisi perusahaan, meningkatkan kapasitas produksi, membuat sistem informasi, dan sebagainya.
Pemrograman dapat pula dikatakan sebagai suatu proses dalam memilih program yang spesifik yang akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan
perusahaan. Program-program yang ada dalam tiap perusahaan merupakan hasil dari proses pemrograman yang memperlihatkan kapan, dimana, mana,
dan berapa banyak sumber daya yang digunakan untuk tiap-tiap program. Program-program yang ada menunjukkan kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan organisasi dalam rangka melaksanakan strateginya. Proses awal dalam melaksanakan pemrograman dimulai saat manajer
memikirkan masa depan perusahaan. Hasil dari pemikiran manajer itu berupa pemahaman informal mengenai arah masa depan yang akan diambil
perusahaan, atau dapat juga berupa rumusan rencana-rencana formal perusahaan. Rumusan ini disebut rencana jangka panjang, sedangkan proses
penyusunan dan revisi disebut pemrograman. Contoh pemrograman misalnya, bagi perusahaan yang berorientasi laba, maka setiap produk atau lini produk
merupakan program dari perusahaan itu. Kegiatan riset dan pengembangan juga merupakan program yang dilakukan perusahaan. Inti dari suatu program
Universitas Sumatera Utara
60 adalah berupa tindakan-tindakan yang menuju kepada produksi dan distirbusi
produk dengan menggunakan sumber daya dari satu atau lebih unit organisasi. Dalam pelaksanaan program melibatkan penggunaan sumber daya yang ada
dan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya yang lebih besar pada masa yang akan datang. Sumber daya yang lebih besar itu dapat diperoleh melalui
pendapatan yang lebih besar dan pengurangan biaya. Terbatasnya sumber daya yang tersedia maka manajemen harus selektif dalam memilih program
yang akan dijalankan. Proses pemrograman berbeda dengan proses penganggaran. Pada proses
penganggaran, fokusnya hanya pada kurun waktu satu tahun, sedangkan dalam proses pemrograman berfokus pada kegiatan-kegiatan dalam kurun waktu
yang panjang atau beberapa tahun. Pemrograman mendahului proses penganggaran. Dalam jangka waktu tertentu penataan program perlu
dilakukan karena anggaran akan digunakan untuk memotivasi pencapaian rencana kerja yang diharapkan dan penilaian hasil kerja aktual. Proses
pemrograman melibatkan manajemen senior dan para manajer divisi atau pusat-pusat pertanggungjawaban yang juga dibantu oleh para staf. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan komunikasi antara para eksekutif perusahaan dan divisi dengan menyediakan serangkaian kegiatan yang
terjadwal melalui rencana mana yang mampu mencapai sasaran dan rencana yang disepakati bersama, sedangkan manajer tingkat bawah biasanya tidak
ikut dalam proses pemrograman. Proses pemrograman dapat menyita banyak waktu. Agar waktu dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka ada
Universitas Sumatera Utara
61 beberapa pedoman pemrograman yang dapat digunakan, yaitu tujuan
perusahaan, asumsi mengenai lingkungan, dan kebijakan perusahaan. Ada beberapa langkah pokok dalam menyusun pemrograman formal,
yaitu: 1. Penyusunan asumsi dan pedoman
Pada awal pemrograman harus disusun pedoman-pedoman yang akan digunakan dan pedoman ini disusun oleh staf yang ada dikantor pusat, namun
demikian keputusan tetap berada pada manajemen senior. Pedoman-pedoman yang ditetapkan meliputi:
a Rumusan tujuan.
b Asumsi tentang lingkungan eksternal.
c Rumusan kebijakan perusahaan dalam menyiapkan program.
2. Penyusunan rencana-rencana divisi Berdasarkan pedoman yang sudah disusun, selanjutnya divisi-divisi dan unit-
unit operasi lainnya kemudian menyiapkan rencana jangka panjang. Rencana tersebut dapat dibuat dalam proses penganggaran modal termasuk implikasi-
implikasi dari keputusan tersebut. Penyusunan rencana ini dilakukan oleh para staf di kantor pusat selanjutnya akan dipertimbangkan oleh manajemen divisi.
3. Review dan pengesahan rencana Ketika rencana divisi sampai ke pusat, para staf kantor pusat akan melakukan
pemeriksaan pendahuluan untuk memastikan apakah rencana itu dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan divisi-divisi itu tidak melebihi
anggaran yang telah dibuat. Sebagai bagian dari review maka para staf akan
Universitas Sumatera Utara
62 mengkombinasikan rencana-rencana untuk beberapa divisi ke dalam rencana
menyeluruh untuk perusahaan. Dalam review ini mungkin akan terjadi kesenjangan, dan untuk menutupi kesenjangan ini dapat dilakukan dengan
cara : 1.
Mencari peluang untuk memperbaiki rencana divisi. 2.
Rencana melakukan akuisisi. 3.
Merevisi tujuan perusahaan. Namun dalam melakukan review ini sering sekali terjadi kesulitan
mengenai menganalisis program yang telah berjalan. Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam menganalisis program yang sedang berjalan :
1. Review lini produk.
2. Review staf dan biaya overhead unit.
b. Penganggaran
Semua perusahaan pada umumnya membutuhkan anggaran, karena anggaran digunakan untuk perencanaan dan pengendalian perusahaan.
Penganggaran adalah proses pembuatan anggaran. Menurut Arief Suadi 2001:149, ”Anggaran adalah pernyataan resmi oleh manajemen tentang
harapan manajemen mengenai pendapatan, biaya, dan transaksi keuangan lainnya dalam jangka waktu tertentu untuk perusahaan yang menjadi
tanggungjawabnya”. Menurut Armila 2006:80, ”Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan, anggaran memuat tujuan dan
tindakan dalam mencapai tujuan”. Menurut Supriyono 1999:331, ”Penganggaran adalah perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif
Universitas Sumatera Utara
63 dalam bentuk keuangan dan ukuran kuantitatif lainnya”. Oleh karena itu,
penganggaran harus dilaksanakan setelah proses pemrograman, sehingga anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kelayakan
program. Anggaran berbeda dengan pemrograman, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa anggaran memiliki jangka waktu setahun, sedangkan program memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun. Selain itu program juga
melibatkan lebih dari satu pusat pertanggungjawaban. Hal ini berarti anggaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari program. Karakteristik itu
adalah : 1.
Anggaran biasanya dinyatakan dalam satuan moneter. 2.
Anggaran umum mencakup kurun waktu satu tahun. 3.
Anggaran mengandung komitmen manajemen. 4.
Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh para eksekutif dari pelaksana anggaran.
5. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam keadaan
khusus. 6.
Secara berkala kerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan varian yang ada dianalisis dan dijelaskan.
Menurut Arief Suadi 2001:147, anggaran juga memiliki fungsi, yaitu : 1.
Menilai program, strategi, sasaran, bahkan tujuan perusahaan. 2.
Menentukan wewenang dan tanggungjawab pusat pertanggungjawaban.
Universitas Sumatera Utara
64 3.
Mengadakan koordinasi antara pusat pertanggungjawaban. 4.
Menjadi dasar penilaian. Menurut Supriyono 1999:344, anggaran memiliki keuntungan atau
manfaat : 1.
Tersedia suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah. 2.
Membantu manajemen membuat situasi awal terhadap masalah- masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi dan membiasakan
manajemen untuk mempelajari dengan seksama masalah tersebut sebelum diambil keputusan.
3. Menyediakan cara-cara untuk memformalisasi usaha perencanaan.
4. Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan itu terjadi.
5. Mengembangkan iklim ”profitminded” dalam perusahaan,
mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber perusahaan.
6. Membantu mengkoordinasi dan mengintegrasikan penyusunan
rencana operasi berbagai segmen yang ada pada organisasi sehingga keputusan final dan rencana-rencana tersebut dapat terintegrasi dan
komprehensif. 7.
Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman dasar yang
sudah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
65 8.
Mengkoordinasikan, menghubungkan dan membantu mengarahkan modal dan semua usaha-usaha organisasi ke saluran yang paling
menguntungkan. 9.
Mendorong suatu standar prestasi yang tinggi dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat, menimbulkan
perasaan berguna dan menyediakan perangsang insentif untuk pelaksanaan yang efektif.
10. Menyediakan tujuan atau sasaran yang merupakan alat pengukur atau
standar untuk mengukur prestasi dan ukuran pertimbangan manajemen dan sikap eksekutif secara individual.
Anggaran juga memiliki keterbatasan, menurut Supriyono 1999:345, yaitu:
1. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi
yang ketepatannya tergantung pada kemampuan estimator atau proyektor. Ketidaktepatan estimasi mengakibatkan manfaat
pererncanaan tidak dapat dicapai. 2.
Perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu, jika kondisi dan asumsi yang mendasari berubah maka
perencanaan dan anggaran harus dikoreksi. 3.
Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen hanya jika semua pihak, terutama para manajer, terus bekerja sama secara terkoordinasi dan
berusaha mencapai tujuan.
Universitas Sumatera Utara
66 4.
Perencanaan dan anggaran tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan ”jugdement” manajemen.
Anggaran dapat dibuat untuk setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Suadi Arief 2001:151 mengklasifikasikan jenis anggaran ke dalam
sekelompok anggaran yang dinamakan anggaran induk master budget yaitu anggaran yang bersifat komprehensif yang mencakup berbagai jenis anggaran
yaitu antara lain: 1.
Anggaran penjualan 2.
Anggaran produksi 3.
Anggaran pembelian bahan mentah 4.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung 5.
Anggaran biaya overhead pabrik 6.
Anggaran biaya penjualan dan biaya administrasi umum 7.
Anggaran penerimaan piutang 8.
Anggaran pembayaran piutang 9.
Anggaran investasi 10.
Anggaran aliran kas 11.
Anggara perhitungan laba-rugi dan neraca
c. Operasi
Pada periode operasi aktual, dilakukan pencatatan aktual tentang sumber daya yang digunakan dan dinyatakan dalam bentuk biaya, serta mengenai
pendapatan yang diperoleh secara aktual. Data yang digunakan dalam menyatakan biaya dan pendapatan yang diperoleh secara aktual telah
Universitas Sumatera Utara
67 terkelompok baik menurut pusat pertanggungjawaban. Data yang
dikelompokkan menurut program akan digunakan sebagai dasar untuk pemrograman yang akan datang, sedangkan data yang dikelompokkan
menurut pusat pertanggungjawaban digunakan untuk mengukur prestasi manajer pusat pertanggungjawaban, dengan membandingkan data dari operasi
aktual dengan anggaran.
Menurut Suadi Arief 2001:211, alasan diperlukannya pengendalian manajemen atas kegiatan tugas karena adanya pandangan pengendalian tugas
sempit, yaitu menjamin bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Kegiatan operasi yang efektif dan efisien belum menjamin
tercapainya tujuan perusahaan karena untuk sampai ke kegiatan operasional, tujuan perusahaan harus dijabarkan menjadi strategi program dan anggaran.
Jika dalam satu atau lebih penjabaran tersebut terdapat kesalahan, maka keberhasilan dalam kegiatan operasional dengan sendirinya belum tentu
menjamin tercapainya tujuan perusahaan. Dalam pengendalian operasi, manajemen mempunyai kewajiban untuk menjamin agar setiap pekerjaan
dikerjakan secara efektif dan efisien oleh orang lain. Agar setiap pekerjaan dapat dikerjakan secara efektif dan efisien, manajemen berkewajiban untuk
mengusahakan timbulnya lingkungan kerja yang mendukung. Termasuk dalam lingkungan kerja itu adalah sistem kompensasi tenaga kerja, sistem
pemberian hukuman, fasilitas produksi dan bahan baku yang mendukung. Tugas lain manajemen adalah melakukan seleksi pada penerimaan tenaga
kerja dan mengatur penempatan tenaga kerja yang diterima.
Universitas Sumatera Utara
68
d. Pelaporan
Sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem untuk membantu manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan, agar mau
mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien. Oleh karena itu sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang
berfungsi sebagai alat komunikasi. Informasi yang digunakan terdiri dari data akuntansi dan non-akuntansi, yang diperoleh baik dari dalam maupun dari luar
perusahaan. Informasi ini membantu manajer untuk mengetahui apa yang sedang terjadi guna memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh
berbagai pusat pertanggungjawaban terpisah-pisah dapat koordinasi dengan baik.
Laporan juga digunakan sebagai pengendalian. Laporan juga digunakan untuk menunjukkan hasil kerja puast pertanggungjawaban beserta
anggarannya, sehingga dapat diketahui penyimpangan terhadap anggaran. Agar lebih bermanfaat, laporan tersebut juga harus disertai dengan analisis
tentang penyebab timbulnya penyimpangan. Tahap akhir dalam proses pengendalian manajemen adalah melaporkan
hasil kerja berikut analisisnya. Di dalam pelaporannya, hasil kerja pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan anggarannya dan selanjutnya
diadakan analisa terhadap penyimpangan tersebut. Hal ini dibutuhkan agar dapat memantau hasil kerja pusat pertanggungjawaban. Dalam laporan
tersebut harus ditunjukkan hasil kerja pusat pertanggungjawaban beserta anggarannya, sehingga dapat diketahui penyimpangan terhadap anggaran.
Universitas Sumatera Utara
69 Agar lebih bermanfaat, laporan tersebut disertai dengan analisa tentang
penyebab timbulnya penyimpangan. Sebuah sistem laporan anggaran yang baik mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Laporan anggaran merinci varian-varian prestasi aktual dari
anggaran berdasarkan faktor-faktor penyebabnya dan unit organisasi yang bertanggungjawab.
b. Laporan mencakup ramalan tahunan.
c. Laporan ini mencantumkan penjelasan mengenai sebab varian,
tindakan yang diambil untuk mengoreksi varian yang tidak menguntungkan, waktu yang dibutuhkan agar tindakan koreksi bisa
efektif.
e. Kompensasi Bagi Manajemen
Kompensasi bagi manajemen dapat berupa gaji, bonus, dan fasilitas yang diberikan kepada manajemen sebagai imbalan terhadap pekerjaan yang
mereka lakukan untuk perusahaan. Kompensasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kompensasi resmi dan kompensasi tidak resmi. Kompensasi resmi
adalah kompensasi yang diberikan oleh perusahaan, sedangkan kompensasi tidak resmi adalah kompensasi yang diterima dari rekan kerja. Kompensasi
tidak resmi tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sebuah sistem kompensasi dikatakan efektif kalau dalam menghadapi
suatu masalah, keputusan manajemen sama dengan keputusan pemilik perusahaan. Agar dapat efektif, sistem kompensasi harus dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
70 variabel-variabel yang menjadi minat pemilik perusahaan, misalnya pangsa
pasar, aliran uang yang masuk, penemuan produk baru, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
71
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Di dalam kegiatan penelitian dan cara untuk memperoleh data maupun keterangan yang dibutuhkan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang semata-mata melukiskan keadaan obyek atau peristiwa secara
mendetail dan mendalam.
B. Jenis Data
Jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari: 1.
Data primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data
yang terjadi dilapangan yang diperoleh dari teknik wawancara, kemudian akan diolah oleh penulis, seperti : wawancara dengan staf
dibagian pembelian bahan baku dan staf di bagian produksi. 2.
Data sekunder Merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang
sudah jadi, seperti : struktur organisasi, laporan persediaan dan kebutuhan bahan baku.
Universitas Sumatera Utara
72
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan : 1.
Teknik wawancara, penulis melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan pihak perusahaan, khususnya dengan bagian
yang berhubungan dengan objek penelitian. 2.
Teknik kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan teori- teori bahan baku dan teori-teori sistem pengendalian manajemen.
D. Metode Penganalisaan Data