Biaya pemesanan Biaya penyiapan Biaya kehabisan atau kekurangan bahan. Sistem Pencatatan Persediaan

27 Cara penyelengaraan bahan baku pada setiap perusahaan itu berbeda- beda, baik dalam jumlah unit persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waktu penggunaannya, maupun jumlah biaya untuk membeli bahan baku tersebut. Menurut Hansen dan Mowen 2001:584, adapun biaya yang timbul karena persediaan adalah: 1. Biaya penyimpanan Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin banyak.

2. Biaya pemesanan

Setiap kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan.

3. Biaya penyiapan

Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per penyiapan.

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan.

Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif.

4. Sistem Pencatatan Persediaan

Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode Universitas Sumatera Utara 28 dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian. Terdapat beberapa perbedaan pencatatan ayat jurnal diantara kedua metode tersebut. Pada sistem perpetual, diperlukan ayat jurnal tambahan untuk mencatat harga pokok penjualan dari persediaan yang terjual, sedangkan dalam sistem periodik, harga pokok penjualan tidak dicatat pada saat terjadi penjualan. Perbedaan yang lain adalah dalam sistem perpetual pada saat terjadi pembelian, maka debit untuk pembelian persediaan adalah ke akun persediaan, sedangkan pada sistem periodik yang harus didebit adalah akun pembelian. Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Periodik dan Sistem Perpetual Sistem Periodik Sistem Perpetual Jurnal untuk pembelian Pembelian 50000 Persediaan 50000 Utang usaha 50000 Utang usaha 50000 Jurnal untuk penjualan Piutang usaha 60000 Piutang usaha 60000 Penjualan 60000 Penjualan 60000 Harga Pokok Penjualan 40000 Persediaan 40000 Sumber: Stice dan Skousen, 2004 Pada akhir periode akuntansi, total biaya persediaan harus dialokasikan ke persediaan yang masih ada dan ke persediaan yang terjual selama periode tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian terhadap persediaan. Ada beberapa alasan dilakukannya penilaian terhadap persediaan yaitu untuk Universitas Sumatera Utara 29 membandingkan antara biaya dengan pendapatan sehingga dihasilkan laba dan untuk menyajikan nilai persediaan didalam neraca dan juga untuk memberikan informasi kepada investor dalam memprediksi arus kas dimasa yang akan datang karena persediaan merupakan sumber yang akan mendukung arus kas dan jumlah persediaan yang akan terjual pada masa yang akan datang dan juga akan mempengaruhi kas keluar. Menurut Stice dan Skousen 2004:667, ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu : a. Identifikasi khusus. b. Biaya Rata-Rata Average c. Masuk Pertama, Keluar Pertama FIFO d. Masuk Terakhir, Keluar Pertama LIFO Setiap metode memiliki karakteristik khusus. Keempat metode tersebut memiliki fakta yang sama bahwa biaya persediaan dialokasikan ke laporan laba-rugi dan neraca. Hanya metode identifikasi khusus yang menentukan alokasi biaya berdasarkan arus persediaan fisik. Apabila unsur persediaan individual, seperti mobil, tidak dapat didefenisikan dengan jelas, maka unsur biaya persediaan dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, penekanan dalam penilaian persediaan biasanya terletak pada alokasi biaya akuntansi, bukan pada arus fisiknya. Universitas Sumatera Utara 30 a. Identifikasi Khusus Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Metode identifikasi khusus bukan merupakan metode yang praktis kecuali masing-masing persediaan dapat diidentifikasi secara akurat. Dari sudut pandang teoritis, metode ini sangat menarik, terutama apabila setiap unit memiliki keunikan dan biaya yang tinggi. Tetapi untuk unit yang dibeli terdiri dari berbagai jenis yang identik dan dengan harga yang berbeda-beda maka metode ini menjadi tidak praktis. Oleh karena itu metode ini paling jarang digunakan oleh perusahaan-perusahaan. b. Metode Biaya Rata-Rata Average Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk terakhir. Metode biaya rata-rata dianggap sebagai yang realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit Universitas Sumatera Utara 31 persediaan yang identik. Pendekatan metode rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama. Tetapi keterbatasan dari metode ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan yang cepat. Jika metode ini digunakan pada sistem perpetual maka biaya rata-rata per unit dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan dan sampai pembelian berikutnya dilakukan baru dihitung rata-ratanya. Apabila metode rata-rata digunakan pada sistem periodik maka biaya dibandingkan dengan pendapatan sesuai rata-rata per unit harga pokok penjualan. Metode ini disebut juga metode rata-rata tertimbang. Rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan membagi total biaya dari setiap barang yang tersedia untuk dijual selama satu periode. Dalam penggunaan metode rata-rata, pada umumnya memberikan nilai persediaan yang sama dengan FIFO, karena nilai rata-rata sangat dipengaruhi oleh nilai sekarang. Contoh : 1 Jan Persediaan: 200 unit 9 1800 10 Jan Pembelian: 300 unit 10 3000 21 Sep Pembelian: 400 unit 11 4400 18 Nov Pembelian: 100 unit 12 1200 Tersedia untuk dijual 1000 unit 10400 Persediaan yang tersedia pada 31 Desember adalah 300 unit. Biaya rata-rata per unit : 104001000 unit = 10,4 Universitas Sumatera Utara 32 Harga pokok penjualan : 700 unit × 10,4 = 7280 Biaya untuk persediaan akhir: 10400 - 7280 = 3120 c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama FIFO Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode. Contoh : perpetual 1 Januari Persediaan:10 unit 20 4 Januari Penjualan: 7 unit 10 Januari Pembelian: 8 unit 21 22 Januari Penjualan: 4 unit 28 Januari Penjualan: 2 unit 30 Januari Pembelian:10 unit 22 Universitas Sumatera Utara 33 Tabel 2.2 Metode FIFO Pembelian Harga Pokok Penjulan Persediaan Tanggal Jumlah Biaya Per unit Total Biaya Jumlah Biaya Per Unit Total Biaya Jumlah Biaya Per Unit Total Biaya 1 Jan 10 20 200 4 7 20 140 3 20 60 10 8 21 168 3 20 60 8 21 168 22 3 20 60 1 21 21 7 21 147 28 2 21 42 5 21 105 30 10 22 220 5 21 105 10 22 220 Sumber: Warren Reeve Fess, 2005 Biaya persediaan akhir 31 Januari = 325 Harga pokok penjualan = 263 Jika dengan menggunakan sistem periodik : 1 Jan Persediaan: 10 unit 20 200 10 Pembelian: 8 unit 21 168 30 Pembelian: 10 unit 22 220 Tersedia untuk dijual 28 unit 588 Biaya paling awal, 1 Jan: 10 unit 20 200 Biaya paling awal, 10 Jan: 3 unit 21 63 Harga pokok penjualan 13 unit 263 Penggunaan FIFO dalam periode dimana terjadi kenaikan harga mengaitkan persediaan paling lama yang berbiaya rendah dengan harga jual yang meningkat, sehingga memperbesar margin kotor. Namun, tingginya laba kotor yang dihasilkan hanya bersifat sementara karena nilai persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat. Di periode dimana terjadi penurunan harga, persediaan lama yang berbiaya tinggi dikaitkan dengan Universitas Sumatera Utara 34 harga jual yang menurun, sehingga memperkecil margin kotor. Dengan menggunakan FIFO, persediaan yang dilaporkan di neraca, nilainya akan mendekati atau sama dengan biaya yang sekarang. d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama LIFO Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan harga jual yang meningkat, dengan menggunakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan menggunakan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar. Contoh : Dengan menggunakan data persediaan dan pembelian yang sama dengan contoh diatas maka dapat ditentukan harga pokok penjualan. Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 2.3 Metode LIFOSistem Perpetual Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan Tanggal Jumlah Biaya per Unit Total biaya Jumlah Biaya Per Unit Total Biaya Jumlah Biaya Per Unit Total Biaya 1 Jan 10 20 200 4 7 20 140 3 20 60 10 8 21 168 3 20 60 8 21 168 22 4 21 84 3 20 60 4 21 84 28 2 21 42 3 20 60 2 21 42 30 10 22 220 3 20 60 2 21 42 10 22 220 Sumber: Warren Reeve fess, 2005 Sistem Periodik Biaya paling akhir, 30 Jan: 10 unit 22 220 Biaya paling akhir berikutnya, 3 Jan: 3 unit 21 63 Harga pokok penjualan 13 unit 283 Biaya merupakan dasar utama untuk penilaian persediaan. Namun, dalam beberapa kasus, persediaan juga dapat dinilai selain berdasarkan biaya. Hal ini dapat terjadi apabila 1 biaya penggantian persediaan lebih rendah daripada biaya yang tercatat, 2 persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, usang, perubahan gaya atau karena penyebab lainnya. Ada 2 metode penilaian persediaan selain berdasarkan biaya, yaitu : Universitas Sumatera Utara 36 a. Penilaian mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar LOCOM Metode ini memberikan arti bahwa aktiva dicatat pada nilai yang lebih rendah antara biaya dengan harga pasarnya. Harga pasar yang digunakan dalam metode ini adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. LOCOM memiliki pengaruh terhadap pengakuan atas penurunan yang belum direalisasi dalam nilai aktiva, tetapi tidak atas peningkatan yang belum direalisasi. Dalam menerapkan aturan yang lebih rendah antara biaya dan nilai pasar, harga persediaan akhir yang ditentukan dengan metode alokasi biaya yang sesuai, dibandingkan dengan nilai pasar di akhir periode. Bila nilai pasar lebih kecil daripada biaya, akan dibuat ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat kerugian dan menyatakan kembali persediaan pada nilai yang lebih rendah. b. Penilaian pada nilai realisasi bersih Pada perusahaan sering sekali terdapat barang dagang yang sudah usang, rusak ataupun catat, yang hanya bisa dijual dibawah harga pasar maka harus diturunkan nilainya. Hal ini dapat dilakukan dengan metode penilaian pada nilai realisasi bersih, yaitu estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung. Perusahaan mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila pencatatan persediaan perpetual tidak dilakukan dan tidak praktis untuk Universitas Sumatera Utara 37 melakukan perhitungan fisik. Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik mungkin perlu membuat laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan setiap bulan mungkin tidak ekonomis terlalu mahal. Selain itu jika terjadi bencana seperti kebakaran yang menghancurkan persediaan, maka jumlah kerugian harus ditentukan. Dalam kasus ini, perhitungan fisik akan sulit dilakukan, dan mungkin catatan secara perpetual sudah terbakar. Jika ini terjadi, maka biaya persediaan dapat diestimasikan dengan menggunakan : 1. Metode Eceran Metode persediaan eceran mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual dengan harga eceran dari barang yang sama. Untuk dapat menggunakan metode ini, harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga barang eceran yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual eceran barang dagang yang tersedia untuk dijual, seperti contoh dibawah ini: Universitas Sumatera Utara 38 Harga Pokok Harga Eceran Persediaan barang dagang, 1 Januari 19400 36000 Pembelian bulan Januari bersih 42600 64000 Barang yang tersedia untuk dijual 62000 100000 Rasio biaya terhadap harga eceran: 62000 : 100000 = 62 Penjualan bulan Januari bersih 70000 Persediaan barang dagang, 31 Januari pada eceran 30000 Persediaan barang dagang, 31 Januari pada estimasi biaya 30000 × 62 18600 2. Metode laba kotor Metode laba kotor gross profit method menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode yang dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tingkat aktual dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, jumlah dolar penjualan untuk suatu periode dapat dibagi ke dalam dua komponen: 1 laba kotor dan 2 harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual untuk mendapatkan estimasi harga pokok persediaan. Seperti contoh dibawah ini : Persediaan barang dagang, 1 Januari 57000 Pembelian selama Januari bersih 180000 Barang yang tersedia untuk dijual 237000 Penjualan selama Januari bersih 250000 Dikurangi estimasi laba kotor 30× 250000 75000 Estimasi harga pokok penjualan 175000 Estimasi persediaan barang dagang, 31 Januari 62000 Universitas Sumatera Utara 39

5. Akibat dari Kesalahan Mencatat Persediaan