atau tukar-menukar ataupun hibah, maka keharusan sebagai orang yang berhak berbuat bebas tersebut adalah pada saat ia melakukan penyerahanya atau pada tahap perjanjian kebendaannya.
Dengan kata lain keharusan itu belum berlaku pada saat seseorang itu menawarkan barangnya atau mengadakan perjanjian obligatornya. Oleh karenanya dalam praktek sehari-hari sudah bisa
dilakukan jual-beli atas barang yang belum berada ditangannya penjual, misalnya barangnya baru di-indent atau sedang dalam perjalanan.
B. Tata Cara Penyerahan Levering.
1. Penyerahan Benda Bergerak.
Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan terdahulu bahwa penyerahan levering tersebut memiliki dua arti yaitu perbuatan berupa penyerahan kekuasaan belaka atas suatu benda
feitelijke levering dan perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain juridische levering. Dua pengertian tersebut sangat tampak jelas dalam pemindahan hak
milik atas benda tidak bergerak, karena pemindahan hak milik atas benda tidak bergerak tidak cukup dilakukan dengan pengoperan kekuasaan belaka feitelijke levering tetapi harus pula
dibuat suatu surat penyerahan yang disebut akte van transport, hal mana akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan penyerahan benda tidak bergerak.
Namun berbeda halnya terhadap benda bergerak dimana kedua bentuk penyerahan diatas yaitu feitelijke levering dan juridische levering telah menjadi satu, karena menurut KUHPerdata
terhadap benda bergerak ini penyerahan lazimnya berupa penyerahan dari tangan ke tangan dan tidak memerlukan suatu formalitas tertentu.
Penyerahan benda bergerak diatur dalam Pasal 612 KUHPerdata, yang berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
“Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tidak bertubuh, dilakukan dengan penyerahan nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan
penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu berada. Penyerahan tak perlu dilakukan, apabila kebendaan yang harus diserahkan, dengan
alasan hak lain telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya.” Dari ketentuan pasal tersebut di atas menyatakan bahwa cara pelaksanaan penyerahan
atas benda bergerak dilakukan secara nyata feitelijke dari tangan ke tangan tanpa adanya suatu formalitas tertentu berupa akte penyerahan. Bahkan jika yang akan diserahkan tersebut berupa
benda yang berada dalam suatu gudang, maka penyerahan benda tersebut cukup dengan penyerahan kunci gudang tersebut.
Sekiranya benda yang akan diserahkan tersebut telah berada dalam penguasaan seseorang yang akan menerima penyerahan benda tersebut sebagai houder misalnya penyewa, maka dalam
hal demikian tidak perlu lagi dilakukan penyerahannya melainkan dengan terjadinya perjanjian yang menjadi dasar dari penyerahan tersebut, hak milik atas barang tersebut otomatis berpindah.
Penyerahan yang demikian dinamakan “tradition brevi manu” atau “levering met de korte hand” atau yang disebut penyerahan secara tangan pendek.
Mr.N.E.Algra K.Van Duyyendijk
37
37
Mr.N.E.Algra K.Van Duyvendijk., op-cit, hal 240.
mengemukakan; sehubungan dengan pertanda luar, maka undang-undang bertitik tolak demikian nyata dari pasal ini, bahwa untuk penyerahan milik
mengenai barang bergerak melalui pengadaan penguasaan, harus terjadi sesuatu yang dapat dilihat: memberikan barang itu, menyerahkan kunci. Atas peraturan pokok ini undang-undang
memberikan suatu pengecualian, yang memungkinkan pertukaran penguasaan yang tidak kelihatan. Pasal 612 ayat 2 KUHPerdata; “Penyerahan itu tidak perlu dilakukan, apabila
kebendaan yang harus diserahkan dengan alasan hak lain misalnya alasan hak sewa, pinjam pakai” telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya. Dengan lain perkataan: apabila
seseorang kepada siapa milik barang itu harus diserahkan, telah menguasai barang itu misalnya
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan alasan hak hukum pinjam pakai atau sewa, maka penyerahan itu tidak perlu dilakukan.
Dari apa yang dikemukakan oleh Mr.N.E.Algra tersebut di atas bahwa penyerahan akan kebendaan bergerak tersebut terjadi secara nyata, melalui pengadaan penguasaan yang dapat
dilihat yaitu dengan memberikan barang itu atau menyerahkan kunci, kecuali jika barang yang akan diserahkan itu sebelumnya telah berada dalam penguasaan oleh pihak yang akan
memerimanya maka pengalihan hak itu tidak kelihatan. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa hak milik atas sesuatu barang hanya dapat
berpindah secara sah, jika seseorang memperolehnya dari orang yang berhak memindahkan hak milik atas barang tersebut yaitu pemiliknya. Akan tetapi dapat dimaklumi bahwa kelancaran lalu-
lintas hukum akan sangat terkendala bila dalam setiap perjanjian yang bermaksud mengalihkan barang bergerak misalnya dalam jual beli, pihak pembeli tersebut harus terlebih dahulu
menyelidiki apakah pihak penjual tersebut sungguh-sungguh mempunyai hak milik atas barang tersebut. Guna kepentingan lalu lintas hukum itulah maka Pasal 1977KUHPedara menetapkan
mengenai barang bergerak si penjual dianggap sudah cukup membuktikan hak miliknya dengan mempertunjukkan bahwa ia menguasai barang itu seperti seorang pemilik, yaitu bahwa menurut
keadaan yang tampak keluar barang itu seperti kepunyaannya sendiri bezit. Selengkapnya Pasal 1977 KUHPerdata menyebut ;
“Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa maka barang siapa yang menguasainya dianggap sebagai
pemiliknya”. Jadi seseorang yang hendak mengalihkan benda bergerak tersebut tak perlu ia
memperlihatkan cara bagaimana ia mendapatnya titel-nya, tak perlu ia memperlihatkan tanda
Universitas Sumatera Utara
bukti tentang hak miliknya, cukuplah ia mempunyai bezit menurut pengertian hukum. Dan sipembeli yang percaya pada adanya bezit dipihak si penjual ia akan dilindungi oleh undang-
undang, dan jika kemudian ternyata bahwa si penjual itu bukan pemilik, melainkan misalnya hanya seorang pemakai berdasar pinjam pakai, maka si pembeli tetap sebagai pemilik baru atas
barang itu. Oleh karenanya Pasal 1977 KUHPerdata tersebut memberi perlindungan hukum bagi pembeli, dan mengorbankan kepentingan pemilik yang sejati. Jika dikaji dari sisi keadilan dan
kepastian hukum maka ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata tersebut sudah tepat. Sebuah contoh illustrasi, A meminjamkan barang bergerak kepada si B. Kemudian B menjual benda tersebut
kepada C, maka dalam hal ini adalah menjadi risiko si A dan tidaklah adil untuk bagi C untuk memikul resiko tersebut, karena C dalam hal ini bertindak jujur dan beritikad baik.
Namum penerapan Pasal 1977 KUHPerdata tersebut tidak berlaku bagi barang yang berasal dari hasil pencurian. Orang yang kecurian berhak meminta kembali barangnya dari tiap
orang yang memegangnya. Menurut Mariam Darus Badrulzaman
38
Terhadap Pasal 1977 KUHPerdata ini terdapat dua penafsiran, yaitu dari Diephuis dan Scholten. Menurut Diephuis, bezitter yang beritikad baik dan menguasai benda bergerak secara
nyata, merupakan pemilik dari benda itu ajaran eigendom Scholten mengatakan bahwa penerima benda yang beritikad baik menganggap pihak yang menyerahkan benda bezitter
semula adalah pemilik, diperlindungi, dengan perkataan lain aman veilig dari pemilik yang sah, walaupun bezitter semula tidak wenang menguasai ajaran legitimasi. Disini tampak bahwa
Pasal 1977 KUHPerdata dengan asas “ Bezit geldt als volkomen title” telah merubah peranan dari syarat-syarat penyerahan levering
khususnya wewenang menguasai. Pasal ini menghapuskan syarat wenang menguasai yang disebut dalam pasal 584 KUHPedara.
38
Mariam Darus Badrulzaman II., op-cit, hal 71
Universitas Sumatera Utara
ajaran Diephuis sistem Perancis melihat lembaga ini dari sudut penerima benda verkrijger, sedangkan ajaran scholten sistim Jerman melihatnya dari segi pemberi benda vervreemder.
Mariam Darus Badrulzaman
39
a. Dengan penyerahan nyata feitelijke levering Pasal 612 KUHPerdata dengan perkataan
lain dari tangan ke tangan. menyimpulkan, ada beberapa cara penyerahan benda
bergerakberwujud sebagai berikut :
b. Penyerahaan simbolis tradition simbolica Pasal 612 KUHPerdata misalnya dengan
penyerahan kunci dari gudang. c.
Penyerahan dengan cara pendek tradition brevi manu, Pasal 612 KUHPerdata terjadi dalam hal benda yang akan diserahkan dengan alas hak yang lain telah berada dalam
penguasaan orang yang berhak menerimanya. d.
Penyerahan dengan cara panjang tradition longa manu, terjadi jika benda yang akan diserahkan berada dalam penguasaan pihak ketiga.
e. Constitutum possessorium, terjadi jika benda yang akan diserahkan berada dalam tangan
pemilik semula. Namun dalam praktek di masyarakat, penyerahan atas benda bergerak ini adakalanya
menimbulkan masalah, khususnya mengenai ketentuan yang mensyaratkan bahwa orang yang akan menyerahkan itu haruslah dilakukan oleh orang yang berhak berbuat bebas, dalam arti
sebagai pemilik atas barang itu. Namun yang menjadi permasalahan bagaimana orang lain misalnya orang yang akan menerima penyerahan itu mengetahui dengan pasti bahwa orang yang
akan menyerahkan itu adalah pemilik yang sebenarnya atas barang yang akan diserahkan itu. Misalnya dalam jual beli, bagaimana si pembeli itu mengetahui bahwa barang yang akan
dibelinya itu benar-benar milik si penjual, bisa terjadi dibelakang hari pembeli tersebut
39
Ibid, hal 70
Universitas Sumatera Utara
menghadapi masalah hukum dengan tuduhan bahwa dia membeli barang hasil curian dan dituduh melakukan tindak pidana berupa penadahan. Dalam hal ini ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata itu
bisa berbenturan dengan ketentuan penadahan dalam Hukum Pidana. Selain hal tersebut di atas masalah yang mungkin timbul dalam penyerahan benda
bergerak ini adalah misalnya seorang yang hendak membeli emas di toko emas, setelah para pihak setuju atas sesuatu emas yang telah dipilih oleh pembeli dan harga telah disepakati, bahkan
pembeli telah membayar harganya dan kemudian pemilik toko penjual tersebut menyerahkan emas tersebut dengan meletakkan barang itu di etalasi kaca, namun belum sempat pembeli
tersebut mengambilnya, tiba-tiba diambil perampok dan melarikan diri. Permasalah yang timbul dalam hal ini apakah telah terjadi penyerahan atas emas tersebut?, kalau menurut pemilik toko
dalam hal demikian sudah diserahkan dan hal seperti itu biasa dilakukan, tidak mesti diserahkan langsung ketangannya pembeli, sedangkan menurut pembeli mengatakan belum dipegang emas
tersebut dalam arti belum terjadi penyerahan. Hal seperti inilah contoh sederhana yang mungkin terjadi berkaitan dengan penyerahan atas benda bergerak tersebut.
2. Penyerahan untuk benda tidak bergerak on roerende zaaken.
Mengenai penyerahan levering benda tidak bergerak ini haruslah memperhatikan ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria yang diatur dalam UU Nomor 5 tahun 1960, dimana
penyerahan atas tanah tidak berlaku lagi ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata melainkan yang mengaturnya adalah ketentutan Undang-Undang Pokok Agraria.
Dalam ketentuan KUHPerdata penyerahan benda tidak bergerak diatur dalam Pasal 616- 620.
Pasal 616 KUHPerdata menyatakan;
Universitas Sumatera Utara
“Penyerahan atau penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan cara pengumuman akta-akta yang bersangkutan dengan cara seperti yang ditentukan dalam
Pasal 620 KUHPerdata”. Pasal 617 KUHPerdata menyatakan;
“Tiap-tiap akta dengan mana kebendaan tak bergerak dijual, dihibahkan, dibagi, dibebani atau dipindahtangankan, harus dibuat dalam bentuk akta otentik, atas ancaman
kebatalan”. Sebagai akta otentik harus dianggap juga, tiap-tiap petikan dalam bentuk biasa, dari rol
atau register kantor lelang guna membuktikan penjualan barang dengan perantaraan kantor tersebut, yang diselenggarakan menurut peraturan-peraturan yang telah ada,
atau kemudian akan diadakan”. Pasal 618 KUHPerdata menyatakan;
“Segala akta pemisahan harta kekayaan, sekedar mengenai barang-barang tak bergerak, harus diumumkan juga dengan cara sebagaimana teratur dalam Pasal 620”.
Pasal 619 KUHPerdata menyatakan; “Salinan dari akta penjualan atau akta pemindahan, tak boleh diberikan kepada pihak
yang memperoleh barang, tanpa izin dari pihak yang menjual atau pihak yang ikut berhak, izin mana dengan tegas harus diberikan dalam akta itu sendiri atau dalam akta
otentik lain yang kemudian dibuat dan yang harus diumumkan juga pada waktu dan dengan cara yang sama sebagaimana teratur terhadap pengumuman akta penjualan dan
pemisahan tersebut. Dalam hal tak adanya izin yang demikian, penyimpan hipotek harus menolak pengumuman akta-akta tersebut. Segala pengumuman bertentangan dengan
ketentuan ini adalah batal, dengan tak mengurangi tanggung-jawab pegawai yang telah memberikan salinan akta tersebut tanpa izin, dan tanggung jawab sipenyimpan hipotek
yang telah melakukan pengumuman dalam hal tak adanya izin”. Pasal 620 KUHPerdata menyatakan;
“Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal yang lalu, pengumuman termaksud di atas dilakukan dengan memindahkan sebuah salinan otentik
yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan ke kantor penyimpan hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak bergerak yang harus
diserahkan itu berada, dan dengan membukukannya dalam register”. Ketentuan tersebut di atas adalah termasuk kepada tanah sebagai benda tidak bergerak,
sedangkan saat ini ketentuan mengenai penyerahan tanah, ketentuan tersebut sepanjang
Universitas Sumatera Utara
mengenai tanah tidak berlaku lagi, oleh karenanya penyerahan benda tidak bergerak selain tanah dewasa ini dilakukan dengan pembuatan suatu tulisan yang dinamakan surat penyerahan, yang
harus dibuat secra resmi authentiek, di depan notaris. R.Subekti
40
Selanjutnya mengenai penyerahan levering atas tanah dapat diuraikan sebagai berikut; mengemukakan; penyerahan-mengenai benda tidak bergerak- harus
dilakukan dengan pembuatan suatu tulisan yang dinamakan “akte van transport” surat penyerahan, yang dibuat secara resmi authentiek, di depan notaris. Akte tersebut berupa suatu
keterangan timbal-balik yang ditandatangani bersama oleh si penjual dan si pembeli, yang secara pokok berisi disatu pihak penjual menyerahkan hak milik atau benda yang bersangkutan.
Biasanya si penjual itu bersama-sama menghadap pegawai pengurusan pembalikan nama Overschrijvings ambtenaar, sekarang Pegawai Kadaster untuk bersama-sama melaksanakan
pembalikan nama. Tetapi menurut pendapat yang lazim dianut, sipembeli itu juga dapat menghadap sendirian saja, jika ia sudah memegang akte van transport, karena itu berarti ia telah
mendapat kuasa dari si penjual untuk melaksanakan sendiri pembalikan nama itu.
Pasal 26 UUPA menegaskan; “Jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian menurut Adat
dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk memindahkan hak milik serta pengawasannya diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
Peraturan Pemerintah dimaksud dalam ketentuan tersebut diatas adalah Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961.
Mariam Darus Badrulzaman
41
40
R.Subekti I., op-cit, hal 72.
mengemukakan proses terjadinya peralihan hak milik atas tanah yang sudah dibukukan adalah sebagai berikut :
41
Mariam Darus Badrulzaman IV., Bab-Bab Tentang Hipotheek, Alumni, Bandung, 1983, hal 34.
Universitas Sumatera Utara
a. Fase pertama : Fase yang mendahului akta PPAT.
b. Fase kedua ; Akta PPAT
c. Fase ketiga : Pendaftaran dan pemberian sertifikat.
Ad.a. Fase yang mendahului akta PPAT. Sebelum melakukan penyerahan hak atas tanah, lazimnya pihak-pihak misalnya penjual
dan pembeli mengadakan perikatan untuk mengadakan perjanjian penyerahan hak atas tanah. Perjanjian yang mendahului penyerahan ini adalah perjanjian konsensuil dan obligatoir, yang
merupakan alas hak titel dari penyerahan hak. Perjanjian ini tidak terikat pada bentuk tertentu. Perjanjian ini diatur dalam Pasal 19 PP No.10 tahun 1961 yang menyatakan “setiap
perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah-----dst., harus dibuktikan dengan suatu akte yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria”
Ad.b. fase akta PPAT. Untuk adanya penyerahan hak atas tanah yang diperjual-belikan, pihak penjual dan
pembeli harus menuangkan kehendak tentang penyerahan itu dalam akta PPAT. Dasar hukum penyerahan yang diperbuat dalam bentuk akta PPAT itu diatur juga di dalam Pasal 19 PP No.10
tahun 1961. Di dalam PP No 10 tahun 1961 tersebut ditentukan bahwa akta perikatan untuk
menyerahkan benda fase pertama yaitu fase yang mendahului akta PPAT dan perjanjian penyerahan fase kedua yaitu fase akta PPAT diperbuat dalam suatu akta dengan bentuk PPAT.
Ketentuan ini kemudian diperbaiki dengan Surat Menteri Agraria tanggal 10 Oktober 1961 No.KA 404830, yang mengatakan bahwa akta itu boleh diperbuat terpisah, yang mana
penyerahannya tetap dalam bentuk akta PPAT.
Universitas Sumatera Utara
Dengan akta PPAT itu, belum berarti penyerahan diantara penjual dan pembeli telah selesai. Kedua pihak masih perlu menempuh fase yang ketiga, yaitu pendaftaran dan pembuatan
sertfikat. Dengan akta PPAT saja peralihan hak milik belum lagi selesai. Akta PPAT adalah semacam akta transport dan berkekuatan sebagai alat bukti untuk
melakukan pendaftaran. Adapun yang dapat diangkat sebagai PPAT adalah ;
1. Notaris
2. Pegawai dalam lingkungan Departemen Agraria.
3. Para pegawai pamongpraja yang pernah melakukan tugas seorang pejabat.
4. Orang-orang lain yang telah lulus dalam ujian yang diadakan oleh Menteri Agraria.
Untuk pembuatan akta PPAT atas tanah-tanah yang sudah dibukukan, maka dokumen- dokumen yang harus diserahkan kepada PPAT Pasal 22 PP No 10 tahun 1961 adalah
sebagai berikut ; a.
Sertifikat b.
Surat tanda bukti pembayaran biaya pendaftaran c.
Akta pengikatan peralihan hak d.
Warkah lain yang diperlukan Ad.c. Fase ketiga Pendaftaran.
Menurut Pasal 23 UUPA menyebutkan; a.
Hak milik demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan dalam Pasal 19.
b. Pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Jadi menurut PP No.10 tahun 1961 bahwa yang didaftar itu adalah hak, peralihan hak dan hapusnya serta pencatatan beban-beban atas hak dalam daftar buku tanah. Sedangkan
pendaftaran itu dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dan merupakan dasar hukum yang memberikan alat bukti hak bagi yang berhak tentang kepastian haknya dan juga alat bukti
yang kuat bagi umum. Dalam ketentuan Pasal 19 UUPA diperintahkan kepada Pemerintah untuk mengadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Berkaitan dengan pendaftaran ini, Sudargo Gautama
42
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah
mengemukakan yang dimaksud dengan kewajiban mendaftarkan menurut UUPA adalah :
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat. 3.
Penyerahan benda tidak bertubuh on lichamelijk zaak
Untuk penyerahan benda tidak berwujud bertubuh diatur dalam Pasal 613 KUHPerdata yang menentukan :
“Penyerahan akan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akte autentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-
hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan setelah
penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat-bawa dilakukan dengan penyerahan surat
itu, penyerahan tiap-tiap piutang karena surat-tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endossemen”.
42
Sudargo Gautama., Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1981, hal 42
Universitas Sumatera Utara
Dari ketentuan tersebut di atas maka yang disebut dengan benda yang tidak berwujud atau atau tidak bertubuh adalah terdiri dari ;
1. Piutang atau tagihan atas nama op naam
2. Piutang Surat-bawa aan toonder
3. Piutang Surat-tunjuk aan order.
Ad. 1. Penyerahan piutang atau tagihan atas nama op naam ini disebutkan dalam Pasal 613 ayat 1 KUHPerdata tersebut, yaitu dilakukan dengan “cessie” yaitu dengan cara membuat
akta otentik ataupun di bawah tangan dengan mana dinyatakan bahwa piutang itu telah dipindahkan kepada seseorang.
H.F.A.Vollmar
43
Dalam proses penyerahan secara cessie ini kreditur lama disebut dengan “cedent” debitur disebut dengan “cessus” dan kreditur baru yakni terhadap siapa piutang itu diserahkan atau
dialihkan disebut dengan “cessionaris”. menyatakan dengan cessie ini hakekatnya adalah penggantian kreditur
yang semula cedent oleh orang lain cessionaries maka ini adalah mengenai sesuatu soal yang sebagian juga termasuk dalam hukum perutangan, lebih dimana penyerahan tersebut selain
pihak-pihak, juga selalu orang ketiga tersangkut, yaitu debitur.
Syarat utama penyerahan piutang atau tagihan atas nama op naam ini di dalam Pasal 613 ayat 1 KUHPerdata tersebut diatas disebutkan harus dibuat dengan suatu akta otentik
ataupun akta dibawah tangan, sehingga penyerahan secara lisan tidaklah sah. Selanjutnya agar peralihan itu atau cessie ini berlaku terhadap debitur, maka hal ini harus diakui olehnya secara
tertulis atau apabila debitur menolak untuk mengakui, maka penyerahan tersebut harus diberitahukan kepadanya secara resmi betekenen. Hal ini tidaklah berarti bahwa cessie itu baru
selesai dengan pengakuan atau pemberitahuan kepada debitur, dalam hal cessie perbuatan hukum
43
H.F.A.Vollmar I., op-cit, hal 98.
Universitas Sumatera Utara
itu sudah selesai dengan dibuatnya akta tersebut. Yang harus diberitahukan itu bukanlah aktanya tetapi kenyataan penyerahan, peemberitahuan itu hanya diperlukan supaya debitur itu
mengetahuinya dan kemudian terikat oleh adanya cessie itu. Kenyataan bahwa piutang atau tagihan telah berpindah dengan dibuatnya akta dan bukan
baru sesudah pengakuan atau pemberitahuan kepada debitur dapat dilihat dalam suatu contoh kasus apabila kreditur lama cedent menyerahkan tagihannya itu untuk kedua kalinya kepada
kreditur baru yang kedua, sedang penyerahan kedua diberitahukan lebih dahulu kepada debitur dari penyerahan pertama, dimana dengan pemberitahuan penyerahan yang kedua ini debitur
belum membayar, maka diputuskan debitur diwajibkan membayar kepada cessionaries pertama, tidak kepada cessionaries kedua.
Kelalaian pemberitahuan hanya mempunyai akibat terhadap debitur, dimana sebelum pemberitahuan masih dapat membayar dengan sah kepada kreditur lama cedent, asal saja ia
dengan jujur masih menganggap cedent sebagai kreditur. Sebagai contoh akta penyerahan piutang atau tagihan atas nama op naam yang disebut
dengan cessie sebagi berikut; “Yang bertanda tangan dibawah ini A menyatakan telah menjual piutang-piutangnya
sejumlah Rp 1.000.000.000,- atas C kepada B, dan dengan ini menyerahkan piutang-piutang tersebut kepada B. Setelah dibuatnya akta tersebut maka harus diberitahukan kepada debitur.
Penyerahan yang demikian itu baru mempunyai akibat mengikat bagi debitur sejak saat saat diadakan pemberitahuan ataupun mengakui adanya pemindahan tersebut.
Munir Fuady
44
44
Munir Fuady., Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal 72.
mengemukakan bahwa dalam pengalihan piutang dalam suatu transaksi Anjak Piutang Factoring, mandapatkan pengaturannya dalam KUHPerdata, mengingat disana
Universitas Sumatera Utara
ada ketentuan tentang pengalihan piutang yang bersifat insidentil, maka ketentuan Cessie, Subrogasi, bahkan juga Novasi perlu diperhatikan.
Ketiga bentuk bangunan hukum ini, yaitu Cessie, Subrogasi dan Novasi mempunyai kaitan yang erat karena terkait dengan pengalihan piutang. Menurut Pasal 1400 KUHPerdata,
yang dimaksud dengan subrogasi adalah perpindahan hak kreditur kepada pihak ketiga, dimana pihak ketiga tersebut melakukan pembayaran harga piutang tersebut kepada pihak kreditur.
Novasi adalah pembaharuan hutang, dimana salah satu bentuk novasi ini adalah novasi subjektif aktif yaitu sebagai akibat suatu perjanjian baru, maka seorang kreditur baru ditunjuk
untuk menggantikan kreditur lama, dimana debitur dibebaskan hutangnya terhadap kreditur lama, selanjutnya timbul hutang terhadap kreditur baru.
Ad. 2. Penyerahan piutang surat-bawa aan tonder diatur dalam Pasal 613 ayat 3 KUHPerdata, dimana dilakukan dengan cara penyerahan nyata feitelijke levering.
Ad. 3. Penyerahan piutang atas-tunjuk aan order diatur dalam Pasal 613 ayat 3 KUHPerdata, yaitu dilakukan dengan penyerahan dari surat itu disertai dengan endossemen.
Endossemen dimaksudkan yaitu dengan menuliskan di balik surat piutang itu yang menyatakan kepada siapa piutang tersebut dipindahkan.
Mariam Darus Badrulzaman
45
mengemukakan, Endosemen adalah pernyataan penyerahan overdrachts verklaring yang ditanda-tangani kreditur endosan yang bertindak
sebagai pemberi dan harus memuat nama pemegang.
C. Fungsi Penyerahan levering Sebagai Pemindahan Hak Milik.