Obligatoire Overeenkomst dan Zakelijke Overeenkomst.

dapat ditentukan. Apa yang diperjanjikan harus cukup jelas, ditentukan jenisnya, jumlah boleh tidak ditentukan disebutkan tetapi asal dapat dihitung dan ditetapkan, demikian ditentukan oleh Pasal 1333 KUHPerdata. Kemudian oleh Pasal 1332 KUHPerdata dikatakan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat dijadikan objek perjanjian. ad.4. Sebagai yang terakhir yang ke 4 empat dari syarat syahnya suatu perjanjian adalah suatu sebab yang halal. Kata sebab adalah terjemahan kata causa yang berasal dari bahasa latin, dalam bahasa Belanda disebut oorzaak. Wirjono Prodjodikoro 14 Dilain pihak R. Subekti , menterjemahkan kata causa dalam hukum perjanjian adalah isi dan tujuan suatu persetujuan, yang menyebabkan adanya persetujuan itu. 15 , mempunyai pendapat yang hampir sama, bahwa oleh beliau yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian, adalah isi dari pada perjanjian itu sendiri

C. Obligatoire Overeenkomst dan Zakelijke Overeenkomst.

Dalam sistem yang dianut KUHPerdata, perbuatan-perbuatan hukum yang bermaksud untuk mengalihkan atau memindahkan hak kepemilikan atas sesuatu benda dilakukan dengan dua tahapan perjanjian. Hal ini sesuai dengan asas yang dianut dalam hukum perjanjian yaitu asas obligatoir yang artinya bahwa perjanjian telah lahir atau telah sah dan mengikat secara hukum seketika setelah tercapai sepakat diantara para pihak yang mengadakan perjanjian 14 Wirjono Prodjodikoro., op-cit, hal 35 15 R.Subekti II., op-cit,hal 30. Universitas Sumatera Utara tersebut. Dengan demikian perjanjian itu baru pada taraf melahirkan atau menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak. Abdulkadir Muhammad 16 Demikian jugalah halnya dalam perjanjian-perjanjian yang bermaksud memindahkan hak milik, seperti jual-beli, tukar-menukar dan penghibahan. Misalnya dalam perjanjian jual beli ditentukan bahwa perjanjian jual beli sudah lahir seketika telah tercapai sepakat diantara penjual dan pembeli mengenai barang dan harga, walaupun harga belum dibayar dan barang belum diserahkan. Tahap yang demikian inilah yang disebut sebagai tahap obligatoir obligatoire overeenkomst. Dalam perjanjian yang bermaksud memindahkan hak kepemilikan atas suatu benda, tahap obligatoir obligatoire overeenkomst ini dikonstruksikan sebagai alas hak titel. menyatakan, menurut sistem KUHPerdata Indonesia perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban yaitu hak menuntut penyerahan dan kewajiban menyerahkan hak atas barang, misalnya penyerahan dalam jual-beli, tukar-menukar, pemberian hibah. Abdulkadir Muhammad 17 Setelah pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang bermaksud memindahkan hak milik tersebut mengadakan kesepakatan misalnya mengadakan perjanjian jual-beli, tukar- menukar, hibah yang dalam hal ini disebut sebagai tahap obligatoir obligatoir overeenkomst, maka tahap berikut yang akan dilakukan adalah pemindahan atau penyerahan hak milik atas menyatakan, Alas hak adalah hubungan hukum yang menjadi alasan untuk melakukan penyerahan levering, misalnya jual-beli, tukar-menukar, hibah, warisan. 16 Abdul Kadir Muhammad., op-cit, hal 130. 17 ibid, hal.108. Universitas Sumatera Utara benda tersebut. Perbuatan pemindahan hak milik atas benda inilah yang dinamakan tahap zakelijke overeenkomst ataupun disebut perjanjian yang bersifat kebendaan. Mariam Darus Badrulzaman 18 Perjanjian kebendaan zakelijke overeenkomst ini tidaklah dimaksudkan menimbulkan perikatan dengan kata lain tidak melahirkan hak dan kewajiban sebagaimana halnya dengan perjanjian obligator obligatoire overeenkomst yang melahirkan hak dan kewajiban, melainkan perjanjian kebendaan zakelijke overeenkomst ini adalah perbuatan hukum memindahkan hak milik itu sendiri. mengemukakan, yang dimaksud dengan perjanjian kebendaan zakelijke overeenkomst adalah perjanjian penyerahan benda yang diikuti dengan formalitas tertentu pendaftaran. H.F.A.Vollmar 19 18 Mariam Darus Badrulzaman II., Mencari Sistim Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1983,hal.40. mengemukakan menurut Hukum Nederland persetujuan saja tidaklah mengakibatkan beralihnya eigendom dan untuk itu untuk beralihnya eigendom masih perlu juga penyerahan barangnya, penyerahan mana pada benda-benda bergerak seperti ternyata seringkali berupa pemberian secara nyata-nyata Jawa: diulungake, tetapi pada benda-benda tak bergerak disyaratkan adanya sebuah akte dan balik nama penyerahan tersebut dalam daftar-daftar umum. Pada kata yang terakhir ini para pihak jadinya seakan-akan sampailah sekali lagi pada suatu persetujuan, yaitu untuk memperalihkan hak eigendom, dan hal ini lantas disebut perjanjian kebendaan perjanjian zakelijk berlawanan dengan perjanjian yang mewajibkan perjanjian yang obligatoir, yaitu suatu perjanjian, dimana penjual hanya mengikat diri untuk penyerahannya saja, pada jual-beli barang tak bergerak senantiasa disebut sebagai kontrak jual-beli-sementara. 19 H.F.A.Vollmar II., Pengantar Studi Hukum Perdata Jilid I, CV.Rajawali,Jakarta,1983,hal 231. Universitas Sumatera Utara Namun perlu dipahami bahwa dalam perjanjian yang bermaksud memindahkan benda bergerak, kedua perjanjian ini yaitu baik perjanjian obligatoir obligatoire overeenkomst maupun perjanjian kebendaan zakelijke overeenkomst keduanya berjalan serentak, karena pemindahan hak milik atas benda bergerak cukup dilakukan dengan penyerahan secara nyata feitelijke, sedangkan atas benda tidak bergerak kedua perjanjian ini jelas kelihatan, sebab pemindahan hak milik atas benda tidak bergerak tidak cukup dilakukan hanya dengan penyerahan secara nyata atas kekuasaan belaka melainkan harus dengan perbuatan akta penyerahan resmi diikuti pendaftaran.

D. Asas-asas Hukum Perjanjian.