jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara, 8 mereka yang tinggal di perumahan yang padat, kumuh dan sanitasi yang buruk Brunner Suddarth,
2002.
3.3. Gejala-gejala Penderita TB Paru
Gejala-gejala yang terdapat pada seseorang yang menderita TB paru diantaranya batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu yang pada awalnya mungkin
non produktif tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan haemoptisis batuk darah, demam, suhu badan sedikit
meningkat siang harisore hari, menggigil dapat terjadi jika suhu badan naik cepat, berkeringat pada malam hari tanpa melakukan aktivitas, anoreksia, berat badan
menurun, kelelahan fatigue, nyeri dada, wheezing karena penyempitan lumen endobronkus oleh karena sekret, bronkostenosis, peradangan, jaringan granulasi,
ulserasi dan dyspnea yang merupakan late syndrom dari proses lanjut oleh karena restriksi dan obstruksi saluran nafas Crofton, 1998.
3.4. Pengobatan TB Paru
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT obat anti tuberkulosis Brunner Suddarth, 2005.
Pengobatan TB paru terbagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan. Jenis obat utama lini 1 yang digunakan adalah : INH, Rifampisin, Pirazinamid, Sterptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya
lini 2: Kanamisin, Amikasin, Kuinolon, obat lain yang masih dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavunalat. Kemasannnya dapat terdiri dari dosis tunggal yaitu obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol. Obat kombinasi dosis tetap Fixed Dose Combination-FDC kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3-4 obat dalam satu
tablet Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
3.5. Efek Samping Obat TB Paru
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat diteruskan.
Efek-efek samping OAT tersebut diantaranya untuk Isoniazid efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan,
rasa terbakar di kaki dan nyeri otot, efek samping berat yang ditimbulkan dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5 pasien.
Pada golongan rifampisin efek samping ringan dapat berupa sindrom flu demam, menggigil, nyeri tulang, sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah dan
kadang-kadang diare, gatal-gatal kemerahan, rifampisin dapat juga menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur, warna merah tersebut
terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya, hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan tidak perlu khawatir.
Sedangkan pirazinamid efek samping utama yang ditimbulkan adalah hepatitis imbas obat, nyeri sendi, demam, mual, kemerahan, dan reaksi kulit yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa kurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau, dan streptomisin dapat
menimbulkan efek samping berupa kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan erat dengan keseimbangan dan pendengaran, gejala efek samping yang terlihat
ialah telinga mendenging tinitus, pusing dan kehilangan keseimbangan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
3.6. Dampak TB Paru