2.3.3. Peran
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial Stuart
Sundeen, 1998. Peran ini mencakup harapan atau standard perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Perilaku tersebut didasarkan pada
pola yang ditetapkan melalui sosialisasi Perry Potter, 2005. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan
nilai yang diharapkan, harus mempunyai keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi tuntutan peran. Sebagian besar individu
mempunyai lebih dari satu peran. Peran yang umum termasuk peran sebagai orang tua, istri atau suami, sebagai anak, pencari nafkah atau pengambil keputusan.
Setiap peran mencakup pemenuhan harapan tertentu dari orang lain. Pemenuhan harapan ini mengarah pada penghargaan. Ketidakberhasilan untuk memenuhi
harapan ini menyebabkan seseorang tidak diterima Perry Potter, 2005. Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan
peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran tersebut
dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti a transisi perkembangan, setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap
perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda–beda, hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri, b transisi
situasi, transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status
sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan, c transisi sehat sakit, stresor pada tubuh
dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri, perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu
gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan
oleh konflik peran interpersonal, individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras, contoh peran yang tidak adekuat, kehilangan
hubungan yang penting, perubahan peran seksual, keragu-raguan peran, perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses
menua, kurangnya pengertian tentang peran, ketergantungan obat, kurangnya keterampilan sosial, perbedaan budaya, harga diri rendah, dan konflik antar peran
yang sekaligus diperankan. Gangguan-gangguan peran yang terjadi dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau
kemampuan menampilkan peran, mengingkari atau menghindari peran, kegagalan transisi peran, ketegangan peran, kemunduran pola tanggung jawab yang biasa
dalam peran, proses berkabung yang tidak berfungsi, dan kejenuhan pekerjaan Stuart Sundeen, 1998.
2.3.4. Identitas