Hubungan panjang dan berat Faktor kondisi Parameter pertumbuhan L

2 Dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang ikan ditetapkan jumlah kelas sebanyak 10 kelas dengan interval sebesar 22 mm. 3 Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas. 4 Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas. 5 Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-masing kelas dengan merata- ratakan limit kelas. 6 Menetukan frekuensi bagi masing-masing kelas. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing-masing kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok umur kohort yang ada. Dapat terlihat juga pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur kohort yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari satu kohort, maka dilakukan pemisahan distribusi normal. Menurut Sparre dan Venema 1999, metode yang dapat digunakan untuk memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi normal adalah metode Bhattacharya 1967 in Sparre dan Venema 1999 dengan bantuan software program FiSAT II.

3.4.2. Hubungan panjang dan berat

Hubungan panjang dan berat diketahui dengan perhitungan berikut Le Cren 1951 in Weatherley 1972: b aL W  W = bobot ikan gram L = panjang total ikan mm a dan b = konstanta Menurut Ricker 1975 in Setyobudiandi et al. 2009, korelasi parameter dari pertumbuhan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b sebagai penduga tingkat kedekatan hubungan kedua parameter yaitu dengan hipotesis: 1 b=3, pertumbuhan isometrik pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan berat 2 b≠3, pertumbuhan alometrik 3 b3 alometrik negatif pertumbuhan panjang lebih dominan 4 b3 alometrik positif pertumbuhan berat lebih dominan Untuk mengkaji nilai b, perlu penghitungan uji t dengan hipotesis dan rumus sebagai berikut: Hipotesis: H : b = 3 H 1 : b ≠ 3 sb b b t hitung   Pengambilan keputusan terhadap hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dan t tabel pada selang kepercayaan 95. Jika nilai t hitung t tabel , maka keputusannya adalah menolak H . Jika nilai t hitung t tabel , maka keputusannya adalah terima H Walpole 1995.

3.4.3. Faktor kondisi

Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut Le Cren 1951 in Weatherley 1972: Jika nilai b = 3 tipe pertumbuhan bersifat isometrik, maka rumus yang digunakan adalah: 3 5 10 L W K  Jika nilai b ≠ 3 tipe pertumbuhan bersifat allometrik, maka rumus yang digunakan adalah: b aL W K  K = faktor kondisi W = bobot ikan gram L = panjang total ikan mm a dan b = konstanta

3.4.4. Parameter pertumbuhan L

∞ , K dan t Plot Ford-Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama Sparre dan Venema 1999. Persamaan pertum- buhan Von Bertalanffy dapat dinyatakan sebagai berikut:     1 t t K t e L L      1 L t adalah panjang ikan pada saat umur t satuan waktu, L ∞ adalah panjang maksimum secara teoritis panjang asimtotik, K adalah koefisien pertumbuhan per satuan waktu, t adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. Untuk t sama dengan nol, persamaan 1 dapat ditulis menjadi:   Kt t e L L     1 2 sehingga untuk t sama dengan t+1 dan t sama dengan t, persamaan 2 bagi L t+1 -L t menjadi:       Kt t K t t e L e L L L            1 1 1 1 3 sehingga   K Kt t t e e L L L        1 1 4 substitusikan persamaan 2 ke persamaan 4 diperoleh:     K t t t e L L L L        1 1 5 sehingga   K t K t e L e L L        1 1 6 L t dan L t +1 merupakan panjang ikan pada saat t dan panjang ikan yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan 1 = tahun, bulan, atau minggu Pauly 1984. Persamaan 7 dapat diduga dengan persamaan regresi linear dan jika L t sebagai absis diplotkan terhadap L t+1 sebagai ordinat maka garis lurus yang dibentuk akan memiliki kemiringan slope sama dengan e -K dan titik potong dengan absis sama dengan:   Kt e L    1 Dengan demikian, nilai K dan L ∞ diperoleh dengan cara sebagai berikut:   b K ln   7   b a L    1 8 Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly Pauly 1983:       K L t log 038 , 1 log 2752 , 3922 , log      10

3.4.5. Rasio kelamin