Analisis Pengukuran Kekerasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4 Hasil Uji Shore A Kode Sampel Komposisi HAp:Kitosan Shore A Shore D Modulus Young MPa HC1 90:10 92 39 26,59 HC2 80:20 92 39 26,59 HC3 70:30 91 38 23,40 HC4 60:40 89 37 18,75 HC5 50:50 86 35 14,28 Gambar 15 Grafik Uji Shore A dan Shore D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

HAp merupakan material implan tulang yang bersifat bioaktif dan osteokonduktif sehingga dapat merangsang pertumbuhan sel tulang baru di sekitar implan tulang. Pemanfaatan cangkang telur ayam sebagai bahan HAp dan cangkang kulit udang sebagai bahan kitosan merupakan pilihan yang sangat ekonomis dan dapat mengurangi limbah cangkang telur pada lingkungan. Pada bidang medis, komposit HApkitosan dapat dimanfaatkan sebagai bahan tulang sintetik dalam implantasi tulang. Penambahan kitosan pada HAp sudah menghasilkan komposit yang baik. Kitosam dapat mengurangi sifat getas HAp. Karakterisasi XRD menunjukkan pola XRD sampel HC1 sampai HC5 tidak berbeda nyata, puncak tertinggi dari semua sampel merupakan milik HAp. Hai ini berarti dalam semua sampel telah terbentuk apatit. Puncak kitosan yang muncul pada sampel komposit HApkitosan intensitasnya sangat rendah. Hal ini disebabkan struktur kitosan yang lebih amorf dibandingkan kristal HAp. HAp telah mengisi matrik kitosan, Intensitas kitosan yang terdekteksi menjadi lebih rendah karena kitosan telah menyebar seragam pada sampel. FTIR mengidentifikasi adanya gugus fungsi OH, PO 4 , NH, CO, dan CH pada sampel HC1 dan HC4. Munculnya guguus fosfat, dan hidroksil menunjukkan bahwa HAp teridentifikasi pada sampel, sedangkan kitosan ditunjukkan dengan munculnya gugus NH, CO, dan CH. Dengan munculnya gugus NH, CO, dan CH menunjukkan bahwa kitosan telah berikatan dengan HAp sebagai biokomposit. Dari kedua hasil FTIR, gusus fungsi yang terlihat kurang lebih sama hanya berbeda pada nilai transmisinya saja. Hasil pengamatan dengan Mikroskop Optik Stereo pun memperlihatkan bahwa morfologi dari sampel HC1 dan HC2 belum terlihat perbedaannya. Susunan morfologi Sampel HC1 dan HC2 terlihat rapat. Hal ini menunjukkan bahwa HAp telah tertanam dengan baik pada kitosan artinya HApkitosan telah saling berikatan dengan baik. 20 40 60 80 100 HC 1 HC2 HC3 HC4 HC5 Nila i Sho re Kode Sampel Shore A Shore D Hasil uji Shore A menunjukkan sampel HC1 dan HC2 mempunyai sifat mekanik yang paling keras. Penambahan kitosan pada HAp terbukti dapat menghilangakan sifat getas HAp, namun perlu diperhatikan banyaknya penambahan kitosan tersebut. Penambahan kitosan yang terlalu banyak akan mengurangi kekerasan dari komposi HApkitosan.

5. 2

Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk membuat komposit HApkitosan dengan ukuran yang lebih besar dan berpori agar menyerupai tulang. Hal tersebut diharapkan dapat menjadikan komposit HApkitosan sebagai pengganti tulang, tidak hanya sebagai pelapis material logam. Komposit HApkitosan dibuat berpori agar penyerapan HAp pada tulang bisa lebih baik. Pengujian secara in vivo dan in vitro juga perlu dilakukan agar dapat diketahui kemampuan adaptasi komposit jika diimplan dalam tubuh. DAFTAR PUSTAKA 1. Gunawarman, et all . 2010. Karakteristik Fisik dan Mekanik Tulang Sapi Variasi Berat Hidup Sebagai Referensi Desain Material Implan. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin SNTTM ke-9. 2. Bhat, S,V. 2002. Biomaterials. Pangboune England. Alpha Science International Ltd. 3. Haoran, G et all. 2010. From crabshell to chitosan-hydroxyapatite composite material via a biomorphic mineralization synthesis method. J Mater Sci: Mater Med . 21:1781. 4. Samsiah, R. 2009. Karakterisasi Biokomposit Apatit-Kitosan dengan XRD, FTIR, SEM dan Uji Mekanik. Skripsi. Bogor; hlm 1-7. 5. Nurlela, A. 2009. Penumbuhan Kristal Apatit dari Cangkang Telur dan Bebek pada Kitosan dengan Metode Pressipitasi. Tesis. Bogor; hlm 22-25. 6. Wardaniati, R.A., Setyaningsih, S. 2009. Pembuatan Chitosan dari Kulit Udang dan Aplikasinya untuk Pengawetan Bakso. [terhubung berkala]. http: eprints.undip.ac.id1718 . [3 febuari 2011]. 7. Dewi, S.U. 2009. Pembuatan Komposit Kalsium Fosfat-Kitosan dengan Metode Sonikasi. Tesis. Bogor; hlm 20-45. 8. Butcher, G.D., Miles, R.D. 2010. Concepts Of Eggshell Quality . Lucky Glider Rescue. 9. Hui P et all. 2010. Synthesis of Hydroxyapatite Bio-Ceramic Powder by Hydrothermal Method. Journal of Minerals Materials Characterization Engineering. 98: 683 10. Taylor, T.G. 1970. How an Eggshell is Made Eggshell is largely-crystalline calcium carbonate. Scientific American. 222:88-95. 11. Nather, A., Zameer, A. 2005. Bone Grafts And Bone Substitutes - Basic Science and Clinical Applications. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. 12. Kalfas, I.H. 2000. Principles of Bone Healing . Departement of Neurosurgery, Section of Spinal Surgery, Cleveland Clinic Foundation: Cleveland-Ohio. 13. Aoki H. 1991. Science and Medical Applications of Hydroxyapatite. Institute for Medical and Dental Engineering . Tokyo Medical and Dental University 14. Daud, A.R., Abdullah, Y., Ibrahim, P., Hassan, P. 2001. Pencirian salutan Hidroksiapatit yang dihasilkan melalui kaedah Elektroporesis menggunakan XRD dan SEM. Malaysian Journal of Analytical Sciences. 7:89. 15. Kumar, M.N., Muzzarelli R.A.A., Muzzarelli C., Sashiwa H., Domb A. 2004. Chitosan Chemistry and Pharmacentical Perspective. Chem Kev. 10412:601784. 16. Kopeliovich D. Ceramic Matrix Composites introduction. [terhubung berkala]. http:www.substech.comdokuwikidoku .php?id=ceramic_matrix_ composites_introduction. [15 Oktober 2012] 17. Augustine, R., Kalappura, U.G., Mathew, K.T. 2008. Biocompatibility Study of Hydroxyapatite-Chitosan Composite for Medical Applications at Microwave Frequencies. J Microwave and Optical Technology Letters . 12: 2931 18. Cullity, B.D., Stock, S.R. 2001. Element of X-Ray Diffraction . New Jersey: Prentice Hall. 19. Crain, E.R. X-Ray Diffraction Methods- Crains Petrophysical Online Handbook. [terhubung berkala]. http:www.spec2000.net09-xrd.htm. [11 Maret 2012] 20. Anonim. 2001. X-Ray Diffraction Primer. [terhubung berkala]. http:pubs.usgs.govof2001of01- 041htmldocsxrpd.htm [11 Maret 2012]