Spektrum IR pada sampel tersebut menunjukkan adanya pita transmitansi fosfat
υ
1
, υ
3
, dan υ
4
, dan pita transmitansi hidroksil. Munculnya gugus tersebut menandakan bahwa
pada sampel telah terbentuk HAp. Pita transmitansi gugus fosfat ν
3
dan ν
4
berada di daerah 900
–1200 cm
-1
dan 550 –650 cm
-1
. Pada sampel
HC1 memperlihatkan
pola karakteristik FTIR gugus PO
4
v
4
dengan puncak pada bilangan gelombang sekitar 570
cm
-1
dan 601 cm
-1
. Gugus PO
4
v
3
muncul pada puncak yang memiliki bilangan
gelombang sekitar 1033 cm
-1
dan 1056 cm
-1
. Untuk pita serapan kecil, gugus PO
4
v
1
muncul pada puncak dengan panjang gelombang sekitar 972 cm
-1
. Pada Sampel HC4 gugus PO
4
v
4
berada pada pada puncak dengan panjang gelombang sekitar 570 cm
-1
dan 601 cm
-1
. Gugus PO
4
v
3
pada panjang gelombang sekitar 1064 cm
-1
, sedangkan gugus PO
4
v
1
muncul pada puncak dengan panjang gelombang sekitar 979 cm
-1
. Gugus hidroksil OH pada sampel HC1 muncul pada
puncak dengan panjang gelombang sekitar 1681 cm
-1
dan 3571 cm
-1
, sedangkan pada sampel HC4 muncul pada puncak dengan
CO
3
, pada sampel HC1 muncul pada puncak dengan panjang gelombang sekitar 894 cm
-1
dan 910 cm
-1
, sedangkan pada sampel HC4 muncul pada puncak dengan panjang
gelombang sekitar 887 cm
-1
dan 902 cm
-1
. Keberadaan
kitosan pada
sampel ditunjukkan dengan munculnya gugus CO, CH
dan NH. Pada sampel HC1, gugus NH dan CH muncul pada puncak dengan panjang
gelombang sekitar 1458 cm
-1
, 1566 cm
-1
, dan 2962 cm
-1
. Pada sampel CH4 gugus CO, NH dan CH muncul pada puncak dengan panjang
gelombang sekitar 1437 cm
-1
, 1573 cm
-1
, dan 2972 cm
-1
. Pada sampel HC1, gugus NH overlap
dengan OH di panjang gelombang sekitar 3570, sedangkan pada sampel HC4,
gugus NH overlap dengan OH di panjang gelombang sekitar 3600. Secara keseluruhan,
gusus fungsi yang terlihat pada kedua sampel kurang lebih sama hanya berbeda pada nilai
transmisinya saja.
4.5 Analisis morfologi dengan Mikroskop
Optik Stereo
Pengamatan morfologi dilakukan dengan Mikroskop Optik Stereo. Hasil pengamatan ini
ditampilkan pada Gambar 10 sampai 14.
Gambar 9 Hasil FTIR sampel a HC1 dan b HC4
. 0,2
0,4 0,6
0,8 1
400 900
1400 1900
2400 2900
3400 3900
Tr an
sm itan
si
Bilangan Gelombang cm
-1
PO
4
-V
3
PO
4
-V
4
NH NH
CH OH
CH OH
NH NH
PO
4
-V
3
PO
4
-V
1
PO
4
-V
4
CO
CO
a
b
Gambar 10 Morfologi sampel HC1 MO,16x
Gambar 11 Morfologi sampel HC2 MO,16x
Gambar 12 Morfologi sampel HC3MO,16x
Gambar 13 Morfologi sampel HC4 MO,16x
Gambar 14 Morfologi sampel HC5 MO,16x
Dari Gambar 10-14 terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara sampel
HC1 sampai HC5. Penambahan kitosan pada komposit menghasilkan permukaan sampel
yang semakin kasar, tidak teratur dan mudah hancur. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan komposisi kitosan pada HAp mempengaruhi
morfologi komposit
HApkitosan. Morfologi sampel HC1 menunjukkan permukaan yang teratur, rapat
dan halus. Hal ini mengindikasikan bahwa partikel HAp dalam komposit menyebar
seragam di dalam kitosan. Partikel HAp telah tumbuh dengan baik dalam kitosan.
Sampel HC2 terlihat teratur namun tidak sehalus sampel HC1. Morfologi sampel HC3
sepintas terlihat tidak jauh berbeda dengan sampel HC2 tapi dari warna sampel HC3
terlihat lebih kuning dan kekuatan mekaniknya lebih rendah dari sampel HC2.
Sampel HC4 dan sampel HC5 mulai menunjukkan perbedaan yang sangat
terlihat. Sampel HC4 masih terlihat rapat tapi kasar, sedangkan sampel HC5 terlihat
sangat tidak teratur dan sangat kasar.
4.6 Analisis Pengukuran Kekerasan
Shore A
Sampel yang sudah dikompaksi
kemudian dilakukan uji kekerasan Shore A. Hasil uji kekerasan dapat dilihat pada Tabel
4. Hasil yang didapat dari uji shore A menunjukkan bahwa tingkat kekerasan
sampel
berbanding terbalik
dengan penambahan
kitosan. Semakin
keras komposit HApkitosan maka semakin sedikit
kitosan yang ditambahkan Gambar 15. Sampel HC1 90:10 dan HC2 80:20
memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa HAp
telah menyatu dengan baik pada kitosan. Pada
komposit HApkitosan,
kitosan berperan sebagai perekat HAp. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan sifat getas HAp. Secara umum sampel HAp yang
dibuat komposit dengan Kitosan memiliki tingkat kekerasan yang baik, namun perlu
diperhatikan porsi yang kitosan yang ditambahkan. Penambahan kitosan yang
terlalu banyak dapat mengurangi tingkat kekerasan komposit HApkitosan.
Sebuah hubungan semi-empiris antara kekerasan shore A dan modulus Young
untuk elastomer telah diturunkan oleh Gent.
27
Hubungan ini memiliki bentuk:
dengan E adalah modulus Young dalam MPa dan S adalah skala kekerasan shore A.