Persepsi Seluruh Stakeholders Isu Sentral Pembangunan Sektor Perikanan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulan hal-hal sebagai berikut: 1. Peningkatan produksi perikanan tangkap masih memiliki peluang pemanfaatan pada zona WPP-572 dengan potensi yang masih ada sebesar 123,63 ribu tontahun, selain eksplotasi ke laut lepas di luar ZEE. Kegiatan perikanan budidaya KJA, ruang untuk mengembangkan kegiatan ini masih tersedia sebesar 1.276,97ha yang berada di kecamatan Sibolga utara dan Sibolga Kota yang bebas dari jalur pelayaran. 2. Subsektor perikanan secara total masih memiliki keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang yang kecil. Perikanan tangkap terkait ke belakang dengan tujuh sektor dan ke depan terkait lima sektor. Untuk perikanan budidaya terkait ke belakang dengan tujuh dan ke depannya dengan tiga sektor. Dengan minimnya keterkaitan ini, subsektor perikanan memberikan pengaruhnya yang rendah terhadap peningkatan output sektor lainnya secara langsung, sehingga juga berdampak rendah terhadap keterkaitan tidak langsung sektor-sektor lainnya. Namun demikian perikanan budidaya memiliki nilai multiplier effect yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perikanan tangkap. Nilai penggandaan pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan perikanan budidaya ini mencapai 14,43 yang merupakan nilai tertinggi dari seluruh sektor ekonomi yang ada di kota Sibolga. 3. Penetapan skala prioritas pengembangan subsektor perikanan di kota Sibolga berdasarkan hasil penjaringan seluruh stakeholder tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara faktor SDM, sarana dan prasarana, dan modal. Menurut seluruh stakeholder ketiga faktor tersebut perlu diprioritaskan pengembangannya, tetapi dari hasil analisis seluruh stakeholder, prioritas tertinggi terpilih adalah peningkatan SDM pada kegiatan perikanan tangkap. Berbeda dari fakta hasil analisis bahwa pengembangan kegiatan perikanan budidaya dari sisi peningkatan kualitas SDM selayaknya menjadi sorotan skala prioritas pembangunannya di kota Sibolga dikarenakan kegiatan ini memiliki 102 dampak penggandaan secara total output dan pendapatan yang cukup tinggi terhadap sektor-sektor lainnya. 4. Berdasarkan hasil analisis beberapa arahan pengembangan untuk pembangunan subsektor perikanan diantaranya; 1 perikanan budidaya khususnya KJA selayaknya menjadi prioritas untuk dikembangkan. Dari sisi potensi ruang, pembentukan nilai penggandaan dan pendapatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan perikanan tangkap. Untuk arahan lokasi pengembangan kegiatan perikanan budidaya ini pemanfaatan ruang yang potensial berada pada wilayah perairan laut kecamatan Sibolga Utara dan kecamatan Sibolga Kota; 2 untuk meningkatkan perekonomian regional kota Sibolga, sektor-sektor baru perlu di kembangkan hal ini akan berdampak peningkatan keterkaitan sektoral langsung maupun tidak langsung nantinya terhadap subsektor perikanan.

6.2 Saran

Beberapa saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan pelatihan teknis budidaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknis budidaya yang pada akhirnya diharapkan dapat memunculkan semangat enterpreunership jiwa kewirausahaan masyarakat untuk melakukan kegiatan budidaya. 2. Pemanfaatan ruang untuk alokasi kawasan budidaya khususnya KJA dan kawasan pengembangan sarana dan prasarana perlu menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah untuk ditata sedemikian rupa dan disosialisasikan kepada masyarakat sehingga pencapaian tujuan pengembangan subsektor perikanan dapat berhasil guna dalam peningkatan perekonomian wilayah di kota Sibolga. 3. Perlu penelitian tentang daya dukung dan daya tampung ruang di perairan laut kota Sibolga untuk pengembangan kegiatan perikanan kerambah jaring apung serta kesesuaian komuditas ikan yang sesuai untuk dikembangkan di lokasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Acherson, JM. 1975. The lobster Fish Ekonomic and Ecologocal Effect of Teritoriarity in the Maine Lobster Industry. J. Human Ekology 33:183-207 Bahari R. 1989. Peran Koperasi Perikanan dalam Pengembangan Perikanan Rakyat. Presiding Temu Karya llmiah Perikanan Rakyat, Jakarta, 18 - 19 Desember 1989. Pusat Penelitian dan Pengembangan perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.: 3-7. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Sibolga, 2010. Profil Kota Sibolga Tahun 2010. Kota Sibolga Negeri Berbilang Kaum. Sibolga: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sibolga. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2004, Tabel Input Output Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 Updating. Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. 2011a, Sibolga Dalam Angka 2010. Sibolga: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. 2011b, Statistik Tenaga Kerja Sibolga Tahun 2010. Sibolga: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. 2011c, Indeks Pembangunan Manusia Kota Sibolga Tahun 2010. Sibolga: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. 2011d, PDRB Produk Domestik Regional Bruto Kota Sibolga 2006-2010. Sibolga: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. 2011e, PDRB Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Kota Sibolga 2006-2010. Sibolga: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga. Dahuri R. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor: IPB Press. DKPP Kota Sibolga, 2011. Statistik Kelautan Perikanan dan Peternakan Kota Sibolga. Sibolga: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan. Human Ecology