Analisis Deskriptif Metode Analisis Data

36 yang dipimping oleh seorang Walikota, dan daerah wilayahnya sama dengan surat keputusan residen Tapanuli nomor 999 tahun 1946. Selanjutnya dengan undang-undang nomor 18 tahun 1956, daerah swatantara tingkat II kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi kotamadya daerah tingkat II Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh undang- undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Kemudian dengan undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian dirubah dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebutan kotamadya daerah tingkat II Sibolga berubah menjadi kota Sibolga yang statusnya daerah otonom yang dipimpin oleh Walikota.

4.2 Kondisi Fisik Wilayah

Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik kota Sibolga yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis dan kondisi topografi dan iklim.

4.2.1 Kondisi Geografis

Sibolga terletak di pantai barat Sumatera, sejauh 344 km dari kota Medan dengan jalur kearah selatan provinsi Sumatera Utara. Kota ini berada pada sisi pantai teluk Tapian Nauli menghadap kearah laut Hindia. Secara geografis berada antara 1 42’ – 1 46 LU dan 98 44’ – 98 48’ BT. Bentuk kota memanjang dari utara ke selatan mengikuti garis pantai, dimana disebelah timur terdiri dari gunung yang cukup terjal dan curam sedangkan disebelah barat berbatasan langsung dengan lautan. Luas wilayah administrasi keseluruhan seluas 3.536 ha atau 35,36 km 2 , memiliki lima buah pulau dengan luas total 238,32 ha daratan dan laut seluas 2.171,01 ha. Wilayah administrasi berbatasan dengan wilayah kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah utara, timur dan selatan, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan teluk Tapian Nauli atau Samudera Hindia.

4.2.2 Kondisi Topografi dan Iklim

Kota Sibolga berada antara 1-50 meter diatas permukaan laut dan beriklim cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32,8 C pada bulan maret dan mei 2010 dengan dengan curah hujan yang cenderung tidak teratur di sepanjang