15
True Digestibility, Biological Value, dan Net Protein Utilization
Penetapan nilai TD, BV, dan NPU memerlukan data feses dan urin masing-masing tikus percobaan selama percobaan berlangsung 10 hari. Berikut rumus untuk menentukan nilai-nilai
tersebut. TD =
yg dikonsumsi - feses - metabolik yg dikonsumsi
BV =
yg dikonsumsi - feses - metabolik- urin - endogen yg dikonsumsi- feses - metabolik
NPU =
yg dikonsumsi - feses - metabolik- urin - endogen yg dikonsumsi
=
3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali
. Data parameter-parameter FCE, PER, NPR, TD,
BV, dan NPU yang diperoleh kemudian diolah dengan Analisis One-Way ANOVA untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diuji. Jika terdapat suatu hal yang menunjukkan
perbedaan sangat nyata p0.01, dilakukan uji lanjut yaitu menggunakan uji jarak Duncan pada taraf 1 menunjukkan perbedaan sangat nyata. Pengolahan data statistika ini menggunakan software
pengolah data statistika yang bernama program Statistical Product and Service Solution SPSS Versi 16.0. Sementara itu, data selain parameter-parameter tersebut, meliputi data uji kimia analisis
proksimat dan profil perkembangan berat badan tikus percobaan, dianalisis secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Proksimat Sampel
Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel Lampiran 1 yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya dijadikan dasar perhitungan formulasi ransum
tikus yang akan digunakan dalam percobaan.
Tabel 8. Hasil analisis proksimat sampel
Sampel Kadar bb
Air Abu
Protein Lemak
Serat
Kasein 9.89
0.74 83.40
0.15 0.12
Tepung daging sapi 6.67
4.67 77.14
9.06 0.35
Isolat protein kedelai 6.88
4.81 83.09
0.22 0.42
Tepung FSB 7.21
2.73 13.85
20.40 11.97
Berdasarkan data Tabel 8, terdapat hal yang mencolok yaitu nilai gizi yang terkandung dalam sampel tepung FSB. Tepung FSB memiliki kadar protein 13.85 yang jauh lebih rendah, kadar
lemak 20.40 dan kadar serat 11.97 jauh lebih tinggi daripada sampel pembanding. Hal ini wajar karena kasein dan isolat protein kedelai merupakan sampel protein murni, sedangkan tepung
daging sapi merupakan komoditi yang kaya akan protein hewani dan memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi.
Komposisi FSB terdiri atas berbagai jenis bahan, di antaranya tepung kedelai utuh, buah- buahan kering, dan margarin. Dalam hal protein, kadar protein FSB tidak setinggi kadar protein
sampel pembanding 75. Dalam hal kadar lemak, margarin mengakibatkan kadar lemak FSB lebih tinggi. Begitu pula dalam hal kadar serat, serat FSB berasal dari tepung kedelai utuh dan dari buah-
buahan kering sehingga kadar seratnya jauh lebih tinggi daripada kadar serat sampel pembanding 1.
4.2 Formulasi dan Analisis Proksimat Ransum
Berdasarkan hasil analisis proksimat terhadap sampel yang akan diujikan, kemudian disusun komposisi ransum mengacu pada standar AOAC. Penyusunan komposisi ransum Lampiran 2 dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Komposisi ransum sampel basis 1 kg ransum
Ransum perlakuan Komponen penyusun g
Sampel protein
Minyak jagung
Mineral mix
Vitamin mix
CMC Air
minum Pati
jagung
Kasein 119.6
79.8 49.1
10.0 9.8
38.2 693.5
Daging sapi 129.7
68.2 43.9
10.0 9.5
41.3 697.4
Isolat protein kedelai 120.4
79.7 44.2
10.0 9.5
41.7 694.5
Fruit soy bar 720.7
0.0 30.3
10.0 0.0
0.0 239.0
Non-protein 0.0
80.0 50.0
10.0 10.0
50.0 800.0