Pengelolaan tikus percobaan Penelitian Utama

13 Seleksi dan klasifikasi Setelah melewati masa adaptasi, seleksi terhadap tikus percobaan untuk mengetahui kondisi kesehatan tikus percobaan. Sekaligus dilakukan klasifikasi terhadap sejumlah 45 ekor tikus percobaaan tersebut ke dalam lima kelompok perlakuan berdasarkan berat badan tikus. Klasifikasi tersebut dibedakan dengan perlakuan pemberian ransum protein Tabel 7. Variasi berat badan antar tikus dalam satu kelompok tidak melebihi 10 g, dan variasi rataan berat badan antar kelompok tidak melebihi 5 g Muchtadi, 2010. Tabel 7. Klasifikasi tikus perlakuan Kelompok Tikus Perlakuan Kasein Tikus yang diberi ransum protein kasein standar Daging sapi Tikus yang diberi ransum protein daging sapi Isolat protein kedelai Tikus yang diberi ransum protein isolat protein kedelai Fruit soy bar Tikus yang diberi ransum protein fruit soy bar Non-protein Tikus yang diberi ransum non-protein Masa percobaan Percobaan dilakukan selama 28 hari. Pengamatan yang dilakukan yaitu perhitungan jumlah ransum yang dikonsumsi per hari dan penimbangan berat badan per dua hari. Ransum diberikan secara ad libitum feeding, begitu pun keperluan minumnya. Selama masa adaptasi, semua tikus diberi ransum kasein sebanyak 15 g setiap hari per ekor dan masih terdapat sisa ransum. Dengan demikian, ditetapkan jumlah 15 g per hari ransum sesuai dengan sampel perlakuan untuk setiap ekor tikus percobaan pada awal pelaksanaan penelitian. Namun, seiring berjalan waktu, terdapat kelompok tikus yang nafsu makannya meningkat, sehingga jumlah ransum dinaikkan menjadi 20 g hingga 25 g per hari per ekor tikus percobaan. Pengumpulan feses dan urin Pengumpulan feses dan urin dilakukan selama 10 hari terakhir dan dilakukan setiap hari. Pengerjaan ini dilakukan seteliti mungkin sehingga diyakini tidak ada feses atau urin yang terbuang. Oleh karena itu, penampungan feses dan urin dirancang dengan sebaik mungkin Gambar 2. Botol panampung urin diberi ± 1 ml larutan H 2 SO 4 5 untuk mencegah penguapan amoniak. Selama percobaan urin dan feses yang dikumpulkan terpisah untuk masing-masing tikus, selanjutnya disimpan dalam refrigerator selama menunggu akhir percobaan. Gambar 2. Kandang metabolik a Seperangkat kandang metabolik lengkap b Corong feses dan urin c Wadah penampung feses dan urin a b c 14

3.3.2.3 Analisis nitrogen feses dan urin

Pada akhir percobaan, dilakukan analisis kadar nitrogen dalam feses dan urin dengan menggunakan metode Kjeldahl. Sejumlah feses yang akan dianalisis dikeringkan dalam oven dan ditepungkan digerus terlebih dahulu. Sementara itu, sejumlah urin yang akan dianalisis tanpa ada perlakuan sebelumnya. Hal yang perlu diketahui sebelum analisis ini yaitu bobot feses kering dan volume urin. Dengan demikian, dapat diperoleh jumlah nitrogen dari feses dan urin. Jumlah nitrogen feses diperoleh dengan mengalikan angka kadar nitrogen feses dengan angka bobot feses. Begitu pula jumlah nitrogen urin diperoleh dengan mengalikan angka kadar nitrogen urin dengan angka volume urin.

3.3.2.4 Penentuan parameter mutu protein

Beberapa parameter yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah: Feed Conversion Efficiency FCE, Protein Efficiency Ratio PER, Net Protein Ratio NPR, True Digestibility TD, Biological Value BV, dan Net Protein Utilization NPU. Feed Conversion Efficiency Penentuan nilai FCE yaitu dengan pengujian selama 28 hari. Nilai FCE diperlukan untuk semua kelompok tikus percobaan. Perhitungan FCE dilakukan dengan menggunakan rumus berikut. FCE = pertambahan berat badan g jumlah ransum yang dikonsumsi g Protein Efficiency Ratio Penentuan nilai PER yaitu dengan pengujian selama 28 hari, dengan menggunakan kasein sebagai protein referensi. Perhitungan dilakukan untuk setiap ekor tikus, dan nilai rata-rata dihitung untuk tiap grup. Perhitungan PER tidak berlaku untuk kelompok tikus non-protein. Perhitungan PER dilakukan dengan menggunakan rumus berikut. PER = pertambahan berat badan g jumlah protein yang dikonsumsi g Nilai PER yang diperoleh dari percobaan dikoreksi sebagai berikut. PER sampel terkoreksi = P sampel P kasein 2.5 Net Protein Ratio Perhitungan nilai NPR dilakukan sama seperti persyaratan PER. Akan tetapi, NPR memerlukan waktu percobaan selama 10 hari dan diikutsertakan satu grup tikus yang diberi ransum non-protein untuk memperhitungkan jumlah protein yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh. NPR dihitung berdasarkan rumus berikut. NPR = [ pertambahan berat badan tikus grup protein uji penurunan berat badan tikus grup non protein ] jumlah konsumsi protein yang diuji Penurunan berat badan dihitung sebagai rata-rata dari grup tikus yang menerima ransum non- protein. NPR dihitung untuk tiap ekor tikus, dan nilainya dirata-ratakan untuk tiap grup. 15 True Digestibility, Biological Value, dan Net Protein Utilization Penetapan nilai TD, BV, dan NPU memerlukan data feses dan urin masing-masing tikus percobaan selama percobaan berlangsung 10 hari. Berikut rumus untuk menentukan nilai-nilai tersebut. TD = yg dikonsumsi - feses - metabolik yg dikonsumsi BV = yg dikonsumsi - feses - metabolik- urin - endogen yg dikonsumsi- feses - metabolik NPU = yg dikonsumsi - feses - metabolik- urin - endogen yg dikonsumsi =

3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali . Data parameter-parameter FCE, PER, NPR, TD, BV, dan NPU yang diperoleh kemudian diolah dengan Analisis One-Way ANOVA untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diuji. Jika terdapat suatu hal yang menunjukkan perbedaan sangat nyata p0.01, dilakukan uji lanjut yaitu menggunakan uji jarak Duncan pada taraf 1 menunjukkan perbedaan sangat nyata. Pengolahan data statistika ini menggunakan software pengolah data statistika yang bernama program Statistical Product and Service Solution SPSS Versi 16.0. Sementara itu, data selain parameter-parameter tersebut, meliputi data uji kimia analisis proksimat dan profil perkembangan berat badan tikus percobaan, dianalisis secara deskriptif.