BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja
dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai dan cocok
untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan berkembang.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi
bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-
masing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.
Faktor penting pengukuran kinerja bagi sebuah organisasi selain yang di atas antara lain dapat digunakan sebagai dasar menyusun sistem imbalan atau
sebagai dasar penyusun strategi organisasi atau perusahaan Cahyono, 2000. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi,
karena pengukuran kinerja dibuat dengan menetapkan reward dan punishment system Ulum, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi
yang ada. Adanya perkembangan teknologi ini telah mengakibatkan iklim persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini akan mendorong kebutuhan akan suatu
informasi menjadi suatu hal yang esensial, sehingga iklim persaingan bisnis yang ada berubah dari persaingan teknologi atau industrial competition menjadi
persaingan informasi information competition. Tidaklah mengherankan jika persaingan informasi ini menjadi suatu hal yang esensial karena dengan adanya
informasi yang dihasilkan untuk setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan akan diperoleh data dan gambaran aktivitas yang telah dilakukan sehingga
berdasarkan informasi tersebut akan diambil suatu keputusan yang mempengaruhi kehidupan dan aktivitas perusahaan secara keseluruhan di masa yang akan datang.
Suatu keputusan yang baik dapat diambil atas dasar informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
Di samping pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang dimiliki oleh perusahaan masih banyak manajer-manajer perusahaan yang menjalankan
usahanya dengan sistem manajemen yang seakan-akan berorientasi pada masa yang lalu backward dan belum berorientasi pada masa depan forward. Sistem
yang lebih menitikberatkan pada aspek keterukuran objek yang menimbulkan biaya ini tampak dari adanya pengambilan keputusan yang didasarkan pada
informasi-informasi yang dibuat berdasarkan laporan-laporan historis secara periodik. Sistem manajemen yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan sekarang
Universitas Sumatera Utara
ini lebih memfokuskan pada kinerja keuangan yang diukur secara periodik dimana indikator-indikator yang terpenting adalah biaya-biaya yang dikeluarkan.
Salah satu aspek pentingnya alat ukur kinerja perusahaan adalah bahwa alat ukur kinerja perusahaan dipakai oleh pihak manajemen sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen serta unit-unit terkait di lingkungan organisasi perusahaan. Begitu pula sebaliknya bagi
organisasi, alat ukur ini dipakai untuk melakukan koordinasi antara para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian yang nantinya akan memberikan
kontribusi terhadap kemajuan dan keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasarannya.
Untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka diperlukan suatu sistem berbasis kinerja. Kinerja yang baik harus mempunyai sistem pengukuran kinerja
yang andal dan berkualitas, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek-
aspek non-keuangan. Hal ini mendorong Kaplan dan Norton 2000 untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut
dengan balanced scorecard. Pada awalnya, balanced scorecard dirancang untuk digunakan pada
organisasi yang bersifat mencari laba, namun kemudian berkembang dan diterapkan pada organisasi nirlaba. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
penggunaan pada organisasi laba dengan organisasi nirlaba, diantaranya: pada organisasi laba perspektif finansial adalah tujuan utama dari perspektif yang ada,
sedangkan pada organisasi nirlaba perspektif konsumen merupakan tujuan utama
Universitas Sumatera Utara
dari perspektif yang ada. Perspektif finansial dalam organisasi laba adalah berupa finansial atau keuntungan, sedangkan dalam organisasi nirlaba perspektif
finansisal adalah pertanggungjawaban keuangan mengenai penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.
Balanced scorecard dinilai cocok untuk organisasi nirlaba karena balanced scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial,
tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sesuai dengan jenis organisasi nirlaba yaitu menempatkan laba sebagai ukuran kinerja utama, namun
pelayanan yang bersifat kualitatif dan non keuangan. Konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton 2000 merupakan salah satu metode
pengukuran kinerja dengan memasukkan empat aspekperspektif di dalamnya yaitu:
1. Financial perspective perspektif keuangan, 2. Customer perspective perspektif pelanggan,
3. Internal bisnis perspective perspektif proses bisnis internal, dan 4. Learning and growth perspective perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk menerjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam tujuan-
tujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif Kaplan dan Norton,1996. Keempat perspektif itu dimaksudkan untuk menjelaskan
penampilan suatu organisasi dari empat titik pandang berikut ini Kaplan dan Norton,1992 :
Universitas Sumatera Utara
1. Perspektif Keuangan, untuk menjawab pertanyaan : untuk mencapai sukses secara finansial, kinerja keuangan organisasi yang bagaimanakah yang patut
ditunjukkan kepada pemilik organisasi? 2. Perspektif Pelanggan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana penampilan
organisasi di mata pelanggan? 3. Perspektif Proses Bisnis Internal, untuk menjawab pertanyaan : untuk
memuaskan para pemilik organisasi dan para pelanggan, proses bisnis mana yang harus diunggulkan?
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana organisasi mempertahankan kemampuan sehingga organisasi terus
berubah dan menjadi lebih baik? Balanced scorecard merupakan strategi bisnis yang diterapkan agar dapat
dilaksanakan dan dapat mengukur keberhasilan organisasi. Dengan demikian balanced scorecard dapat digunakan sebagai alat untuk mengimplementasikan
strategi. Lebih dari itu, balanced scorecard dapat menyelaraskan berbagai fungsi divisi, departemen, seksi agar segala keputusan dan kegiatannya di dalam
masing-masing fungsi tersebut dapat dimobilisasikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada dasarnya, pengembangan balanced scorecard baik pada sektor
swasta maupun publik dimaksudkan untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak yang
berkepentingan. Penerapan balanced scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk
meningkatkan persaingan competitiveness, sedangkan untuk sektor publik lebih
Universitas Sumatera Utara
menekankan pada nilai misi dan pencapaian mission, value, effectiveness. Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan mengutamakan keuntungan,
pertumbuhan dan pangsa pasar sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisiensi. Demikian juga halnya dengan
pihak-pihak yang berkepentingan, sektor bisnis akan lebih mengutamakan para pemegang saham, pembeli dan manajemen, sedangkan untuk sektor publik akan
meliputi para pembayar pajak, pengguna jasa, legislatif Machfud dalam Frenny, 2009.
Balanced scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena balanced scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial,
tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun
pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan Mahmudi, 2007. Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang tujuan utamanya bukan
semata-mata untuk mendapatkan laba tetapi lebih memberikan pelayanan sebaikbaiknya kepada masyarakat. Sedangkan tujuan dari organisasi seperti ini
sangatlah komplek, sehingga tingkat outputnya sulit di ukur. Tetapi bagaimanapun juga sebuah organisasi harus mengukur kinerjanya agar efisien dan
efektivitas organisasi tercapai, sehingga tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai dan kebutuhan orang-orang didalam organisasi juga dapat terpenuhi
sehingga akan tercapai goal congruence. Untuk mengukur kinerja pada rumah sakit tidak semudah mengukur
kinerja pada organisasi yang berorientasi pada profit. Karena untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
kinerja pada organisasi yang tujuannya tidak untuk mencari laba kita harus memperhatikan faktor sosial. Selain itu juga harus mempertimbangkan ukuran
hasil dan ukuran proses. Keberhasilan seorang manajer sebuah rumah sakit tidak hanya diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan laba yang tinggi atau
kemampuannya untuk menghemat biaya seminimal mungkin.
1.2. Perumusan Masalah