8 galaktosa, dan D-mannosa, pentosa D-xilosa dan D-arabinosa, asam asetat, asam D-
glucuronic, dan unit asam and 4-O-methyl-D-glucuronic. Hemiselulosa umumnya diklasifikasikan sesuai gula yang hadir dalam rantai utama polimer: xylan, glucomannan, dan
galactan. Hemiselulosa pada hakekatnya berbeda dari selulosa kelarutan yang membuatnya mudah untuk dihidrolisis daripada selulosa. Fraksi hemiselulosa dapat dihilangkan dari
lignoselulosa dengan beberapa pretreatment, seperti hidrolisis asam dan hidrotermal, dan pembebasan gula yang sebagian besar xilosa, yang selanjutnya dapat difermentasikan
menjadi etanol [10]. Biomassa lignoselulosa sangat sulit untuk dibiotransformasi, baik dengan mikroba
maupun enzim. Hal ini yang membatasi penggunaannya dan menghambat konversinya menjadi produk bernilai tambah. Pada limbah lignoselulosa terdapat lignin yang berperan
sebagai pelindung selulosa terhadap serangan enzim pemecah selulosa [21]. Lignin adalah makromolekul aromatik kompleks yang terbentuk dari polimerisasi radikal tiga fenil-propan
alkohol yaitu p-coumarilic, coniferilic, and synapilic [10]. Komposisi kimia dan struktur yang demikian membuat bahan yang mengandung selulosa bersifat kuat dan keras, sedangkan
adanya ikatan hidrogen menyebabkan selulosa tidak larut dalam air [21]. Gambar 2.2 memperlihatkan struktur dasar komponen lignoselulosa.
a.Selulosa b.Hemiselulosa
9 c.Lignin
Gambar 2.2 Struktur dasar lignoselulosa a.Selulosa, b.Hemiselulosa, c.Lignin [46] Melalui proses sakarifikasi pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana, fermentasi,
dan distilasi, bahan-bahan tersebut dapat dikonversi menjadi bahan bakar bioetanol [33]. Berikut ini Standar Nasional Indonesia untuk etanol nabati diperlihatkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Etanol Nabati [6] No
Uraian Persyaratan Mutu
Satuan Mutu 1
Mutu 2 Mutu 3
1 Kadar etanol pada 15
o
C vv
bb Min. 96,3
Min 94,4 Min. 96,1
Min 94,1 Min. 95,0
Min. 92,5
2 Bahan yang dapat
Dioksidasikan, pada 15
o
C waktu uji permanganat
Menit Min. 30
Min. 15 -
3 Minyak fusel
mgL Maks. 4
Maks. 15 -
4 Aldehid sebagai asetaldehid
mgL Maks. 4
Maks. 10 -
5 Keasaman sebagai asam
asetat mgL
Maks. 20 Maks. 30
Maks. 60 6
Sistem penguapan maksimum mgL
Maks. 25 Maks. 25
Maks.50 7
Metanol mgL
Maks. 10 Maks.30
Maks.100
10
2.2 POTENSI BIOETANOL DARI AMPAS TEBU DI INDONESIA
Indonesia memiliki potensi limbah biomassa yang sangat melimpah seperti bagas. Setiap tahunnya Indonesia menghasilkan limbah bagas tebu sebesar 47 juta ton. Potensi bagas
di Indonesia menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI tahun 2012, cukup besar dengan komposisi rata-rata hasil samping industri gula di Indonesia terdiri dari limbah
cair 52,9 persen, blotong 3,5 persen, ampas bagas 32 persen, tetes 4,5 persen, dan gula 7,05 persen serta abu 0,1 persen [50]. Gambar 2.3 menunjukkan industri gula khususnya di
Sumatera menghasilkan bagas yang yang cukup melimpah.
Gambar 2.3 Potensi Biomassa di Indonesia [25].
Tebu merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia. Produksi gula dunia adalah 70 dari tebu, sisanya dari beet. Indonesia berpotensi menjadi produsen gula dunia karena
dukungan agroekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja. Disamping itu prospek pasar gula di Indonesia cukup menjanjikan dengan konsumsi sebesar 4,2 – 4,7 juta tontahun [16].
Batang tebu digiling untuk menghasilkan air tebu yang selanjutnya digunakan untuk produksi gula sukrosa dan alkohol etanol. Limbah sisa penggilingan batang tebu disebut
ampasbagas [10]. Ampas tebu mengandung substrat lignoselulostik potensial untuk produksi bioetanol, karena mengandung kandungan gula tinggi, dapat diperbaharui, murah,
dan banyak tersedia [4]. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Menurut rumus Pritzelwitz tiap
kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal [50]. Ampas tebu dapat menggambarkan biomassa lignoselulotik utama dalam banyak negara
tropis karena tersedia di industri gula tanpa tambahan biaya dan mengandung gula tinggi dan rendah kandungan lignin [4].
11 Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40 dari berat tebu yang digiling.
Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia Ikagi menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai
sekitar 30 juta ton, sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 10 juta ton [47]. Tabel 2.2 dan 2.3 menampilkan komposisi ampas tebu dan perbandingannya dengan
limbah agrikultural lain. Ampas tebu merupakan bahan baku pembuatan etanol terbaik dibandingkan dengan jerami padi dan jerami jagung [21].
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Ampas Tebu [3] Kandungan
Kadar Abu
3,82 Lignin
22,09 Selulosa
37,65 Sari
1,81 Pentosa
27,97 SiO
2
3,01
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Limbah Agrikultural [40] Substrat
Selulosa Hemiselulosa
Lignin Protein
Debu
Batang padi 32-47
19-27 5-24
- 12,4
Batang gandum 35-45
20-30 8-15
3,1 10,1
Batang jagung 42,6
21,3 8,2
5,1 4,3
Ampas tebu 65 Total karbohidrat
18,4 3
2,4
2.3 KEGUNAAN BIOETANOL
Dalam pemanfaatannya, bioetanol bukan hanya sebagai bahan bakar atau untuk memasak semata, namun dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan lain. Tabel 2.4
menampilkan manfaat bioetanol berdasarkan persen kadar etanol.
Tabel 2.4 Market Bioetanol [67] Grade Bioetanol
Manfaat Pemakai
Kadar 20 Digunakan untuk saos rokok dan
campuran minuman juga parfum dan deodorasi
Pabrik rokok, makanan, home industry,
pembersih lantai dan parfum.