62 hutan yang dinilai kinerjanya menurun, sehingga mampu meningkatkan nilai
tambah hasil hutan, pemenuhan barang produksi hasil hutan untuk kebutuhan masyarakat, menyediakan lapangan kerja serta menghasilkan devisa dan
penerimaan negara. Sedangkan ancaman utama bagi perusahaan, yakni banyaknya perusahaan
baru yang masuk menjadi pesaing produksi kayu lapis dengan nilai skor bobot rata-rata terkecil sebesar 0,118. Hal ini merupakam ancaman bagi perusahaan,
karena semakin banyaknya perusahaan yang masuk ke dalam industri berarti tingkat persaingan di industri tersebut semakin meningkat. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat bersaing kompetitif agar dapat bertahan di industri.
7.2 Tahap Pencocokan Matching Stage
Tahapan pencocokan merupakan tahap kedua dalam proses perumusan strategi, berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada
perusahaan dengan peluang dan ancaman terhadap perusahaan dari lingkungan eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks IE dan SWOT.
7.2.1 Analisis Matriks IE
Analisis matriks IE dilakukan untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total
nilai tertimbang IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x, sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada
sumbu y.
63 Gambar 12. Matriks Internal
– Eksternal IE CV Hadir Jaya
Setelah diperoleh total skor dari IFE matriks sebesar 2.416 dan nilai total skor dari EFE matriks sebesar 2.745, hasil skor tersebut dapat menunjukkan posisi
perusahaan melalui matriks IE. Adapun matriks IE untuk CV Hadir Jaya ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar tersebut menunjukkan bahwa posisi CV
Hadir Jaya berada pada kuadran V yaitu memiliki kemampuan internal yang rata- rata dan eksternal yang menengah. Perusahaan yang masuk dalam kuadran ini
sebaiknya dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara, dimana strategi- strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
7.2.2 Analisis Matriks SWOT
Hasil analisis strategi pengembangan bisnis bagi CV Hadir Jaya yang menggunakan Matriks IE selanjutnya dianalisis menggunakan Matriks SWOT
agar dihasilkan beberapa strategi alternatif yang dapat diterapkan oleh CV Hadir Jaya. Penentuan strategi alternatif dalam Matriks SWOT yang dilakukan oleh
penulis memiliki keterkaitan dengan strategi yang telah dihasilkan dari Matriks
I II
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat 3,0 - 4,0
Rata-rata 2,0
– 2,99 Lemah
1,0 – 1,99
4,0 3,0
2,0 1,0
3,0
2,0
1,0 III
IV V
VI
VII I
VII IX
Tinggi 3,0 - 4,0
Menengah 2,0
– 2,99
Rendah 1,0
– 1,99
T O
T A
L R
A T
A -R
A T
A T
E R
T IM
B A
N G
E FE
2,583
2,745 Pertahankan
dan Pelihara
64 IE.
Dengan mencocokan faktor-faktor kunci Internal kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor kunci eksternal peluang dan ancaman merupakan cara yang
efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus pada
tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya dilakukan
oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh
perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu Strategi SO
Strengths-Opportunities, Strategi WO Weakness-Oppurtunities, Strategi ST Strengths-Threaths, Strategi WT Weakness-Threaths.
Dimana startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan
peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman, dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan
masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE yaitu pertahankan dan pelihara dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 13.
65
Internal
Eksternal
KEKUATAN Strengths
– S
1. Lokasi perusahaan 2. Produktivitas tenaga
kerja 3. Pemanfaatan limbah
kayu lapis 4. Kualitas kayu lapis
5. Sarana dan prasarana produksi
KELEMAHAN Weekness
– W
1. Koordinasi dalam pembagian tugas
2. Struktur modal 3. Promosi kayu lapis
4. Riset dan pengembangan produk
kayu lapis
PELUANG Opportunities
– O
1. Dukungan pemerintah terhadap bisnis produk
olahan kayu 2. Harga produk pesaing
3. Perkembangan teknologi dan sistem informasi
4. Kekuatan tawar menawar pembeli bahan
baku kayu lapis 5. Tingkat konsumsi
penggunaan kayu lapis
STRATEGI – SO
Penjaminan kualitas kayu lapis. S2, S4, S5, O1, O2,
O3, O4, O5. Melakukan pengembangan
jenis produk kayu lapis. S4, S5, O3, O4, O5.
STRATEGI – WO
Meningkatkan kegiatan
promosi kayu lapis. W3, O1, O2, O4, O5.
Mengakses dana pinjaman lunak. W2, W4, O1, O2,
O3.
ANCAMAN Threats
– T
1. Perkembangan produk substitusi kayu lapis
2. Ketersediaan bahan baku
3. Banyaknya perusahaan baru yang masuk
menjadi pesaing produksi kayu lapis
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
bahan baku kayu lapis
STRATEGI – ST
Penggunaan bahan baku alternatif untuk produksi
kayu lapis. S1, S2, S4, S5, T1, T2, T3, T4.
STRATEGI – WT
Meningkatkan pelayanan
kepada konsumenW1, W4, T1, T3, T4.
Gambar 13. Matriks SWOT pada CV Hadir Jaya Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan beberapa alternatif
strategi yang terdiri dari : a Strategi S-O Strengths-Opportunities : penjaminan terhadap kualitas
kayu lapis.
66 Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang-
peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu penjaminan terhadap kualitas kayu lapis S2, S4, S5, O1,
O2, O3, O4, O5. Penjaminan kualitas pada produk kayu lapis yang diproduksi penting untuk dilakukan. Penjaminan ini berupa diterbitkan sertifikat mutu yang
dikeluarkan oleh badan sertifikasi nasional BSN. Didalam sertifikat tersebut, kualitas yang ada pada kayu lapis yang diproduksi oleh CV Hadir Jaya akan
diakui. Pengakuan ini pada akhirnya akan menguntungkan pihak CV Hadir Jaya. Penjaminan kualitas ini dapat menjadi nilai tambah perusahaan dalam
memasarkan produk kayu lapis. Sertifikat mutu yang dapat ditebitkan untuk produk kayu lapis adalah
sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu SVLK. Sertifikat ini menjamin legalitas bahan baku kayu yang digunakan oleh perusahaan. Legalitas bahan baku
kayu akan menjamin produk kayu lapis yang dihasilkan berupa produk yang legal secara hukum untuk dipasarkan. Penerapan SVLK untuk bisnis skala UKM
sendiri baru akan dimulai pada bulan januari 2014. Selain itu sertifikat mutu yang dapat diterbitkan untuk kayu lapis adalah sertifikat SNI kayu lapis seperti SNI
kayu lapis SNI 1096:2010 dan SNI mutu perekatan kayu lapis SNI 12466- 2:2010.
b Strategi S-O Strengths-Opportunities: Melakukan pengembangan jenis produk kayu lapis.
Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang- peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan
pada strategi S-O, yaitu melakukan pengembangan jenis produk kayu lapis S4, S5, O3, O4, O5. Produk kayu lapis dibedakan berdasarkan ukurannya. Produk
yang dihasilkan oleh CV Hadir jaya yaitu R1a, R1D, D4dan D6. R1D merupakan produk kayu lapis dengan ukuran 50 x 45 cm dan biasanya digunakan untuk
sandaran kursi lipat.R1a merupakan produk kayu lapis dengan ukuran 50 x 50 cm digunakan untuk sandaran kursi kantor. D4 adalah produk dengan ukuran 60 x 60
cm. D6 adalah produk kayu lapis dengan ukuran 60 x 80 cm merupakan produk dengan ukuran yang paling besar dan digunakan untuk dudukan kursi.
67 Pengembangan jenis produk kayu lapis dapat dilakukan dengan melakukan
riset dan pengembangan lebih lanjut terhadap produk kayu lapis yang diproduksi oleh CV Hadir Jaya. Pengembangan produk ini didasarkan oleh produk-produk
apa saja yang memiliki potensi untuk dikembangkan oleh perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan saat ini dan akan datang serta pasar yang ada. Dengan
melakukan pengembangan produk kayu lapis, CV Hadir Jaya dapat bersaing dalam memasarkan produknya.
c Strategi W-O Weakness-Oppurtunities : meningkatkan kegiatan promosi kayu lapis.
Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yaitu meningkatkan kegiatan promosi kayu lapis
W3, W4, O1, O2, O4, O5. Kegiatan promosi yang terbatas mengakibatkan pada penjualan kayu lapis yang rendah sehingga keuntungan perusahaan juga menurun.
Kegiatan promosi penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk kayu lapis. Perusahaan dapat memanfaatkan acara-acara pamaran yang
diselenggarakan oleh dinas terkait, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Kegiatan promosi yang dilakukan pada kesempatan tersebut dapat lebih
memperkenalkan perusahaan pada konsumen kayu lapis. Dengan begitu para konsumen dapat mengenal produk kayu lapis yang dipasarkan oleh perusahaan.
Perusahaan juga dapat memanfaatkan wadah bagi para produsen kayu lapis yang telah disediakan oleh pemerintah untuk dapat memasarkan produk kayu lapis.
Selain itu, cara yang dapat ditempuh adalah dengan penewaran secara langsung kepada calon pembeli kayu lapis. Cara ini dapat dilakukan dengan cara
pengajuan proposal hingga melakukan persentasi produk kepada calon pembeli kayu lapis. Perkenalan produk yang dilakukan dengan sistem jemput bola ini akan
memudahkan perusahaan dalam memilih calon konsumen serta menyesuaikan produk kayu lapis yang dibutuhkan oleh mereka.
d Strategi W-O Weakness-Oppurtunities : mengakses dana pinjaman lunak. Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
Mengakses dana pinjaman lunak W2, W5, O1, O2, O3. Dukungan pemerintah
68 terhadap perkembangan entrepreneurship lokal sangat tinggi. Salah satu tujuannya
adalah agar masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya. Satu dari dukungan pemerintah tersebut adalah dengan memberikan pinjaman lunak yang
ditunjukkan untuk bisnis-bisnis tersebut. CV Hadir Jaya yang memiliki skala usaha kecil dan menengah dapat mengakses pinjaman-pinjaman lunak tersebut.
Salah satunya adalah program KUR Kredit Usaha Rakyat yang di lakukan pemerintah melalui kementrian koperasi dan UKM bekerjasama dengan bank-
bank pemerintah. Akses terhadap pinjaman ini dapat membantu CV Hadir Jaya dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Kebutuhan modal yang kuat merupakan
salah satu syarat penting yang harus dimiliki oleh suatu bisnis. e Strategi S-T Strengths-Threaths : penggunaan bahan baku alternatif untuk
produksi kayu lapis. Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi
pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-T, yaitu penggunaan bahan baku alternatif untuk produksi kayu
lapis S1, S2, S4, S5, T1, T2, T3, T4. Dalam memproduksi kayu lapis, bahan baku merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Ketersediaan bahan baku
dalam jangka waktu panjang harus menjadi perhatian perusahaan. Hal ini akan berhubungan dengan eksistensi perusahaan dalam memproduksi kayu lapis.
Bahan baku kayu lapis yang saat ini digunakan oleh CV Hadir Jaya adalah berasal dari jenis kayu karet dalam bentuk vinir, yang merupakan limbah dari sisa
hasil industri yang didatangkan dari Lampung, Tangerang dan Sukabumi. Kemitraan dalam melakukan pasokan bahan baku ini tidak dilakukan dalam
sistem kontrak. Hal ini berarti tidak ada ikatan antara CV Hadir Jaya dengan pemasok bahan baku dalam memasok vinir kayu karet dalam jangka waktu
tertentu. Kontrak kerjasama ini tidak dilakukan karena pihak pemasok tidak berani memastikan dapat memasok vinir kayu karet dalam kualitas dan kuantitas yang
stabil dalam jangka waktu tertentu. Keterbatasan bahan baku yang selama ini digunakan oleh CV Hadir Jaya
harus disiasati dengan cara mencari bahan baku alternatif. Bahan baku kayu lapis yang dapat digunakan adalah berasal dari limbah produksi kayu MDF Medium
Fibre Board . Limbah dari produksi kayu MDF ini berbentuk vinir lembaran
69 sehingga dapat digunakan dengan mudah sebagai pengganti bahan baku dari
limbah kayu karet yang selama ini digunakan CV Hadir Jaya. Selain itu perusahaan dapat menggunakan kayu sengon dan kayu jabon yang saat ini sangat
luas ditanam di masyarakat. Potensi kayu rakyat yang didominasi oleh kayu sengon dan jabon sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dapat dimanfaatkan
oleh CV Hadir Jaya untuk memastikan keberlangsungan pasokan bahan baku kayu lapis. Selain kayu sengon dan jabon, CV Hadir Jaya dapat memanfaatkan
jenis bahan baku lain seperti limbah batang kelapa sawit. Pemanfaatan limbah batang kelapa sawit ini telah melalui uji coba dalam memproduksi panel kayu
lapis bekerjasama dengan pusat penelitian dan pengembangan kementrian kehutanan. Uji coba bahkan telah dilakukan dalam skala komersial pada produsen
kayu lapis yang kekurangan bahan baku.
f Strategi W-T Weakness-Threaths : Meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif
yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu melakukan meningkatkan pelayanan kepada konsumen. W1, W4, T1, T3, T4. Meningkatkan pelayanan
kepada konsumen sebaiknya dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat penting agar mengurangi ancaman banyaknya peruahaan baru yang masuk di industri
pengolahan vinir yang mungkin dapat merebut pangsa pasar dari perusahaan. Selain itu, dengan meningkatkan pelayanan kepada konsumen diharapkan akan
meningkatkan posisi perusahaan karena kekuatan tawar menawar pembeli terhadap produk kayu lapis tergolong kuat sehingga nantinya diharapkan akan
tercapai kontrak penjualan jangka panjang antara perusahaan kayu lapis dengan CV Hadir Jaya. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada
perusahaan yakni dengan menjaga agar produk berkualitas sesuai dengan permintaan konsumen dan mempermudah media pemesanan, dan mampu
menawarkan harga yang bersaing. Strategi meningkatkan pelayanan kepada konsumen agar tercapai kontrak jangka panjang merupakan strategi intensif, yakni
market penetration penetrasi pasar. Kontrak jangka panjang ini sangat penting
70 bagi perusahaan untuk menjamin permintaan produk vinir terhadap perusahaan.
7.3 Tahap Keputusan Decision Stage